The scars

2.2K 391 36
                                        

Beberapa bulan setelah perceraian, Tania mulai menata diri. Pindah ke apartemen tiga kamar tidur dekat kantor yang lebih minim perawatan agar dia bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama Adam sepulang bekerja karena menjadi single mom ternyata sangat menantang.

Tania berusaha mengabaikan rasa insecure akibat tidak memiliki pasangan. Meskipun Aziel berengseknya ada di level jahanam, tetap saja, ketika dia seorang istri, perasaan aman dan terlindungi karena statusnya selalu ada. Walau kadang kehadiran Ziel tidak terasa, setidaknya dulu dia bisa bergantian menjaga Adam saat Tania sedang merasa lelah. Sementara saat ini, segala sesuatu harus dia lakukan sendiri.

Dia ingat ucapan Anissa. "Gak gampang, Tan... Being single is not easy. Dulu aja kalau kita pacaran trus patah hati, recovery-nya bisa berbulan-bulan. Contoh paling extreme si Ara, deh. Diselingkuhin Didit, dia langsung resign gara-gara gak tahan sekantor sama Didit dan malah keliling dunia berbulan-bulan buat nata hatinya lagi.

Kasus loe lebih parah lagi, Bubs... Married for years... Ada Adam juga. Terbiasa ada orang di sebelah kita dalam case ini as a husband ya... Biasa ngelakuin apapun berdua then you have to do everything alone.

It's not gonna be easy. Ke depannya pasti sulit karena loe masih harus nata hati dan pikiran sementara as a mom, loe dituntut untuk tampil sempurna di depan Adam. Memastikan dia gak kurang kasih sayang walau loe remuk redam.

But, its okay... It's life. Memang berat, tapi gue yakin loe bakal terbiasa sama rasa sakitnya karena loe memang tangguh. Ibarat coba ke gym pertama kali... Nyiksa parah, tapi in the end hasilnya akan kelihatan bagus. Kayak bentuk abs loe saat ini. Kenapa perut loe bisa kotak-kotak begitu, sih?? Iri tau gak!!!" ujar Anissa yang niat awalnya memberi dukungan, tapi malah buyar karena rasa dengki.

Hari ini adalah hari ulang tahun Adam yang ke-dua. Tania hanya merayakannya secara sederhana dengan teman-teman terdekatnya yang biasa, Shera, Anissa, dan juga Ara. Mengundang mereka saja sudah membuat apartemennya terasa penuh karena mereka membawa anak-anak untuk playdate.

Saat sedang asyik bercengkrama sambil mengatur anak-anak untuk foto bersama, tiba-tiba saja ponsel Tania berdering. Aziel menelepon mengatakan kalau sekarang dia sudah ada di lobi dan membawa kado untuk Adam.

"Punya nyali dia ke sini?" tanya Shera sinis dan Tania hanya mengangkat bahu kemudian bergegas pergi ke lobi untuk menjemput Ziel.

"Sher, be nice... Seenggaknya buat Adam, deh," ucap Anissa memperingatkan.

"Oke, gue bisa, kok, tahan diri buat gak komentar apa-apa pas ketemu tu bajingan. Tapi, setelan muka gue gak bisa diubah ya, Nis...."

Ara menepuk-nepuk bahu Shera. "Iya, gapapa... Setelan muka ngernyit jijik kayak abis nyium bau bangkai dari loe masih acceptable, kok. Gue dukung!" tambah Ara sambil mengacungkan jempol.

Tak lama, Tania masuk dengan Ziel di belakangnya membawakan hadiah berukuran besar untuk Adam yang menyambutnya dengan gembira.

Walaupun enggan berhubungan dengan Aziel lagi, Tania tetap harus meredam egonya demi Adam. Dia membiarkan mereka bertemu setidaknya dua minggu sekali walau entah kenapa akhir-akhir ini Ziel jadi sering sekali menghubunginya, berbasa-basi menanyakan keseharian Adam padahal babysitter Adam selalu mengirimkan foto atau video-video Adam sehari-hari ke dia juga.

Teman-teman Tania jelas bersikap dingin ke Ziel yang tampak agak takut menatap mereka semua walau dia memberanikan diri menyapa Anissa yang memang terkenal paling lemah lembut di antara yang lain.

"Aku pulang ya, Tan. Kayaknya ada aku suasana malah jadi gak enak. Walau aku masih kangen sama Adam, tapi...." Ziel menarik napas dalam. "Nanti aja aku ke sini lagi kalau suasana lebih kondusif," tambahnya lagi saat ada kesempatan untuk bicara berdua saja dengan Tania.

Tania menoleh ke arah teman-temannya yang sebentar-sebentar memberikan tatapan maut ke Ziel setiap mata mereka bertemu. "Yah, kalau kamu terus di sini, Shera akan butuh banyak botox buat ngembaliin kerutan di dahinya saking illfeel-nya dia sama kamu. Aku gak tega jadinya. Botox mahal, gak perlu, lah, dia keluar uang lebih buat kamu doang," jawab Tania sekenanya.

Aziel tersenyum miris. "Kayaknya gak mungkin ya buat aku dapet maafnya mereka."

Tania menggeleng. "Mereka paling gak suka lihat aku tersakiti, Ziel... Dan mereka lebih miris lagi sama aku. You know why? Because not one scar on my heart came from my enemy. They all came from people who love me," ucap Tania sambil memberi tanda kutip saat mengucap kata 'love'.

Aziel menatap mata Tania, bergumam lirih. "Tan, I'm so sorry...."

"Oh, I know you're sorry... Tapi, bukan berarti aku mau terima kata maaf kamu begitu aja. Deal with it ya, Ziel...."

--------

"Ngebual apa lagi dia?" cecar Shera saat Aziel sudah pergi dan anak-anak sedang diajak jalan-jalan di taman apartemen sambil diawasi oleh para babysitter mereka.

"Basa-basi minta maaf aja kayak biasa. Udah tiga bulan terakhir gue denger dia minta maaf terus," jawab Tania setelah mengunyah marshmallow lapis coklat.

"Loe gak luluh, kan?" tanya Anissa hati-hati.

Tania memutar bola matanya. "Gue belom gila, Nis... Jadi, ya gak, lah."

"Gak, kita agak khawatir soalnya. Ya... Walau Nissa yang paling keliatan kalem, tapi, yang hatinya gampang meleyot itu sebetulnya loe, Tan," ucap Ara cepat.

Tania tertawa sendiri walau terasa miris. "I used to be so nice and sweet... Tapi sekarang bawaannya cuma pengin teriak, fuck you! Fuck that! Fuck everybody!"

Teman-temannya tertawa, kompak menepuk bahu Tania atau memberi pelukan singkat yang menguatkan.

"Tapi, loe hebat lho, Tan... Kalau sampe si Dami kayak Ziel ya... Udah abis itu titit gue patahin." Shera memberi gerakan meremas dengan raut wajah bengis dan Ara langsung tertawa.

"Pleaseee... Kayak Damian bakal mau ambil resiko aja. Tau, gak dia pernah bilang ke Darren. Jadi, Darren... Tiap Shera ngamuk trus ngasih ultimatum, Do whatever you want! It means Do not do what you want. Stand still, do not blink, do not answers, don't even try to breath, just play dead then you'll be fine," ucap Ara sambil tertawa.

"Trus Darren bilangnya apa?" tanya Tania yang juga tertawa.

"No worries... I'll do exactly the same!" jawab Ara yang tawanya semakin kencang.


---------

Okeh, setelah sekian lama terabaikan... Mari kita coba lanjut nulis cerita ini lagi walau sebetulnya neng juga belum tau mau dibawa ke mana ceritanya.

Ada keinginan besar buat nulis cerita Ace soalnya (hanya pembaca HaHa yang akan paham. 🤣🤣🤣)

Smell ya later!

Luv,
NengUtie






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Divorce is ok!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang