Tahap 4; Aku Rela

857 89 1
                                    

Lidahku kembali kelu untuk suarakan dialog perpisahan. Dialog perpisahan yang begitu berat saat kupikirkan. Dialog terpanjang sepanjang kisah kami berdua. Dialog paling memuakkan.

"Aku merelakanmu, Jeno. Berbahagialah."

Bohong.

Aku tak rela. Batinku menjerit menyumpahi akalku. Dadaku sesak, sakit bagai dipukul. Aku tak rela, Jeno. Aku tak rela.

Aku tak rela melihat senyummu mengembang untuknya. Aku tak rela bahumu dalam peluknya. Aku tak rela saat diriku berangsur-angsur hilang dari atensimu. Aku tak rela, Jeno.

Aku menyukaimu, mencintaimu, dam menyayangimu. Aku bisa lakukan semua itu tapi tidak dengan merelakan.

Tak apa hatimu melalang buana. Tak apa akalmu tak berada di tempatnya. Setidaknya, biarkan aku merengkuh lebih lama hangat raga sosok sempurnamu.

Aku tak rela, Jeno.

Biarkan aku juga bersandar di bahumu ketika aku lelah. Biarkan aku menggenggam tanganmu dikala gundah. Biarkan aku, Jeno, karena aku tak rela.

Aku masih belum belajar cara merelakan. Aku masih bodoh dalam mengikhlaskan. Aku tak rela.

Kenapa aku harus berdusta agar kamu bahagia? Kenapa aku harus membiarkanmu terbang bebas untuk berkelana? Kenapa aku harus merelakanmu? Kenapa, Jeno?

Aku tak rela. Bahkan saat semua pertanyaan yang apabila aku ucapkan pada akhirnya hanya menyudutkanmu memenuhi akalku.

Aku tak rela. Bahkan saat aku dipaksa melangkah pergi dari kota ini. Aku tak rela. Bahkan saat sosokmu tak ada untuk menatapku di saat terakhir.

Aku tak rela, Jeno. Aku tak akan pernah rela.

Tahap; HYUCKNO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang