Sebuah mobil Ferrari hitam melintasi jalanan kota yang tidak begitu ramai, dengan dua orang manusia di angkutnya. Si penyetir mengalihkan pandangannya sebentar, melihat temannya hanya sibuk menyesap nikotin tampak acuh tak acuh mengenai tujuan mereka.
"Boring."
Ucapnya sambil sedikit menghembuskan asap nikotin dari mulutnya."Sabar bro, masi ada beberapa menit lagi sebelum kita sampai."
Sahut Jeff —pemuda yang menyetir— singkat, sambil terus fokus mengendarai kendaraan roda empatnya.Tepat enam menit setelah percakapan singkat itu, mereka sampai di sebuah tempat pelelangan. Bukan tempat pelelangan biasa memang, bisa dibilang tempat ini agak gelap. Jeff turun lebih dulu, disusul oleh pemuda satu lagi dengan lagak malas. Tangannya bergerak membuang rokok yang belum habis setengah di sesapnya.
"Dalam rangka apa kita datang ke tempat menjijikkan seperti ini?"
Protes pemuda itu setelah melihat papan reklame di depannya. Bukannya apa-apa, tapi ia memang tidak terlalu menyukai hal-hal berbau barang bekas.Jeff memutar bola matanya malas. Berjalan lebih dahulu sambil memutar-mutarkan kunci mobil dengan jari telunjuknya.
"Ambil semua yang kau suka, biayanya ku tanggung."
Ucapnya terkesan sombong yang jelas mendapat senyum meremehkan oleh temannya."Kau kira aku semiskin itu?"
Katanya lebih memilih menyenderkan bahu pada mobil di sampingnya.Jeff memutar badannya sambil menyimpan kunci disaku, lalu ikut menyenderkan bahu pada mobil.
"Sombong sekali lagakmu itu, Bible. Kau tidak menghargai usaha memberi hadiah dari temanmu ini?"
"Katakan pada ayahmu untuk memperluas bisnis ayahku di Khon Kaen, maka itu sudah lebih dari cukup."
Jeff hanya diam, seperti menimang-nimang sesuatu tanpa menyadari kalau Bible telah mengambil kunci dari sakunya dan hendak masuk ke dalam mobil. Tiga detik sebelum Bible benar-benar masuk, Jeff lebih cepat merebut kuncinya lalu menutup pintu mobilnya, mendapat tatapan kesal dari temannya.
Belum sempat Bible bicara, Jeff sudah lebih dahulu merangkulnya lalu menyeretnya masuk.
—
Para pembeli dan penonton yang terlihat tak sabaran telah duduk berderet dengan rapi pada kursi yang sudah disediakan. Bible lebih memilih menyenderkan diri pada tiang bangunan, sementara Jeff sudah melesat pergi menuju prasmanan. Ia malas untuk berbaur dengan keramaian. Dilihatnya sebuah panggung dengan masing-masing tirai merah disisi kiri dan kanan.
Bible tidak pernah menghadiri acara seperti ini sebelumnya, jadi dia lebih memilih acuh saja. Tak ada yang menarik perhatiannya selama pelelangan berlangsung, atau lebih tepatnya ia tak berminat. Hanya berharap ini segera berakhir dan dia bisa pulang. Masalah Jeff, tinggal katakan tidak ada yang menarik lalu selesai.
Begitulah pemikiran Bible lima detik sebelum suasana di sana nampak kacau. Para pembeli tampak riuh dan tak segan beradu untuk mendapatkan barang yang mereka mau. Bible penasaran, melangkahkan kedua kakinya maju membelah kerumunan agar bisa melihat sebagus apa barang yang direbutkan oleh orang-orang ini.
Ah—seorang lelaki manis dengan rambut hitam yang sedikit memanjang. Tubuhnya tak terbalut apapun, hanya memakai sebuah celana pendek berwarna putih. Kedua tangannya diikat dengan tali dan ia hanya nenunduk. Samar-samar maniknya menumpahkan cairan bening. Ia menangis, memandang takut pada orang-orang disekitar dari dalam kandang besar yang menampungnya. Suasana yang tidak kondusif membuatnya semakin takut, Bible bisa melihat lelaki itu menangis lebih deras.
'900 milyar'
'950 milyar'
'970 milyar'
Lalu hening.
Bible mengeraskan rahangnya, dengan lantang suaranya memecah keheningan.
"1 triliun."
Semua pandangan otomatis menuju kepada Bible. Pembeli lain yang tidak mau kalah, ikut menyahut.
"3 Triliun."
Bible menggeram sesaat.
"10 Triliun." Finalnya.Suasana mendadak hening, dari kejauhan Jeff menganga tak percaya. Sesungguhnya mengajak Bible kesini dengan embel-embel akan menanggung semua biaya dari barang yang Bible sukai hanyalah formalitas. Dirinya tak menyangka akan menghabiskan uang sebanyak ini, hanya untuk hal konyol. Setaunya Bible tidak menyukai hal-hal seperti ini. Tapi sekarang lelaki ini benar-benar mematahkan pernyataan Jeff dalam sekejap.
Bible melangkah maju mendekati panggung, orang-orang disekitar refleks mundur menjauh memberi jalan tanpa diperintah. Entah kenapa, nyali mereka menciut.
Bible menatap tajam pada pembawa acara yang berada di depan kandang berisikan lelaki manisnya.
"Minggir—"
Ucapnya sambil menggeser pembawa acara itu."—menjauh dari milikku."
Lanjutnya dengan tatapan tajam."Tutup tirainya, bodoh."
Hanya dengan tiga kata, tirai langsung ditutup. Meninggalkan Bible dengan lelaki manis yang baru saja dibelinya. Tangannya bergerak membuka pintu kadang didepannya, ikut masuk dan mensejajarkan diri dengan manusia dihadapannya. Ia hendak membuka sampul ikatan pada tangan si manis sebelum tangannya ditepis dengan tatapan tajam sebagai pelengkap. Lelaki ini takut. Begitulah kira-kira pikir Bible.
"Calm down, aku tidak akan menyakitimu."
Dirinya mengelus surai si manis lembut sambil tetap membuka sampul ikatan dengan perlahan. Si manis tampak tenang. Beberapa detik berlalu sampai tali itu benar-benar terlepas lalu Bible membuangnya asal.
"Good boy."
Ucapnya bangga sambil terus menatap makhluk didepannya. Manik lekaki itu tampak berbinar, perlahan memandang pria dihadapannya dengan tatapan polos miliknya yang hampir saja membuat Bible memekik, namun tetap menjaga imagenya.
Jemarinya yang semula mengelus surai si manis kini bergerak turun. Mencengkram dagu si manis pelan guna mempertahankan atensi yang diinginkan.
"Sekarang ku tanya, siapa nama mu?"
Lelaki yang ditanya tampak enggan menjawab. Ia hendak menunduk lagi namun apa daya, tangan Bible yang mencengkram dagunya tak membiarkan kepalanya menunduk barang satu inci pun. Ia tampak menimang-nimang sebentar sebelum menjawab dengan nada rendah.
"Build."
Bible mengangguk sebentar, melepaskan tangannya dari dagu Build.
"Baiklah Biu, ay—"
Belum sempat Bible menyelesaikan ucapannya, Build menyela dengan lantang."Build!"
Ucapnya dengan nada kesal yang sukses membuat Bible tertawa gemas selama beberapa detik. Ia memegang tangan lelaki manisnya lalu berucap.
"Baiklah Build, ayo pulang."
•
—fy