BAB VII Kisah Kesatria

83 10 4
                                    

Di dalam sebuah gubuk di desa seberang sungai seorang berjubah hitam terlihat sedang bercengkerama dengan seorang lelaki bertopeng. Mereka saling membelakangi satu sama lain.

"Kenapa kau memanggilku?" tanya pria berjubah.

Lelaki bertopeng lantas melemparkan sebuah gulungan kertas kepada pria itu, "Mereka akan berkumpul di tempat itu, kau harus mengawasinya."

Gulungan itu bukan sekedar gulungan kertas, di dalamnya terdapat gambaran hutan dan penunjuk arah. Lelaki itu seakan memberitahu tempat tersembunyi yang tidak diketahui siapa pun.

"Menurutmu kenapa mereka berkumpul di tempat seperti itu?" tanya pria berjubah sembari melihat peta yang didapatnya.

"Entahlah, Dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya bilang ada hal yang harus dibicarakan."

Pemuda bertopeng itu terdiam sejenak, "Setiap kali kami ke sana Dia selalu menceritakan sejarah Kerajaan Reswara tapi, mungkin kali ini akan berbeda."

"Akan berbeda?"

"Iya, jika itu hanya sejarah Kerajaan Reswara Dia tidak mungkin merahasiakannya dariku. Karena itu aku memanggilmu agar kau bisa mengirim anak buahmu mengawasi mereka."

Pria berjubah itu mengeluarkan seringainya, 'Apa yang Dia rencanakan sebenarnya?'

"Baiklah, mungkin akan ada hal menarik yang akan Dia ceritakan nanti," ucap pria berjubah.

Pria berjubah itu lantas berbalik dan mulai meninggalkan lelaki bertopeng. Namun, langkahnya terhenti sejenak saat lelaki itu memanggilnya.

"Ingat! Hanya mengawasi! Jangan melakukan hal lainnya!" seru lelaki bertopeng.

Pria itu kembali memperlihatkan seringainya tatkala mendengar ucapan dari lelaki bertopeng. Tidak berapa lama ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Melihat kepergian pria berjubah, lelaki itu pun ikut meninggalkan gubuk tua melalui pintu belakang. Dilepaskannya topeng itu memperlihatkan wajah tampannya. Iris coklatnya yang menatap topeng itu seakan menyiratkan penyesalan dan amarah. Pria itu melemparkan topengnya asal sebelum melangkah pergi.


***

Sarawedi merupakan sebuah gua yang letaknya jauh di dalam hutan. Masyarakat sering menyebut hutan di sekitar Sarawedi dengan nama Lembah Dhemit. Lembah yang berarti kaki gunung dan dhemit yang berarti hantu. Nama ini mereka berikan kepada daerah tersebut, karena hutan itu sangat rimbun dan gelap. Selain itu, masyarakat yang tersesat di dalam hutan juga membutuhkan waktu beberapa hari agar bisa kembali pulang.

Beberapa remaja terlihat berdiri di depan gua. Mereka mengedarkan pandangan, menunggu kedatangan rekan-rekannya. Dengan membawa senjata para remaja itu terus mengawasi sekeliling gua sembari memeriksa anggota yang masuk.
Rekan mereka berdatangan dari berbagai penjuru. Layaknya seorang ninja, mereka berlari tanpa bantuan cahaya. Pakaian hitam yang mereka kenakan membantu menyamarkan mereka dalam gelapnya hutan.

Para penjaga pintu gua mulai memeriksa keadaan sekitar. Setelah tidak menemukan adanya anggota lain yang menuju gua, mereka lantas masuk bergantian. Remaja terakhir yang memasuki gua itu menutup pintu gua dengan tanaman yang menjuntai.

Pintu masuk gua itu begitu gelap dan sempit, tidak ada secercah cahaya yang menyinarinya. Para remaja itu harus berpegang pada tali yang ada di dinding gua agar bisa sampai pada bagian dalam gua. Tidak sedikit remaja yang mengumpat karena sesekali kaki mereka terbentur oleh batuan yang ada.

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang