LIMERENCE 56

6.7K 791 29
                                    

Update! Buat karyakarsa maaf ya belum bisa update! Lagi sibuk ngajarin anak yang lagi ulangan 🤧

Selamat membaca ❤️


Karina mencoba untuk tidak memikirkan sesuatu yang memang tidak perlu. Karena memikirkannya hanya menambah masalah dan beban pikiran saja. Karina sudah mulai masa bodoh dengan sesuatu yang memang bukan urusannya.

Bukan urusannya? Tidak, sudah jelas ini urusannya jika menyangkut tentang Javas. Apa yang Jesica katakan di taman tadi terus berputar di kepalanya meski dengan keras dia sudah meyakinkan dirinya kalau semuanya akan baik-baik saja. Tetap saja, ketakutan itu selalu saja menyelinap masuk ke dalam hatinya yang dia usahakan baik-baik saja.

Kalau Ardhani akhirnya menikah dengan Jesica. Sudah pasti Javas akan bersama mereka. Karena Ardhani juga Ayah Javas sudah pasti Karina tidak mungkin menolak Javas bertemu Ayahnya. Seperti biasanya, Javas akan bersama mereka di saat Karina sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Lantas bagaimana akhirnya Ardhani benar-benar menginginkan Javas sendiri? Menginginkan hak asuh Javas untuk menetap bersama laki-laki itu mengingat menurut Karina jika Ardhani menikah dengan Jesica mereka akan terlihat seperti keluarga ideal. Javas akan punya orang tua lengkap yang tinggal bersama di satu rumah.

"Tidak! Javas milikku," tiba-tiba saja Karina berteriak. Mengejutkan Javas yang sedang tertidur di atas tempat tidur. Bayi itu menangis yang juga mengejutkan Karina.

Karina bangkit, buru-buru menggendong Javas yang masih menangis. "Ah, maafkan Ibu, Nak. Terkejut ya? Ibu tidak sengaja," kata Karina, mencoba menenangkan Javas yang mulai menghentikan isak tangisnya. "Mulut ini benar-benar bodoh," maki Karina kepada mulutnya sendiri.

Karina menatap wajah Javas yang sedang memandanginya. Mata bulatnya yang bersinar membuat hatinya perlahan kembali merasakan perih yang tak kasat mata. Bayangan itu kembali merusak pikirannya. Karina benar-benar tidak bisa kalau suatu saat harus berpisah atau di pisahkan dengan Javas. Karena hanya Javas lah satu-satunya alasan Karina ingin bertahan hidup dan menjadi manusia yang lebih baik. Menjadi Ibu yang baik untuk anaknya meski dia tidak bisa memberikan kesempurnaan keluarga utuh untuk anaknya.

"Rin."

Ketukan pintu serta suara yang memanggil namanya terdengar di luar rumah. Karina kenal dengan suara itu, dengan pelan dia menaruh Javas kembali di atas tempat tidur lalu membuka pintu.

"Ersa, Riz," panggilnya.

Ersa dan Riz sudah berada di depan pintu rumahnya. Dua orang itu tersenyum hangat, sepertinya mereka hendak pergi bekerja.

"Hadiah," kata Riz. Mengangkat paper bag di satu tangannya.

Karina tersenyum, membuka lebar pintu rumah lalu menyuruh dua orang itu masuk ke dalam.

"Javas mana Rin?" tanya Ersa.

Karina menunjuk kamar dengan dagunya. "Ada di sana."

"Apa dia sedang tidur?" tanya Riz. Wajah laki-laki itu tampak kecewa sekali.

Ersa mendengus. "Riz antusias sekali datang kemari karena ingin bertemu Javas, Rin. Aku bahkan di paksa untuk datang kemari sebelum pergi bekerja."

Riz berdecak. "Tentu saja aku sangat antusias. Sudah lama aku tidak melihat keponakan kecilku. Sepertinya dia sekarang makin tampan saja."

Karina terkekeh. Ini memang pertemuan pertamanya setelah hilang beberapa bulan dengan RIz. "Di kamar. Tadi dia baru saja bangun."

Wajah Riz bersinar. Dengan cepat laki-laki itu masuk ke dalam kamar Karina dan bergerak ke atas tempat tidur di mana Javas berada.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang