Aku mendapat surat anonim dari gudang. Tak ada nama pengantar ataupun kota darimana benda itu berasal di amplopnya. Kertasnya kucal dan menguning. Sugguh kuno, batinku.
Aku membukanya. Menatap tinta-tinta yang tergores di sana. Total ada dua lembar. Tiap lembarnya berisi beberapa kalimat. Tak terlalu panjang. Mungkin bila ku baca dengan cepat, surat-surat itu akan selesai dalam hitungan detik.
Surat pertama, tintanya berantakan. Mungkin ditulis terburu-buru.
"Untuk Lee Donghyuck,
Aku masih tinggal di kota kita. Aku masih bersamanya. Ia tak berubah. Aku takut. Mungkin benar katamu, semua manusia itu berubah tapi tidak dengannya.
Donghyuck, tolong aku. Antah dimana pun kamu berada, tolong aku. Kumohon, cepatlah datang.
Tertanda,
L—"Suratnya berhenti dengan goresan panjang pada nama pengirimnya hingga hampir menyobek bagian bawah kertas itu. Sungguh pemuda yang malang.
Surat kedua, tintanya lebih rapi dengan beberapa bagian berwarna merah. Mungkin ditulis oleh orang yang sama.
"Untuk Lee Donghyuck,
Donghyuck, kenapa tidak datang? Aku takut. Ini bukan rumahku lagi. Bukan tempat dimana aman dan nyaman bisa ku rasakan. Aku takut.
Aku takut, Donghyuck. Aku mengakhiri hidupnya. Aku tak sengaja melakukan itu. Aku tak sengaja. Aku takut.
Aku hanya bisa mencium amis darah. Dimana-mana. Semuanya merah. Gelap. Aku takut, Donghyuck. Kapan kamu datang?
Aku takut saat beberapa tetangga kita dulu berhenti dan menatap rumah ini. Aku takut. Aku bukan pembunuh, Donghyuck. Aku tak sengaja. Aku tak bersalah.
Donghyuck, tolong aku. Bawa aku pergi dari sini. Tolong. Tolong aku secepatnya.
Tertanda,
Lee Jeno."Suratnya lengkap. Nama pengirimnya jelas. Lee Jeno. Bercak merah itu, darah? Sungguh, aku merinding sekarang. Kenapa menyimpan hal seperti ini di rumah?
Dari kedua surat itu, aku tahu satu hal. Lee Jeno membutuhkan Ayah di saat ia menulis kedua surat itu.
Ya, bukan urusanku, sih. Lagi pula, ayah memintaku membakar semua barang di gudang, jadi surat ini juga termasuk 'kan?
Surat-surat tadi kembali ku masukkan. Membawanya keluar dan membakarnya di halaman belakang.
"Sungguh, malang nasibmu, Lee Jeno."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahap; HYUCKNO [END]
FanficIni adalah sedikit cerita tahapan dari Donghyuck untuk kalian. Mungkin. Entah tahap apa yang ia maksud. © ichiochanya_