[ 0 4 ]

188 35 0
                                    

"Apa kamu yakin, 'Sen?"

Chansen mengangguk cepat, "Ya, dan itu sudah terbukti pada banyak orang. Yah, cirinya sama sepertimu. Berawal dari memimpikan hal yang sama, karena bisa saja itu terjadi karena ada sesuatu dari kehidupan masa lalumu yang belum usai."

"Akupun sempat berpikir demikian. Tetapi, memimpikan diriku? Menjadi Raja? Aku saja tinggal di rumah reyot seperti ini, keluargaku hidup sederhana, tak ada darah bangsawan juga di keluarga besar kami."

"Hey hey. Siapa tahu kan, kau ini memang reinkarnasi seorang raja? Oh ya sebentar."

Chansen berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Arjhi yang masih bergelut dengan pikirannya ditemani semilir angin tengah malam yang cukup untuk membuat tulang terasa ngilu.

"Nah jaket, disini cukup dingin. Ini ponselku, coba kau scan wajahmu itu menggunakan Google Lens. Mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk mengenai arti dari mimpimu itu."

Chansen menyodorkan jaket milik Arjhi dan ponsel miliknya kepada Arjhi. Pemuda yang masih linglung itupun segera memakai jaket tersebut dan langsung meraih ponsel milik Chansen, ia segera mengambil foto wajahnya menggunakan fitur yang dijelaskan oleh Chansen. Setelah sekian menit hasilnya pun keluar, dan ia menemukan beberapa potret seseorang di zaman dulu.

"Bukankah ini Ratu Shalia, ibunya Harshil?"

Chansen melirik kearah ponsel yang dibawa Arjhi, "Eh? Iya juga, kenapa potretnya bersebelahan dengan- tunggu dulu, lihat ini."

Chan menekan sebuah foto lelaki yang tadinya bersebelahan dengan potret Shalia, keduanya dibuat terkejut dengan potret tersebut karena wajahnya dengan Arjhi sama persis.

"Wajahnya mirip sekali denganmu bukan? Aku semakin yakin pasti kau ini reinkarnasi King Ajrhi."

Arjhi melihat kearah atap rumahnya, ia mengingat bagaimana sebuah surat dengan cap universitas diantar ke rumahnya oleh seorang tukang pos saat ia tengah berkebun bersama mendiang ayahnya. Surat itu berisi tawaran beasiswa untuknya, hal itu masih menjadi tanda tanya bagi keluarganya.

"Hm .. Apa mungkin juga, jika ini menjadi alasan pihak kampus menawariku beasiswa?" gumam Arjhi sambil melirik kearah Chansen.

"Iya lah apalagi alasannya! Wah, ternyata diam-diam jabatanmu dimasa lalu tinggi juga ya. Mungkin, putra mahkota sepertiku saja masih sangat jauh dengan kedudukanmu di masa lalu."

"Sstt tenanglah nanti yang lainnya dengar."

"Memangnya kenapa jika yang lainnya mengetahui hal ini?"

"Tidak, bukan begitu, Chan. Masalahnya ini pun masih belum tentu kan?"

"Belum tentu bagaimana? Jelas-jelas wajahmu dan Raja Ajrhi mirip sekali. Malah menurutku sama persis. Belum lagi namamu, pengucapan namamu persis sekali dengan nama mendiang Ajrhi."

"Perlukah kita pergi ke perpustakaan sastra untuk memastikannya?"

"Setuju~! Tapi, kau harus menceritakan semua ini kepada yang lainnya nanti."

"Tidak, untuk saat ini aku ingin hanya kau yang tahu. Aku janji, setelah kita ke perpustakaan sastra aku akan segera menceritakan panjang lebar kepada yang lainnya."

Chansen mengerutkan keningnya, "Janji?"

"Ya, janji." jawab Arjhi sambil menepuk pundak temannya lalu berdiri dari sana.

"Sudah ayo kita istirahat lagi."

• • •

Keesokan harinya, kebetulan sedang ada event besar di Universitas eveL. Momen itu dimanfaatkan oleh Arjhino dan Chansen untuk pergi ke fakultas sastra, bermaksud ingin mencari petunjuk mengenai sosok Raja Ajrhi. Entahlah, Arjhino jarang sekali keluar dari jurusannya. Mungkin karena itulah, banyak mahasiswa sastra yang mengarahkan atensinya kepada pemuda introvert yang satu ini. Ya karena pesonanya terletak pada hidung mancungnya yang membuatnya terlihat seperti sebuah pahatan.

"Chansen~!"

Merasa namanya dipanggil, Chansen mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok yang memanggilnya.
Ah, ternyata Yizhuo, gadis yang disapanya beberapa hari yang lalu.

"Hai." sapa Arjhi dengan canggung.

"Hai, oh ya kalian ngapain ke fakultas sastra?"

"Ah, itu-"

"Ah ya, aku dan Arjhino mau ke perpustakaan, kami ingin mencari sebuah buku."

"Kamu? Sejak kapan membaca buku. Ett tunggu-tunggu, namamu siapa tadi?" tanya Yizhuo sambil menunjuk kearah Arjhino.

"Saya? Saya Arjhino. Arjhi saja."

"Eum ... boleh aku gabung buat ke perpustakaan? Sepertinya kita disini punya tujuan yang sama."

"Sama bagaimana?"

"The king's of Miroh."

"Ah, kamu benar. Karena semalam temanku ini juga mendapatkan mimpi yang aneh."

"Mimpi? Ah nanti saja, kita pergi sekarang? Kebetulan tadinya aku mau kesini bersama Harshil tapi dia ada urusan dengan dospemnya, nanti dia akan menyusul kita."

Arjhino dan Chansen saling bertatapan sesaat sebelum akhirnya menerima tawaran Yizhuo, karena mereka menganggap dengan adanya gadis ini akan mempermudah misi mereka.

Sesampainya di perpustakaan sastra, dua pemuda itu hanya mengikuti Yizhuo dari belakang. Mereka berjalan melewati banyak rak buku hingga akhirnya sampai di satu deretan rak buku sejarah.
Yizhuo menyusuri satu persatu hingga menemukan buku yang ia cari.
Yap, buku yang tadi pagi sempat dibahas dikelasnya.

'Miroh Not Okay' karya Antonio.

"Kebetulan tadi aku dan Harshil ada kelas sejarah, kelas kami membahas buku ini. Kita duduk di meja baca dulu."

Yizhuo berjalan kearah ruang baca dengan dua pemuda fakultas seni musik ada dibelakangnya. Setelah mereka duduk di sebuah meja lesehan, Yizhuo langsung membuka halaman yang membuatnya dan Harshil terkejut. Sesuai dugaan Yizhuo, ada selembar potret hasil scan dari potret aslinya.

"Nah, ini. Antonio menyisipkan ini di setiap buku 'Miroh Not Okay' ini. Coba lihat deh Chan ..."

Yizhuo memposisikan potret itu tepat di sebelah wajah Arjhino. Yizhuo terkejut karena wajahnya tak hanya persis, benar-benar sama.

"Kami kesini juga karena pagi buta tadi kami menemukan potret raja ini dari mesin pencarian di internet. Sebelumnya, Arjhi terbangun karena hal yang kukatakan tadi tentang mimpinya, dia memimpikan hal yang selalu sama. Coba, Jhi. Kamu jelaskan kepada Yizhuo, kebetulan di Asia bagian Utara khususnya China dan negara terdekat mereka percaya akan adanya reinkarnasi siapa tahu dia bisa membantumu."

"Iya, kamu benar Chan dan sering terjadi hal semacam itu. Apalagi di kampus ini ada banyak mahasiswa dengan beasiswa karena hal seperti ini. Perlukah kita menemui dosen sejarahku? Sepertinya beliau sangat mengenal sosok King Ajrhi."

Arjhino mengangguk, "Iya, sepertinya aku perlu menemui seseorang yang pernah hidup di zamannya. Hampir setiap malam aku memimpikan beragam potongan kejadian yang cukup mengerikan. Perang saudara, seseorang dengan wajah persis sepertiku ditembak, hingga bagaimana wajah-wajah ceria banyak warga di zaman itu."

Yizhuo mengembalikan potret itu dan langsung menutup bukunya dengan kasar.

"Exactly! Kita harus ke menemui Mr.John, dosen sejarahku. Dia sepertinya juga ingin mencarimu."

"Sudahlah, besok saja. Hari ini aku harus pulang cepat karena jadwal kereta minggu ini sangat kacau, aku bisa tidak pulang nanti."

️️

️️

️️️️

️️

️️

- tbc -

usurpateurs - hyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang