Tiga

14 3 3
                                    

Holla!! we meet again.
Nice to meet you again!!!

⏳ Selamat membaca ⏳

Mendengar pertanyaan Rindou, ia juga berpikir akan bagaimana kedepannya. "Aku akan mencari pekerjaan saja."

"Lebih baik kau lanjutkan kuliahmu, itu tinggal 1 tahun kan?" Saran Ran. (Name), ia menggeleng sambil terus mengusap-usap punggung Ryo di gendongannya.

"Tidak, aku akan bekerja saja dan mengumpulkan uang. Lalu setelahnya aku akan melanjutkan kuliahku." (Name) berucap sambil membenarkan gendongannya.

"Aku bisa membiayai mu." Ucap Ran. (Name) tahu Ran orang kaya, tapi setidaknya gunakan uang itu untuk orang yang pasti.

"Ran-san sudah terlalu banyak membantuku. Aku takut setelahnya aku malah mengecewakanmu."

Ran terdiam. Benar juga.

"Aku percaya padamu."

"Tidak, tidak. Aku hanya orang asing, Ran-san."

"Huh, pergilah kuliah, (name). Dengan bayaran, kau asuh Ryo. Aku lelah, dia sangat cerewet." Rindou muak dengan percakapan itu. Ia bangkit dan keluar dari apartemen Ran.

"Mungkin itu lebih baik, (name). Aku juga kesulitan mencari pengasuh untuk Ryo. Dia terlalu nakal dan berisik, tapi kulihat tadi, dia sangat menyukaimu."

"Iya, mungkin akan lebih baik seperti itu. Tapi untuk kuliah, aku tidak ingin itu. Aku akan meralatnya, kehidupan kuliah sangat menyeramkan jika dipikir lagi. Aku akan berhenti saja." Ran menghela napasnya.

"Baiklah-baiklah, ku harap kau bisa menjaga Ryo saat aku bekerja. Kau bisa tinggal di sini. Terdapat kamar tamu di samping tangga. Kau bisa memakainya." Ran tersenyum.

"Terima kasih Ran-san. Aku akan berusaha sebaik mungkin."

⏳⏳⏳

Esok paginya, Ran dibangunkan dengan suara berisik dari dapur. Terdengar suara penggorengan dan pancuran air. Ran mengucek matanya dan bangun untuk turun. Ia menuju ke dapur dan mendapati (name) serta Ryo di sana. (Name) yang tengah memasak dan Ryo yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Papa! Selamat pagi!" Ucap Ryo semangat. Ran tersenyum.

"Ternyata ada Ran-san. Selam-uh astaga." (Name) kembali membalikkan pandangannya dari Ran. Sebentar, ia melihat Ran yang shirtless ditambah wajah khas bangun tidur dan rambut yang masih berantakan. Sangat tampan.

"Ada apa (name)" khawatir Ran yang melihat reaksi (name).

"Ano, bisakah kau kenakan pakaianmu, Ran-san?" Ran menatap tubuhnya yang hanya mengenakan celana pendek tidurnya.

"E-eh, maaf, maaf." Ucap Ran sambil berlari naik lagi ke dalam kamarnya.

(Name) menggelengkan kepalanya. Ia juga malu melihat tubuh Ran yang terbentuk indah dengan tato di setengah badannya. Sangat mempesona.

"Hihihi, papa malu." Kekehan Ryo menyadarkan (name). Ia kembali memasak dan menyajikan masakannya.

Ran kembali turun dengan pakaian rapinya. Setelan yang biasa ia pakai dan rambut yang telah disisir rapi.

Rasanya akshsisbsnsj pengen ku nikahin

Ran bergabung duduk di meja makan. Mereka bertiga sarapan bersama. Ran, sudah lama sekali ia tidak sarapan di rumah, bersama dengan Ryo seperti ini.

"Nona, apa Ryo boleh memanggil nona, mama?" Ucap Ryo di sela makannya. (Name) dan Ran tersedak bersama mendengar pertanyaan itu.

"Kenapa? Papa, bolehkah-"

"Tidak."

"Aaa Kenapaaaa?! Aku ingin mama, aku ingin mama!" Rewel Ryo lagi. Ia memberantaki makanannya.

"Tenang lah, Ryo. Ini masih pagi." Niat Ran menenangkan. Tidak tenang, Ryo malah semakin ribut.

"Aku ingin mama, aku ingin mama!!!" Ryo menangis dan berteriak.

(Name) kewalahan dengan makanan Ryo yang diberantaki dan teriakannya.

"Ryo, kemari. Duduk bersamaku, ya. Aku akan menyuapimu makan, kemari." Masih dengan menangis, tapi sudah tenang, Ryo beranjak dan duduk di pangkuan (name).

(Name) menyuapi Ryo dengan telaten dan sesekali bercanda.

Selesai sarapan, ia membantu Ryo memakai sepatu sekolahnya. Ryo duduk sambil mengayunkan kaki kanannya yang sudah terpasang sepatu.

Disampingnya duduk Ran yang juga tengah memakai sepatunya. "Nona, bolehkan aku memanggil-"

"Ryo, papa sudah bilang bukan?"

"Tapi kan nona belum menjawabnya."

"Jangan buat nona keberatan, Ryo."

"Benarkah nona keberatan? Apakah nona keberatan dengan panggilanku?" (Name) menatap wajah duplikat Ran pada Ryo.

"Aku tidak keberatan. Tapi apakah papa mu, baik-baik saja?" Tanya (name) pada Ryo. Takut-takut Ran sudah memiliki calon.

"Terima kasih (name) aku kira kau akan merasa risih dengan itu." Ran tersenyum.

"Ah, aku kira kau yang keberatan, Ran-san." (Name) tersenyum. Namun senyum itu membuat dada Ran terasa sesak. Ia seperti dirubung rasa geli.

Ran merona, ia menundukkan wajahnya menghindari kontak mata dengan (name).

Bersambung.... ⏳

Serendipity | Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang