Richard POV
Aku terus menekan tombol hijau di handphone-ku, "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.....". Aku melempar handphone-ku asal. Dia bilang dia pergi dengan temannya lalu kenapa handphone-nya mati? Astaga, dia benar-benar membuatku gila.
KRING! KRING!
Tiba-tiba handphone-ku berbunyi pertanda bahwa ada telefon. Aku segera mencari-cari handphone-ku yang rupanya terletak di atas sofa. Akupun mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfonku.
"Halo?"
"Richard?"
Aku terdiam. Itu bukan suara Megan, pacarku. Aku segera melihat nama penelfon yang tertera di handphone-ku. Dan rupanya yang menelfonku adalah Alice, sahabatku. Aku menghela nafas dan kembali menjawab telefonnya,
"Ada apa?" Tanyaku,
"Kau sedang apa?"
"Astaga, kau menelfonku hanya untuk menanyakan itu? Aku sedang menunggu telefon dari Megan,"
"....." Tiba-tiba suasana jadi hening karena Alice tidak berbicara,
"Alice?"
"Ah,ya? "
"Nothing. Tiba-tiba saja kau tidak berbicara jadi kukira kau sudah menutup telfonnya,"
"Tidak,kok. Jadi kau sedang menunggu telefon dari Megan,kan? Kalau begitu aku matikan saja,ya,telefonnya"
"Kalau begitu baiklah. Bye, Alice"
"Bye,Richard"
Akupun menutup telefonnya. Kenapa Alice menelfon hanya untuk menanyakan aku sedang apa? Kayak enggak ada kerjaan lain aja. Dan sampai sekarang Megan masih belum menelfon-ku. Sebenarnya pacarku ini sedang apa,sih? Aku kembali mencoba menelfon Megan dan suara operator kembali terdengar di telinga-ku. Apa dia melupakan aku sebagai pacarnya dan mencari cowok lain? Tidak bisa! Dia hanya milik-ku! Hah, lebih baik aku tidur saja daripada pusing menunggu telefonnya.
—————————————————————————————————————————————————————-
Megan POV
Astaga, kenapa dia terus menelfon-ku,sih? Kurasa dia memang tidak bisa hidup tanpaku. Tanpa membalas sms serta mengangkat telefon-nya, aku memasukkan kembali handphone-ku ke dalam tas. "Siapa yang menelfonmu? Richard?" Tanya temanku, Tracy. Aku mengangguk, "Sudah biarkan saja" kataku. Aku dan Tracy kembali berjalan menyelusuri toko-toko yang berada di mall ini. Tiba-tiba mataku menangkap sesosok orang yang sangat kukenal,
Jake
Mataku membulat seketika saat melihatnya, "Tracy, aku duluan,ya. Nanti kau pulang sendiri saja,oke? Bye!" Kataku sambil berlari meninggalkannya yang bahkan belum sempat mengatakan sepatah kata. Aku berlari menuju Jake dan sepertinya dia tidak sadar akan kehadiranku. "Jake?" Panggilku. Dia menoleh lalu terkejut saat melihatku, "Megan? Kau sedang apa disini?" tanyanya, "Hanya berjalan-jalan. Kau mau kemana?" Tanyaku basa-basi, "Toko buku. Kau mau ikut?" Tanyanya. Aku mengangguk senang dan segera berjalan disampingnya menuju toko buku. Okay, sebenarnya aku menyukai Jake bahkan sebelum aku berpacaran dengan Richard. Dan harus kuakui bahwa setengah dari hatiku masih di miliki Jake. Akhirnya, kami sampai di toko buku. Jake segera berjalan ke arah rak buku yang bertuliskan best seller, tetapi, seingatku dia tidak suka membaca buku. "Jake, kau kan tidak suka membaca. Lalu, buku ini untuk siapa?" Tanyaku penasaran. Dia menoleh ke arahku dan tersenyum lebar, "Alice," jawabnya. Dan seketika setengah hatiku hancur dan senyum di wajahku memudar. Lagi-lagi cewek itu, setelah mengambil predikat sebagai sahabat dari pacarku, Richard, sekarang dia mengambil predikat gebetan dari orang yang kusukai, Jake. Haruskah cewek itu mengambil semuanya dariku? Haruskah dia kuberi pelajaran?
—————————————————————————————————————————————————————-
Alice POV
Mengapa dia terus mengejar Megan? Apa dia tidak sadar aku selalu menunggunya agar berpaling padaku? Mengapa kau bisa tidak sadar, Richard? Sudah berapa banyak tanda yang kuberi dan kau juga masih tidak sadar dan terus saja melihat cewek itu? Aku menghela nafas kasar. Aku berjalan menuju meja belajarku dan mengambil sebuah bingkai foto yang berisikan fotoku dan Richard. Saat itu, kami masih SD bukan SMA seperti sekarang. Richard merangkulku dan aku menunjukkan tanda peace dengan tangan kananku. Andaikan Richard bisa kembali seperti dia yang dulu, sebelum bertemu Megan.
Saat aku hanyut dalam pikiranku sendiri, handphone-ku berbunyi menandakan ada sms masuk. Aku melihat nama pengirim yang tertera di handphone-ku, rupanya Jake. Lebih baik tidak usah kubuka. Dari dulu, sudah berapa kali Jake menyatakan cintanya padaku, bahkan, dia tahu bahwa aku menyukai Richard. Dan dia terus bilang padaku bahwa dia akan mendapatkan hatiku suatu hari nanti dan menggeser tempat Richard di hatiku. Apa dia yakin dia bisa melakukan itu?
—————————————————————————————————————————————————————-
Jake POV
Lagi-lagi, Alice tidak membalas sms-ku. Selalu begini. Kenapa dia hanya bisa melihat Richard? Dia kan tahu aku rela mati baginya jika perlu dan dia masih belum bisa memberikan cintanya padaku. Dia malah mencintai Richard yang sudah jelas hanya menganggapnya sebagai sahabat.
Sudah beratus kali aku mencoba menghilangkan nama Alice dari pikiranku, tetapi itu sia-sia. Karena aku terus kembali padanya. Semakin keras aku berusaha melupakannya, semakin ingat aku terhadapnya. Terkadang aku juga merasa betapa malangnya nasibku ini. Padahal banyak cewek yang mengejar-ngejarku, tetapi, bagiku mereka semua kalah dengan pesona Alice. Alice itu cewek terbaik yang pernah kutemui. Apalagi yang harus kulakukan agar dia bisa memberikan cintanya padaku, walau sedikit saja aku sudah bersyukur jika dia menyukaiku. Semoga kau bisa melihatku bahwa aku benar mencintaimu, Alice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't You See I Love You?
Teen FictionAm I the crazy one ? Are you the crazy one ? Am I the crazy one for not being able to leave the crazy you ? - Richard The more you ruin yourself, the more you need me. You're the happiest next to me, choosing misery over loneliness - Megan Can't you...