bagian 4

315 15 0
                                    

"arhhh menyebalkan, kalau tau begini aku tidak ikut tadi. Menyebalkan, pokoknya menyebalkan." Hiji menatap sinis mendengar rengekan tak jelas Ciba. Jika saja ia tidak dalam misi sudah dipastikan kepala bundar berhias surai coklat itu sudah benjol.

"Diamlah Ciba!"

"Ck, kau tak mengerti Hiji." Mendengar dengusan singkat Hiji membuat Ciba semakin naik darah.

"Kau tak tau betapa tidak serunya melakukan misi pengintaian dibandingkan misi membunuh mereka. Ck percuma aku membawa bom imut ku ini!" Hiji menatap Ciba tanpa kesan, mencoba untuk tak mendengus lagi.

Hiji melengos menatap arah depan, tepat pada daerah yang menjadi tempat misi mereka. Mata bulan yang awalnya penuh kelembutan berubah sekejab mata. Tatapan tajam sarat akan kebencian memancar begitu jelas, jangan lupakan seringai tipis dibalik topeng elang merahnya.

"Kita mulai Ciba."

Tak menunggu jawaban Ciba, Hiji langsung berpindah tempat.Bersembunyi.Bidik.Tewas.

Melihat Hiji mulai beraksi, membuat ciba tak ingin kalah, meski ia tak diturunkan dalam misi utama, setidaknya ia bersenang senang dimisi pengintaian ini bukan. Lagian penyebab ia berada di misi ini juga karena kesalahannya juga.

Jika mengingat hal itu, ia benar benar kesal. "Inspektur sialan." umpat Ciba melempar bom asap, yang langsung menjatuhkan belasan orang.

"1,2,3,4,.........18,19,20, selesai." gumam Hiji menghitung para penjaga didaerah pengintaiannya.

Sesuai dengan informasi yang Ichi berikan.

" Lapor suki, daerah barat beres....laporan selesai." Selesai dengan laporannya, Hiji menatap kedepan. Arah timur, tempat yang menjadi daerah Ciba.

"Ku harap ia tak mengacau, atau suki akan mengamuk lagi." gumam Hiji sambil duduk diatas tubuh seorang korbannya.

Namun sepertinya harapannya tak terkabul. Sebab dari arah itu mengepul asap yang sangat banyak. "Bodoh!"

Disisi lain, Ciba nampak begitu semangat menabur bom asap sana sini, meski targetnya sudah tumbang semua. Tapi satu yang tak ia sadari, asap dari bomnya meluas hingga kegerbang pertama dan mengaktifkan alaram kebakaran.

Alaram yang begitu keras menjadi daya tarik para penjaga mension, membuat mereka semua menghampiri gerbang pertama, bahkan penjaga gerbang ketiga pun ikut memeriksa, dan........

Mereka semua tumbang.

"hahahahah bodoh!!!" tawa Ciba menggelegar melihat korban nya semakin bertambah. bukan hanya itu, ia semakin senang saat melihat laser kuning yang terpancar ketanngannya, itu tanda dari Hiji diujung sana.

" yesss aku menang hahaha" saking bahagianya membuat ciba lupa melaporkan situasi, hingga dengingan ditelinganya membuat ia sadar.

"hoi, anak anjing jelaskan kedaan disekitarmu bodoh!"

"sialan kau ichi, tak usah teriak juga kau mau membuat telingaku tuli ha.!"

"cepat bodoh!"

"disini beres...kalian bisa memulainya" jelas ciba kesal.

"hmmm"

Panggilan terputus, membuat ciba benar benar kesal setengah mati, cih jika saja ia tak mengalami kejadian itu dan ditolong oleh mereka ia tak akan mau diatur atur seperti ini. "ck sialan."

****

Selesai dengan laporan Hiji, Suki menatap orang orang dibawah sana. Ia dapat melihat betapa mewah dan bahagianya kehidupan keluarga ini, namun dibalik kebahagiaan mereka terdapat keluarga lain yang menderita bahkan hancur sehancur hancurnya.

Don't cry SukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang