Aiden melirik jam yang berada di atas nakas di samping ranjangnya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Setelah mendengar Rana mengigau tadi dirinya langsung meninggalkan Rana dikamar sendiri dan belum mengecek kondisi gadis itu lagi. Ia memilih kembali ke kamarnya mengerjakan pekerjaannya karena meninggalkan kantor lebih awal tadi. Hingga tidak menyadari bahwa sekarang sudah saatnya makan malam, terlalu fokus dengan pekerjaannya dan hanya berhenti ketika menjalankan kewajibannya lima waktu, Aiden meregangkan tubuhnya dan melepaskan kacamatanya setelah sibuk dengan laptopnya.
Aiden keluar dari kamarnya hendak menuju dapur, sampai di depan dapur bersamaan dengan Rana yang keluar dari kamarnya berdiri mematung memegang handle pintu menatap Aiden. Meringis menggaruk belakang kepalanya.
"Selamat malam pak Aiden" sapa Rana, dan melangkah mendekat ke arah Aiden berada.
"Hm"
Aiden kembali melanjutkan langkahnya menuju lemari pendingin, mencari bahan makanan yang sekiranya ia dapat buat untuk makan malam, sampai dirinya tidak sadar bahwa Rana sudah berada di dekatnya.
"Bapak mau buat makan malam ya?"
Aiden tidak menjawab hanya meliriknya sekilas. Aiden tahu bahwa itu merupakan basa-basi masih memilah makanan apa yang akan ia buat malam ini.
"Saya bantu ya pak?"
"Jika kamu malah akan merepotkan saya lebih baik diam saja disana"
Rana mencibir Aiden dalam hati, mengabaikan perkataan lelaki itu, ia melangkah menuju lemari pendingin bersebelahan dengan Aiden. "Bapak ngeremehin saya ya?"
"Bukan meremehkan. Terlihat dari wajah kamu, kamu itu hanya anak manja dan sukanya merepotkan"
Rana melotot tidak terima. Anak manja katanya?
"Wah, sepertinya saya harus menunjukkan keahlian saya. Permisi pak" Rana menggeser sedikit tubuhnya ke kiri supaya Aiden juga ikut bergeser. Rana ingin melihat bahan apa saja yang tersedia. Matanya berbinar takjub melihat bahan di lemari pendingin Aiden yang tergolong lengkap untuk ukuran lelaki yang hanya tinggal sendiri.
"Bapak ingin saya masakkan apa?" tanya Rana percaya diri yang dibalas senyum remeh Aiden.
Aiden mendorong dahi Rana mundur menggunakan telunjuknya "Saya tidak suka memperkerjakan orang sakit. Lebih baik kamu-"
"Saya sudah sembuh pak, demam saya sudah turun dan flu saya juga sudah mendingan. Obat dari bapak benar-benar manjur"
Mata Rana yang melihat daging ayam dan brokoli langsung mengambilnya dari lemari pendingin tanpa banyak bicara. "Karena bapak tidak bilang ingin makan apa. Baiklah, saya yang akan menentukan ingin memasak apa"
Rana beralih dari tempatnya menuju wastafel untuk mencuci bahan-bahannya. Aiden yang mengamati itu hanya menghela nafas dan membiarkan Rana untuk bereksperimen. Mengabaikan Rana yang mulai sibuk memotong daging ayamnya, Aiden memilih untuk mencuci beras untuk ia masak.
Tiga puluh menit mereka sibuk dengan kegiatannya, Rana mulai menghidangkan masakannya ke dalam piring putih dan membawanya ke meja makan. Nasi yang dimasak Aiden juga sudah matang membuatnya mulai menyiapkan nasinya. Sedangkan Aiden sudah duduk rapi atas perintah Rana, yang kali ini tidak perlu berdebat terlebih dahulu dengan dirinya.
Rana mulai mengambil nasi untuk dirinya dan juga Aiden, lantas memberikannya pada lelaki itu.
Aiden yang memandang ragu makanan hasil masakan Rana, memilih menyendokkan sedikit ke piringnya, dan memasukkan ke dalam mulut. Saat mengunyah, matanya mengerjap sekali, ternyata rasanya tidak seburuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Girl [END]✓
RomanceMemutuskan pergi dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur ayahnya membuat Ranaya Arabella Raharja (24 th) kalang kabut. Terbiasa hidup bergelimangan harta orang tua, Rana mendadak kaget dengan situasi yang terjadi, sang ayah mencabut seluruh...