Prolog;

62 2 0
                                    

.

"Gue dimana? "
Tanya Bhivan kepada dirinya sendiri.

Netranya menyapu sekelilingnya. Ia berada di sebuah bukit kecil, kalau ia tidak salah ingat bukit itu berada tidak jauh dari rumahnya.

Kala itu mentari berwarna jingga menghiasi suasana langit. Menandakan senja telah tiba dan tidak lama lagi akan berganti menjadi gelapnya malam yang dihiasi beribu-ribu bintang di angkasa.

Seketika muncul seorang remaja perempuan yang kini membelakangi dirinya.

Kini kedua kakinya melangkah mendekat perlahan ke arah gadis tersebut.
Belum sempat ia berjalan lebih dekat lagi, gadis itu berbalik ke arahnya.

"Kak Bhivan? "
.
.
.

"ARISHA!!!!" Teriak Bhivan yang baru saja terbangun dari lelapnya.

Tangannya kini mengusap kasar wajahnya yang sudah dipenuhi keringat bercucuran.

"Sha maafin gue sha, gue ga becus jagain lo… "

"Maafin gue yang udah lupain janji kita bertiga sha"

"Harusnya gue percaya sama lo dan Lula"

"Sha gue bodoh banget...."

Racau Bhivan sembari menangis mengingat tragedi yang terjadi 5 tahun silam.

______________________________________
Diary Bhivan.

Dear Arisha,Nalula

Dear to my beloved childhood friends.
Pagi ini gue terbangun dari mimpi buruk yang gue ukir sendiri.

Sebuah kesalahan fatal 5 tahun lalu, yang masih memberikan efeknya hingga saat ini.

Andai bisa memutar waktu, atau setidaknya bilang ke diri gue yang dulu supaya ga ngelakuin hal-hal bodoh itu.

Arisha, Nalula.
Maaf karena udah ngelanggar janji kita bertiga...

Jakarta, 29 Juni 2026
Abhivandya Baskara

Arisha Dan JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang