12. Cerita Sore Hari

21 14 1
                                    

“Pulang ini lo langsung kemana?” tanya Angga seraya merapikan bukunya sebelum memasukkannya ke dalam tas. Ia agak mengernyit melihat Ryano gak banyak bicara seperti ini, terkesan serius dan agak aneh.

Check up!” jawabnya sekenanya buat Angga makin merasa ada yang tidak beres.

Ryano sedaritadi bolak-balik memeriksa ponselnya dengan raut yang berbeda, hingga ketika Ryano beranjak Angga tak segan-segan menahan langkahnya.

“Eit! Lo mau kemana bro? serius amat,” tanya Angga menahan pundak Ryano.

Ryano berdesis pelan sepertinya masih sebal dengan Angga gara-gara kemarin. “Minggir lo!” Ketus Ryano yang ntah mengapa menyita perhatian beberapa teman sekelasnya.

Angga tidak berkutik lantas menepikan diri, membiarkan Ryano pergi. Aira yang baru saja memakai ranselnya ikut mengerjap pelan, walau berjengit kala Ryano berjalan melewatinya begitu saja dengan ekspresi dingin.

“Piwit, ngambek nih yee…” celetuk Aulia yang malah tertawa kemudian mencangklok tasnya di bahu, dan beranjak ingin keluar, tak peduli apapun yang terjadi dengan Ryano.

Aira agak mengerjap pelan mendadak bingung sekaligus sedih.

Untuk pertama kalinya ia diabaikan oleh Ryano.

“Ra! Lo pulang bareng siapa?” tanya Angga mendekat pada Aira yang sudah melamun, sedangkan Aulia sudah sibuk pada ponselnya.

“Eng… Kayanya sendirian—,”

“Pulang sama gue ya. Ada yang mau gue kasih tahu sama elo!” Ucap Angga kini meraih lengan Aira menariknya pergi begitu saja, meninggalkan Aulia yang hanya diam mengernyit, namun tidak terlihat peduli.



*



Aira membiarkan dirinya dibawa Angga hingga ke parkiran, namun belum sempat keduanya tiba di parkiran yang ramai, Angga menghentikan langkahnya juga melepaskan cengkramannya pada lengan Aira.

“Ada apa sih, Ngga??” tanya Aira tak tahan.

“Kita ikutin Ryano, gue ngerasa ada yang gak beres sama tuh anak!”

“Tapi—,”

“Ra… Lo pedulikan sama Ryano?” tanya Angga dengan ekspresi serius buat Aira mengerjap lantas tertegun.

Jika ia peduli dengan Ryano— Apakah Ryano juga peduli dengannya?

Aira mendadak murung, ditambah mengingat betapa terkejutnya ia kala Ryano mengabaikannya tadi.

“Ra?” panggil Angga lagi buat Aira tersentak jadi mendongak menatap Angga.

“Lo mau ikutkan??” tanya Angga berharap.

Aira terdiam sejenak hingga kemudian mengangguk yang ntah mengapa menimbulkan perasaan getir pada diri Angga. Seperti inikah menyukai seseorang teman? Ditambah fakta bahwa gadis dihadapannya juga turut menaruh perasaan pada sahabatnya, yang dapat disimpulkan, orang yang kucintai adalah temanku sendiri yang turut mencintai sahabatku. Dangdut sekali.

Yah, apa boleh buat. Ia juga tidak bisa memaksa Aira untuk turut jatuh padanya, toh menjadi teman jauh lebih menyenangkan daripada lebih.

“Ayo!”




*



Ryano melajukan motornya dengan laju yang cukup kencang, membelah kemacetan kota. Pemuda itu mengeratkan tangannya pada stang motornya, menarik gas tancap dengan perasaan gemuruh marah di dalam dirinya, hingga sore itu membawanya kembali pada sosok yang masih membekas dalam dirinya.

Is Still Just?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang