Akhirnya, setelah sekian lama, kelinci tak lagi jadi prioritas utamaku. Aku sudah mulai membiasakan diri untuk tak terlalu dekat dengannya.
Sudah lama aku tak menguntitnya, sudah jarang pesan-pesan konyol itu kukirim padanya, sudah tak banyak lagi obrolan yang membahas kelinci.
Seminggu lebih, dan aku masih merasa baik-baik saja.
Ah apa jangan-jangan aku sudah berhasil melupakan kelinci ya? Mungkin saatnya hati berkata, carilah yang lain untuk diperhatikan. Berarti memang berhasil metode yang aku elu-elukan.
Seiring dengan pengacuhannya, maka lambat laun mulai pudarlah perasaanku.
Tetapi, suatu kali aku melihat si kelinci berlari-lari. Getaran aneh itu tumbuh lagi. Meski tak sehebat biasanya, tapi cukup membuat rasa yang sama membuncah-buncah.
Aku tekan dada kuat-kuat, menyuruh getaran itu berhenti. Namun dia tetap tak ingin beranjak.
Aku pernah dekat dengan kelinci, iya pernah. Aku benar-benar dekat dengannya, tempat yang berdesakan waktu itulah penyebabnya.
Tak bisa aku gambarkan. Ternyata setelah pengucapan syukur atas keberhasilan melupakan, aku tetap gagal. Ternyata gagal melupakan iti rasanya seperti ini.
Kelinci yang aneh, nyatanya aku tak bisa melupakanmu begitu saja. Nyatanya, hatiku tetap tertambat ditempat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Melodi
Teen FictionKelinci dan Aku. Akan jadi apa kita nanti? Kapan melodi ini berhenti? Haruskah aku menunggu sampai aku tak jatuh cinta diam-diam lagi?