17

3.9K 306 31
                                    




Happy reading guys🥰

Semoga kalian sukak😘








"Tidak disangka bukan berarti tidak mungkin , semuanya punya waktu dan jadwalnya masing-masing"






DEG

Mata dira membulat sempurna, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dira melihat sebuah bayangan hitam lewat di belakangnya melalui cermin, dira menoleh kebelakang, namun ia sudah tidak menemukannya, ia hanya mendengarkan beberapa suara langkah.
Diikuti dengan suara pintu yang dibuka laku tertutup kembali.

Dira menganga, menebak siapa yang baru saja ia lihat.

"Pencuri? " Tebak Dira panik.

Dira menyilangkan kedua tangannya di depan dada, mengingat ia hanya mengunakan sehelai handuk di tubuhnya.

Dira lansung bergegas ke lemari untuk mengambil pakaian dan memakainya, dirinya tidak bisa tenang.

Mengingat bahwa Altar pernah menceritakan bahwa di komplek ini rawan terjadi pencurian.

"Atau mungkin suami gue ya? " Ujar Dira mulai berpikir positif.

"Gue cek aja deh"

Dira berjalan menuju pintu, membukanya dengan penuh hati-hati agar tidak menimbulkan suara, ia sedikit was-was, tahun jika apa yang ia curigai ternyata benar.

Namun kekhawatirannya lansung hilang ketika yang ia dapatkan hanyalah altar yang sedang duduk di sofa sambil memegang ipad kerjanya.

Dira mendegus nafasnya lega, ternyata itu hanyalah Altar, namun seketika matanya kembali membulat ketika ia menyadari sesuatu.

Jika benar itu altar, bukankah ini pertama kalinya altar melihatnya dalam keadaan seperti itu?

Oh no, bukan seperti itu scane yang Dira rencanakan, ini terlalu akhhh ya sudahlah.

Waitttt, tapi apakah itu benar-benar Altar, jika iya, mengapa ia harus pergi dan tidak jadi menghampirinya.

Dira menetralkan mimik wajahnya, ia berniat menghampiri altar.

"Barusan ngapain ke kamar aku? " Tanya Dira dengan wajah datarnya ketika sudah berada di depan Altar.

Yang ditanya hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus dengan ipadnya.

Dira berkacak pinggang, kesal dengan reaksi yang diberikan suaminya itu.

"Heh, bisa-bisanya" Dira mengukir senyum smirk.

"Ada perlu apa? " Tanya Dira lebih judes

"Ngak, siapa yang ke kamar kamu? " Jawab altar tampa melirik.

Dira mengerutkan keningnya, mencoba membaca gerak gerik altar, ia tersenyum bangga kala ia menemukan sebuah ide.

"Cermin di kamar aku gedek loh mas"

Altar lansung menoleh,tatapannya membuat Dira ingin tertawa, namun sebisa mungkin ia tahan, karena ia sedang dalam posisi marah kepada altar.

Dira menaikkan kedua alisnya, altar memutuskan kontak mata terlebih dahulu.

"Maaf, karna lansung masuk" Altar menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Jantung Dira kembali berdegup lebih cepat,setelah memastikan fakta ini, ia malah tidak tau harus merespon apa lagi, jujur ia sangat malu, ia merasakan pipinya mulai memanas.

Sekedar TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang