Part 39 - Mood Swing

405 64 20
                                    

Kirana rasanya malu ketika ia bangun kesiangan, ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Apalagi ketika ia bangun, semua sarapan sudah siap.

"Biar aku nanti yang cuci piring, Bunda. Kiran gak enak cuma numpang makan aja."

Setelah sarapan, Kirana berniat menawarkan diri untuk mencuci piring. Tapi Rossa melarang. "Gak perlu, Nak. Biar dicuci sama Agas."

Sepertinya sang Ibunda masih marah, walaupun semalam Rossa sudah memaafkan Derran. Tapi rasa kecewa itu masih belum hilang. Semalam saat Kirana sudah tertidur, Rossa pergi menemui Derran yang masih sibuk dengan tugas kuliahnya di depan. Ia bertanya bagaimana kelanjutan hubungan mereka, namun setelah mendengar jawaban Derran, Rossa sedikit kecewa. Ternyata Kirana lebih memilih menelantarkan anaknya, dan pergi untuk meraih mimpinya. Biarpun begitu, Rossa juga tak bisa marah dengan Kirana, karena dari awal yang salah di sini adalah Derran.

"Kamu gak ngerasa mual?" tanya Rossa.

Kirana mengagguk. "Iya, tadi sebelum sarapan, Bunda. Tapi sekarang sudah tidak separah tadi."

"Pasti berat, ya. Maafkan anak Bunda, ya." Rossa meminta maaf atas nama Derran.

***

"Hati-hati! Jangan ngebut, Gas!" pesan Rossa pada Derran saat anaknya itu ingin kembali mengantarkan Kirana.

"Iya, Bunda."

"Nak Kiran, sering-sering datang ya. Biar Bunda ada teman ngobrol, soalnya Agas anaknya gak asik diajak ngobrol."

Kirana tersenyum. "Tentu, Bunda."

"Kami pamit," pamit keduanya, setelah mereka memasuki mobil. Kirana sempat melambaikan tangan pada Ibunda Derran.

"Ran, kita mampir ke studio dulu sebentar gak apa-apa?" tanya Derran. Kirana setuju-setuju saja, karena ia juga tak punya kegiatan.

"Ayo ikut masuk, di luar dingin." Derran mengajak Kirana masuk ke studio. Mereka ingin melakukan rekaman untuk video klip perdana mereka, di dalam juga sudah ada anggota The 99's.

"Kita langsung aja, ya. Itu si Leon udah di dalem cek suara." Malvin memberi aba-aba.

"Sorry ya gue telat lama."

Malvin maklum dengan urusan Derran, ia hanya mengangguk. Mempersilahkan Kirana untuk duduk dan menikmati makanan ringan di studio mereka. Butuh waktu hampir tiga jam untuk itu, Kirana sampai mati kebosanan. Bahkan tanpa sadar saat menonton TV, ia tertidur di sofa.

"Ran, ayo pula ..."

"Dia tidur, Der. Kasihan kalo lo bangunin, gendong aja coba," usul Arjuna. Akhirnya dengan takut-takut, Derran menggendong Kirana ke mobil. Wajah damai Kirana saat tertidur tampak lucu, ditambah Kirana sepertinya memakai parfumnya.

***

"Gue ketiduran, ya?" Kirana menatap sekelilingnya, ia terbangun di perjalanan pulang.

"Iya," jawab Derran.

"Kenapa gak bangunin?"

"Kasihan, kamu kayaknya capek banget." Dan Kirana mengerti, sepertinya tadi Derran menggendongnya kemari.

"Lo gendong gue sampe sini?"

"Iya."

"Berat, gak?"

"Gak kok, kamu mah gak berat sama sekali."

"Rasanya kayak gendong apa?"

"Sebelas dua belas kayak gendong kapas lima ton."

"DERRRAAAANN!"

"Enggak, bercandaa! Ran, jangan marah dong!"

Okey, Derran menyesal sekarang. Sepertinya Kirana akan marah selama berhari-hari jika begini ceritanya. Bercandanya memang cukup kelewatan.

***

Ini sudah hari ke tiga di mana Kirana marah, bahkan ketika Derran datang, Kirana tak ingin menemuinya.

"Ran, jangan lupa susunya diminum. Aku berangkat kuliah dulu, ya. Jaga diri baik-baik." Derran meletakkan segelas susu ibu hamil yang ia buatkan untuk Kirana.

Kamila hanya bisa tertawa kecil saat pasangan muda-mudi itu tengah bertengkar, ia ingat masa mudanya dulu. "Kirana belum mau keluar, ya?" tanya Kamila.

Derran menggeleng. "Belum, Bunda. Tolong sampaikan maaf Derran, ya. Derran pamit dulu, ada kelas hari ini."

Kamila mengangguk, tak menerima uluran tangan Derran untuk bersalaman. Menurut Kamila, Derran adalah anak laki-laki yang sopan. Jadi ia tak keberatan jika nanti Kirana berubah pikiran.

"Semua manusia tak pernah luput dari kesalahan," gumam Kamila sambil memandang punggung tegap Derran yang mulai menjauh.

Setelah itu, Kamila berjalan menuju kamar Kirana. Tersenyum menatap segelas susu yang tadi di buat oleh Derran. "Kiran, kamu yakin gak mau keluar?"

"Darrannya udah pergi?"

"Udah, kok." Dan pada saat itu lah, Kirana baru keluar dari kamarnya.

"Minum, Derran yang buatin!" Walaupun rasanya malas untuk meminum susu ibu hamil setiap hari, tapi ia harus melakukan ini bukan?

"Marahnya jangan lama-lama, kasihan Derran. Kamu juga, gengsinya dikurangin."

"MAMAAA!"

"Dasar bumil," kesal Kamila. Mood swing yang dialami Kirana memang benar-benar membuat dirinya naik darah.

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang