🌼🌼🌼
Langit menggelap, cuaca menjadi sejuk. Angin berhembus sedikit kencang membuat batang pohon bergerak ke sana ke mari diikuti suara gemuruh yang perlahan bermunculan. Tak lama, Gerimis pun turun membasahi daratan.
Galih semakin menambah laju kecepatan motornya agar bisa segera masuk ke dalam gerbang. Ia menghela napas lega karena sampai di garasi saat hujan belum terlalu deras.
Pemandangan pertama yang ia lihat saat sudah turun dari motor adalah rambut atas Rosela yang lumayan basah, hal itu sedikit menganggu pikirannya.
"Sorry, lo jadi kehujanan."
Rosela dengan cepat menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Enggak papa kok, justru aku mau ngucapin terima kasih sama kamu karena udah mau nebengin aku."
Perlahan, Galih mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mending sekarang lo cepet ke kamar terus ganti baju, biar enggak kedinginan."
Bukannya segera beranjak, Rosela justru bergeming sejenak sebab ingatan gadis itu mundur beberapa jam sebelumnya, ketika ia baru saja masuk ke dalam kelas. "Kamu ... tadi ke mana waktu sebelum istirahat? Kenapa enggak ikut pelajaran?"
Kening Galih mengernyit, tidak menyangka gadis itu akan memberinya pertanyaan. Namun, ia tetap menjawabnya. "Tadi gue rapat OSIS, jadi enggak masuk kelas. Dan buat kejadian yang tadi saat kita papasan di pintu kelas, gue sengaja lakuin itu. Karena sebaiknya kita enggak usah terlalu deket di sekolah."
Tak berkutik mendengar jawaban Galih yang sangat tidak ia sangka, Rosela hanya bisa tersenyum maklum walau dadanya terasa sesak seakan terhimpit oleh sesuatu yang begitu berat.
"Aku bahkan enggak bermaksud bahas masalah yang tadi," batin Rosela berujar.
"Gue lakuin itu karena ada alasannya ...." Galih menjeda penjelasannya dan berbalik badan membelakangi Rosela. "Sekolah yang lo tempati sekarang, ada beberapa murid yang memang mentingin status sosial. Walaupun enggak semua, tapi rata-rata gitu."
Galih bergeming sesaat, sebenarnya ia tidak tega mengatakan kalimat menyakitkan seperti itu pada Rosela. Namun, demi ketenangan gadis itu saat bersekolah Galih terpaksa melakukannya. Walau tenggorokan Galih terasa dicekik, ia tetap berusaha menjelaskan pada Rosela dengan dingin.
"Orang pertama yang akan lakuin hal buruk ke lo kemungkinan adalah Clara, jadi gue harap lo jaga jarak sama dia. Asal lo tau Clara itu---"
"Pembully?" Galih lantas berbalik badan saat Rosela memotong penjelasannya.
"Aku baru tau, Gal." Rosela menatap Galih dengan senyuman tipis sarat makna. "Aku emang berniat buat jauhin Clara. Kamu tenang aja, di sekolah pun aku bakal berusaha buat nggak kenal sama kamu."
Galih memandang Rosela dengan tatapan sayu. Mata gadis itu yang terlihat agak sedikit terluka, membuatnya amat merasa bersalah. Memilih hanya menganggukkan kepala sebagai respon bahwa dirinya setuju, tanpa sepatah kata Galih meninggalkan Rosela sendirian di garasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐀𝐓𝐇𝐄𝐑
Novela JuvenilTentang gadis biasa, yang mengharapkan hal luar biasa. --- Hidupnya mungkin saja akan bahagia apabila Rosela terlahir sebagai orang berada, sehingga ia tidak terpaksa menerima asumsi temannya bahwa dirinya dari kalangan kelas atas. Hal tersebut sang...