Dunia memang tidak aman bagiku.
Yang ku temui, hanyalah manusia-manusia jahat yang ingin menghancurkanku.
Kemana ku harus berlari? Hanya untuk mencari tempat bersembunyi.
Rasanya, aku tidak bisa kemana-mana. Selama masih ada dia.
Dia,
Adalah, ancaman nyata bagiku.
Akan ku habisi dia, apapun caranya.
***
Suasana seisi sekolah sudah begitu sepi. Tidak ada lagi aktivitas keramaian sekolah begitu waktu menunjukkan sore menjelang malam. Namun, tidak seluruhnya sepi. Yang tersisa, hanyalah seorang murid perempuan berambut panjang sepundak, dengan tas warna hijau muda begitu lucu dikenakannya, serta jam tangan digital berwarna ungu yang melingkar ditangan kirinya, tengah berjalan dengan riangnya melewati sepanjang koridor sekolah.
Ia diyakini menjadi murid terakhir di sekolah itu, karena sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Wajah lelahnya yang begitu terpancarkan, tidak mengurangi kecantikannya ketika ia merasakan senang yang teramat dalam, karena esok adalah hari libur sekolah. So, ia bisa menggunakannya untuk rebahan seharian.
"Gra-Gracia?!" Suara panggilan seseorang dari belakang gadis itu yang bernama lengkap Shania Gracia, seperti yang tercantum pada name tag yang ia kenakan.
Gracia, yang merasa dirinya dipanggil seseorang dari belakang, lantas menghentikan langkah kakinya, dan menoleh kebelakang.
"Eh! Bapak? Kenapa, pak?" Yang ia ketahui siapa orang yang memanggilnya, ternyata adalah seorang pria yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda, berpakaian nan rapi semakin menghampirinya.
"Maaf manggil kamu tiba-tiba. Kamu udah mau pulang ya?" Pria itu kini berdiri dihadapan Gracia.
"Iya pak, saya mau pulang nih. Bapak manggil saya kalau boleh tahu kenapa ya pak?"
Sesaat, pria itu menatap Gracia dengan tatapan yang tidak biasa. Ia menatap Gracia mulai dari ujung kaki sampai kepala. Pria itu sedikit menelan air liurnya. Entahlah, ada yang tidak beres darinya.
Ini anak boleh juga ternyata.
Gracia yang mendapatkan tatapan seperti itu, lantas sedikit tidak mengerti dan merasa aneh dengan tingkah laku pria tersebut.
"Pak?! Loh, bapak kok malah diem?!"
"Eh! A-anu, ma-maaf ya? Saya sebenarnya manggil kamu tuh karena sa-sayaaa---" Pria itu justru, setelah menatap Gracia dengan tatapan yang tidak biasa sebelumnya, mulai memikirkan sesuatu yang tidak biasa untuk disampaikan kepada Gracia selanjutnya.
Gracia yang semakin dibuat tidak mengerti dengan pria tersebut karena pria itu tampak membingungkan, lantas semakin mengerutkan keningnya.
"Kenapa pak? Bapak mau minta tolong sama saya?"
Seperti sebuah kunci yang membuka pintu jawaban bagi pria tersebut dari mulut Gracia, pria itu membenarkan atas apa yang Gracia katakan.
"Akh! I-iya. Saya mau minta tolong sama kamu. Kamu bisa kan, Gracia?" Pria itu, kini menaruh harapan kepada Gracia agar dapat membantunya. Padahal, ada sesuatu yang justru tengah ia rencanakan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsèsijã
Fanfiction"Shani? Akan ku bunuh dia!" Peristiwa yang dilakukan oleh Gracia, telah menyebabkan tewasnya sang Wali Kelas di sekolahnya karena ketidaksengajaan yang ia lakukan. Setelah peristiwa itu terjadi, secara tidak sengaja, Gracia yang hendak ingin melarik...