Bab 12.

542 26 1
                                    

Sampai juga Kirana di rumah, setelah di jemput sama Ocha. PRT setia di rumah orang tuanya. Kirana langsung masuk ke kamar miliknya yang sudah berapa tahun tidak pulang ke rumah. Sejak dia kuliah. Sejak itu pun dia tidak pernah namanya pulang ke kampung jika bukan urusan penting.

Kamarnya selalu rapi dan bersih, pasti PRT nya selalu membersihkan kamarnya. Jadi terawat sangat baik sekali. Teringat dengan masa-masa sekolah. Sebuah pintu diketuk sama Ocha. Kirana menoleh.

"Ibu panggil Mbak," ucapnya menyampaikan.

"Baiklah, nanti aku ke sana, setelah selesai ganti baju," jawab Kirana ramah dan selalu sopan.

"Baik, Mbak."

Ketika Ocha berlalu meninggalkan kamar Kirana. Kirana pun mengganti baju yang sangat pekat di badannya. Erika, mamanya Kirana sedang sibuk dapur. Aroma sedap itu sangat menggiurkan membuat hidung Kirana menghirup tak dapat dihembuskan lagi.

Kirana jadi semakin lapar setelah mencium aroma masakan mamanya. Di meja sudah terhidang beberapa lauk. Pokoknya banyak banget. Tidak bisa dihitung. Kirana mencomot satu ayam goreng, digigit tanpa ada larangan apa pun. Dia sangat lapar.

"Bagaimana kuliah kamu?" Erika bertanya saat dia memasukkan ikan merah ke panci besar.

"Biasa saja, Ma," jawab Kirana, beranjak dari duduk, kemudian ambil piring, diisikan nasi.

Kebiasaan Kirana seperti ini, pulang dari kota, dia langsung makan. Tidak menunggu siapa lagi yang mau ikut makan. Papanya Kirana sedang kerja, mungkin sebentar lagi pulang.

"Sebentar lagi, sudah selesai kuliah kamu?" ucap Erika, diangkat ikan merah sudah matang. Lalu dimasukan sayur sudah dia potong.

"Iya, tiga bulan lagi, nih, juga lagi mikir buat skripsi, bahannya masih belum ditemukan," jawabnya sambil menikmati makanannya.

"Baguslah, habis makan nanti. Papa mau membicarakan sesuatu padamu," ucapnya lagi.

"Soal apa?"

"Tunggu papa saja, ya. Sebentar lagi sampai," katanya.

Kirana tidak bertanya lagi. Dia lanjutkan sama makanannya. Beberapa menit, setelah berbincang-bincang. Terdengar suara di depan rumah. Suara dari papanya Kirana sudah pulang. Sungguh panjang umur, baru saja mamanya membahas.

Santo, papanya Kirana, langsung ke dapur setelah mencium aroma masakan dari sang istri tercinta. Kirana juga tidak lupa menyambut sayang pada papanya.

"Sudah pulang anak Papa, bagaimana perjalanannya? Macet?" tanya Santo.

"Gak, aku pakai kereta api," jawab Kirana, dia sudah selesai makan. Sekarang Erika menyiapkan nasi buat suaminya. Masakannya sudah selesai.

Kirana tetap duduk, berkumpul dengan keluarga tersayang. Ocha sedang mengerjakan di belakang rumah.

"Kata Mama, Papa mau membicarakan sesuatu ke aku? Soalnya apa, Pa? Kayaknya penting banget?" Kirana bersuara, meskipun tidak bagus orang tua sedang makan.

Tetapi Kirana tidak sabar buat mendengar. Apalagi dari perjalanan ke sini. Dia kepikiran. Seakan perasaannya tidak tenang. "Nanti baru dibahas saja, Kira. Biar kasih Papa makan dulu," ujar Erika.

"Baiklah, aku ke kamar dulu, mandi," ucap Kirana beranjak dari duduknya.

Sepeninggal dari Kirana. Kirana sempat mendengar suara di dapur, mama dan papanya sedang membicarakan sesuatu yang tidak bisa Kirana tebak.

"Kamu yakin akan beritahu kepadanya?" Erika bertanya pada suaminya.

Santo mengangguk, "Sudah seharusnya dia tau."

√TERJEBAK KARENA NAFSU (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang