Mau kemana?

50 6 0
                                    

"Tes.. tes.. satu, dua, tiga."

"Tes.. tes.. satu, dua, tiga." ulang pak Jamal mengetes mikrofon yang ia pegang.

Nanta menatap Ara dengan raut kesal, karena masih aja berdiri dengan tatapan bingung. "Duduk." titahnya karena Ara tak kunjung duduk.

Ara menurut. Ia duduk di kursi kosong itu. Itu pun terpaksa duduk karena mendengar suara pak Jamal.

"Halu nya sekarang mendekati kenyataan ya." ucap Rafa entah kepada siapa.

Tapi Ara sangat merasa, ucapan itu untuknya. Ia diam. Malas membalas. Walau udah jadi mantan, Ara memaklumi perasaan Rafa. Siapa sih yang nggak sakit hati, baru pacaran, tapi langsung di campakkan?

Karena rasa bersalahnya. Ia jadi makin canggung duduk di sebelah mantan nya itu.

Ara menoleh ke samping nya, 3 detik kemudian dia kembali menghadap depan.

Ara menoleh kesamping karena melihat Rizal. Lalu balik menghadap ke depan karena nggak kuat lihat mata Rizal yang berapi-api. Ngeri juga ya lihat cowok cemburu.

Rifki menoel-noel bahu Ara. Ara hanya melempar senyum. Tapi nggak berapa lama, senyum nya pudar. Ia langsung mingkem mendapati muka cemberut Rizal.

"Masa Rizal jadi mantan gue lagi." Tiba-tiba Ara jadi lesu sendiri.

Melihat pacar dekat sama cowok lain. Pasti Rizal langsung ilfeel sama diri nya kan? Fix, pasti bentar lagi putus.

Ponsel Ara bergetar. Ia mengambil ponsel yang berada di saku nya. Ada satu pesan dari Rizal.

Rizal🖤

Susah ya punya pacar cantik.
Gue berasa semut di antara lebah-lebah yang mengerubungi bunga yang mekar.

Ara langsung memiringkan ponselnya saat mata Nanta melirik ke arahnya.

"Cih. Pakgirl."

"Cih. Jomblo." balas Ara yang kemudian memasukan ponsel ke saku. Ia tidak mungkin membalas pesan Rizal, saat kanan dan kirinya ada si mulut besar dan si tukang cepu.

Nanta mencubit tangan Ara karena anak itu sembarangan bicara. "As--su." umpat Ara dengan suara yang sangat pelan.

"Ngomong apa lo barusan?" selidik Nanta.

"Nggak ada." elak Ara.

"Tes, satu, dua, tiga." Pak Jamal kembali mengecek mikrofon nya.

"Astaga pak. Dari tadi cuma itu doang kata-katanya." batin Ara yang mulai gerah.

Gerah karena para koleksi nya duduk sejajar.

"Selamat pagi." Suara pak Jamal menggema di dalam aula.

"Pagii." sahut mereka yang masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang masih cari tempat duduk, ada yang masih chatingan, ada yang masih menggibah.

"Kalian semuanya belum sarapan?" tanya pak Jamal menatap siswa-siswi nya satu-persatu.

"Udah nggak fokus dengarin saya, sekarang lesu pula jawab salam saya." Sindiran pak Jamal, mampu membuat  semua muridnya menatap ke arahnya.

"Saya ulang sekali lagi. Harus kompak dan semangat ya jawabnya."

"Selamat pagiiiiii." ulang pak Jamal dengan suara yang lantang.

"PAGIIII." Balas mereka lebih lantang.

"Wiss.. mantap. Gitu dong jawab nya. Pagi-pagi itu harus semangat."

"Baiklah saya tidak akan berlama-lama. Saya ngumpulin anda-anda semua disini karena anda semua pasti masih ingat. Bahwasan nya setiap anggota baru di SMA MERDEKA ini, wajib memilih ekstrakurikuler yang sesuai minat dan bakat kalian."

My Ultimate HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang