Berurusan terus-terusan dengan lelaki bernama Aiden, adalah hal yang sebenarnya Rana hindari. Alasannya simple. Rana tidak mau terlalu menumpuk hutang budi pada lelaki itu. Tapi sayangnya, semesta seperti sedang mempermainkannya, hingga membuatnya harus terus berhadapan dengan Aiden.
Tadi, setelah Aiden mengatakan bahwa kopernya berada di apartmen lelaki itu. Ia langsung mengintrogasi Bagas sebagai target utama. Dan benar, Bagas mengakuinya tanpa berkilah serta mengatakan padanya akan lebih aman jika kopernya berada di apartmen Aiden, yang notabennya adalah kekasihnya. Kekasih apanya?! Ia bahkan masih sendiri hingga saat ini.
Kini, Rana sedang duduk dengan posisi melipat kedua lututnya, untuk menjadi tumpuan kedua tangannya yang ia jadikannya bantal, karena lelah menunggu Aiden pulang dari kantor di depan pintu apartment lelaki itu. Dan entah berapa lama dirinya berada di depan unit apartmen Aiden, bahkan ia tidak tahu pukul berapa tepatnya sekarang.
Sejak Putri selesai diperiksa oleh dokter pukul sembilan pagi, Ia menitipkan kembali Putri pada Bagas untuk pergi ke kantornya sebentar meminta izin cuti beberapa hari lagi sesuai perkataan Aiden karena tidak ingin terkena masalah atau bahkan di pecat.
Dan jika di tanya bagaimana cara Rana sampai di kantor maupun di apartement Aiden, jawabannya adalah ia pergi menggunakan taksi. Sebuah kebaikan yang Aiden lakukan tadi pagi tidak pernah terpikirkan oleh Rana, paper bag yang ia kira hanya berisi obat dan pakaiannya sesuai apa yang dikatakan lelaki itu, ternyata terselip beberapa lembar uang seratus ribuan membuat Rana tidak tahu harus berkata seperti apalagi pada bos nya itu selain terimakasih.
Sepulang dari kantor, Rana langsung menuju apartment Aiden berniat untuk mengambil koper. Tapi hingga sekarang Aiden belum juga terlihat kembali dari kantornya membuat Rana lelah hingga mengantuk.
***
Sebuah ketukan pintu ruangannya membuat Aiden mengalihkan fokus pandangannya pada berkas yang sedang dirinya koreksi. Alarik yang sedang mengerjakan proyek kerja sama dengan Raharja group, membuat Alarik menyerahkan tugasnya mengoreksi laporan pada Aiden hingga Aiden mengerjakan pekerjaan lebih banyak dari biasanya.
"Masuk" perintah Aiden.
"Permisi pak"
"Iya. Ada apa Dewi"
"Saya ingin melaporkan karyawan yang bernama Rana pak?"
Dahi Aiden mengkerut bingung. "Ya kenapa?"
"Saya baru mendapat laporan dari HRD, bahwa untuk sekitaran minggu ini Rana mengajukan cuti karena harus menjaga adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit, pak. Jadi ada kemungkinan laporan keuangan yang Rana kerjakan akan berimbas pada pemunduran pembangunan proyek"
Aiden terdiam sejenak, memikirkan bahwa Rana benar-benar menuruti perkataannya. Aiden memandang Dewi, mengangguk mengerti.
"Pemunduran proyek?" ulang Aiden.
Dewi mengangguk.
Jika proyek pembangunan mundur, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
"Dew begini saja, untuk menghindari itu terjadi, kamu bisa serahkan itu pada rekan satu divisi Rana yang paling berkompeten. Katakan saya tidak mau terjadi kesalahan lagi, dan katakan juga padanya bahwa dia yang akan mengambil tugas Rana kali ini"
"Baik pak, akan saya sampaikan. Ya sudah saya permisi pak"
Aiden mengangguk, membiarkan Dewi meninggalkan ruangannya.
Rana.
Ada dan tiada gadis itu, masih saja menambah beban pikir.
Mengingat gadis itu, Aiden jadi teringat insiden tadi pagi dimana mulutnya terpleset saat berbicara dan mengatakan dengan santainya bahwa dirinya merupakan kekasih gadis itu, membuat Aiden tanpa sadar mengulum senyum, merutuki kebodohannya juga mengingat kembali ekspresi yang Rana berikan. 'Dasar gadis bodoh'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Girl [END]✓
Storie d'amoreMemutuskan pergi dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur ayahnya membuat Ranaya Arabella Raharja (24 th) kalang kabut. Terbiasa hidup bergelimangan harta orang tua, Rana mendadak kaget dengan situasi yang terjadi, sang ayah mencabut seluruh...