53.

580 60 36
                                    

Part ini agak panjang, jadi sabar-sabar aja bacanya. Kalau bisa mipil aja buat stok nanti, biar gak kelamaan nungguin part selanjutnya, heheh.

___HAPPY READING___
.
.
.
_____________

'pranggg'

"Gio...."

Mulut Ania kelu seolah terkunci saat mengetahui seseorang dibalik topeng di depannya yang ternyata adalah seseorang yang diduganya.

Gio menyeringai, dia mendekati Ania yang terus berjalan mundur. "Jangan panik, gue hanya butuh waktu lo sebentar." ujarnya dengan suara serak basah yang sukses membuat tubuh Ania semakin bergetar hebat.

Ania menggeleng lemah. "Nggak. Jangan apa-apain gue, gue mohon......" lirihnya penuh permohonan.

Namun Gio sama sekali tidak menggubrisnya, dia seolah menutup telinga rapat-rapat di hadapan Ania. "Don't be afraid."

Ania gelisah, dia semakin berjalan mundur tanpa melihat ke belakang yang secara tidak sadar membuat nakas kecil terjatuh dengan segala isinya dan berserakan di lantai tak beraturan.

Brakkkkk

Suara nyaringnya itu sukses membuat tubuh Ania memegang, menahan dirinya agar tidak ikut terjatuh dengan nakas yang sudah bercampur dengan serpihan beling.

Senyum di wajah Gio semakin mengembang sempurna. Dia menatap Ania penuh kehausan dengan tangan yang mulai menyentuh apa yang bisa ia gapai.

"Lo diam, gue main aman."

"Apa yang mau lo lakuin, hah?!" teriak Ania histeris saat Gio berhasil menyentuh lengannya yang terekspos tanpa sehelai benang pun.

Gio menarik tangan Ania dan tanpa aba-aba dia membanting tubuh cewek itu di atas kasur bak melempar barang ditempat sembarang.

"Lemah. Nggak usah sok ngelawan gue!"

Rasa sakit dipunggung Ania tidak sebanding dengan rasa takut yang semakin menyeruak ditubuhnya. Bahkan sangkin takutnya Ania sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa terkecuali melindungi badannya dengan kedua tangan yang menyilang di depan dadanya.

Nafas memburu yang Gio keluarkan menyapa kulit pipi Ania yang membuat ratusan bulu-bulu kecil ikut terbangun dengan alam bawah sadar Gio sana.

"Come on. Lo bakal bebas kalau udah selesai." ujar Gio dengan pikiran yang sudah GILA.

Ania menggeleng lemah. Ingin rasanya ia berlari sekencang mungkin keluar dari tempat ini, tapi sudah tidak ada cara lagi. "Gio pliess...."

"Pliess kenapa hemm?" tanyanya dengan tangan yang terulur menyentuh rambut Ania dengan lembut.

"Lepasin gue..... Jangan kotori gue dengan kelakuan bejad lo, Gi...." pinta Ania dengan air mata yang tidak tertahan.

Gio tertawa puas melihat Ania yang meminta-minta dengannya. Ini lah yang Gio maksud. "Segini kemampuan lo kalau nggak sama pacar sialan lo?" tanyanya menekan jelas kalimat terakhirnya.

Ania menunduk, tatapan Gio membuat rasa takutnya semakin menyeruak tinggi.

"Lo selalu berhasil lawan gue di sekolah. Tetapi apa saat ini, lo bakal gagal lawan gue di sini?" Gio terkekeh penuh hina dengan Wajah yang semakin mendekat, mengikis jarak dengan deru nafas yang kian memburu. "Nggak ada cara lagi buat lo keluar dari sini. Sekarang waktunya balasan buat lo yang selalu bertindak semena-mena sama gue."

Plakkkkk

Ania menampar pipi Gio dengan sangat keras secara refleks. Bahkan sekarang, dia sangat menyesali perbuatannya, melihat rasa amarah pada diri Gio yang semakin memuncak akibat mendapat tamparan keras yang secara tiba-tiba Ania layangkan.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang