part 2

6 0 0
                                    

Belpaa Tenyom Terbaik

Bel, lu udah dapet sampul
21.45

Udah, ini tadi gue minta sisanya si Alisa
21.46

Anjrit gue kelupaan, terus ini gimana woiiii. Bantu dong. Pliss!!
21.46

jam segini ga ada toko buka lah, kecuali kalau itu toko milik gue
21.47

Terus gimana nihh, mana yg lain pada offline semua
21.48

Tidak untuk Vano
21.48

Dihh, lu suruh gw minta ke dia gitu?
21.48

Yapp, tumben gak loading otak lu
21.49

Ga ga ga!! Ogah sii. Gak mau pokok
21.50

Hemm ya udah besok pagi siap siap kena hukum Pak Broto aja. BYEEE gw mau bocan! Semangat cari sampulnya bestiii<3
21.52

HEHHH JAHAT YA LU!!
21.52

WOIII!!
21.52

P!
21.53

ANJIR TIDUR BENERAN
21.54

Belva memang menggunakan WhatsApp gadungan jadi dia bisa melihat siapa saja yang sedang online pada saat itu. Lain halnya Reynata yang sedang mondar mandir tidak karuan di kamarnya. Ia bingung harus bagaimana agar besok terhindar dari siksaan Pak Broto.

"Awas aja lu Bell, besok gw bejek bejek baru tau rasa. Temennya lagi butuh malah ditinggal ngorok"

Drttt drttt

Belva langsung mengenyritkan mata setelah melihat nomor asing menghubunginya. Dengan rasa sedikit takut ia tetap memberanikan diri mengangkat telpon tersebut.

"Hallo, assalamualaikum."

Lama tak ada jawaban, jantungnya semakin berdetak tak karuan. Perlu diketahui ia memiliki trauma dengan telpon dari nomor yang tidak dikenal.

"Hallo, ini siapa ya. Tolong jangan diam saja" tanyanya kembali

"Hmm, ini Vano"

DEGG, jantung Reynata serasa berhenti sejenak. Ia langsung mendaratkan bokongnya ke atas kasur besar miliknya.

"E.. e..e.. Vano yang sekelas sama gue?"

" Ya Siapa lagi" jawab dari sebrang dengan suara yang masih terdengar sangat datar

"Emm ada apa ya Van, kok tiba-tiba telpon. Apa ada yang penting"

"Pengen aja" jawabnya lirih namun masih bisa terdengar oleh Reynata.

"HAH GIMANA!"

Di sebrang langsung berdehem untuk mengalihkan topik.

"Nih gue ada. Tadi beli 2. Ternyata butuh 1"

"Beneran, Van?" Tanyanya memastikan karena tak percaya jika Vano se peka itu.

"Y, besok gue bawain"

"Terimakasih banyak Vannn"

Tut... Telepon tersebut langsung dimatikan tanpa ada balasan lagi. Sunggu jika Reynata tidak butuh pasti ia akan membogem muka Vano.

Terlihat Reynata yang sedang menggulung dirinya bersama selimut tebal dengan teriak-teriak gak jelas. Pasti ia sudah salting setelah mendapat telepon dari orang yang selama ini ia sukai.

"Itu yang di kamar atas bisa diam gak, sekarang sudah jam berapa belum aja tidur"
Teriakan Bu Maryam  yang tak lain Ibu Reynata. Ia memang sangat tegas mendidik anak perempuan satu satunya ini.

"UPSS!! Kebablasan saltingnya. Oke besok gue harus gimana kalau dia kasih tuh kertass. Argggg gimana nihh, ayok dong otakkkk jangan loading dulu plis pliss!!"

🌻🌻🌻

Pagi hari, Reynata berjalan menuju ke kelas dengan tangan yang dingin dan muka yang sedikit pucat karena bingung bagaimana menghadapi satu cowok tersebut.

"Ayo dong Rey, lu kan sering di tembak cowok. Masa ngadepin satu anak cupu aja lu udah keringat dingin" ucapnya kepada dirinya sendiri

Ketika ia melangkahkan kakinya ke dalam kelas, ternyata cowok tersebut sudah duduk manis dengan sejumlah buku komik yang sedang ia baca.

"Anjrit kok udah dateng aja si, padahal masih jam 6 kurang, rajin juga nih anak. Kan gue makin meleyot. Astagaa gak gak gakk, HARUS STAY COOL DULU YA REYY!"

Ia langsung menuju bangkunya yang berada di pojok belakang, ia memang sengaja memilih bangku tersebut karena jaraknya dengan meja guru sangat jauh dan banyak kesempatan bagi dia untuk tidur atau pun makan saat pelajaran.

"ANYINGG, LU NGAGETIN AJA SII!" yang tanpa disangka si Vano sudah berada di balik punggungnya. Padahal sedetik sebelumnya ia masih sibuk membaca.

"Nih!" Ia memberikan sampul berwana biru laut yang masih dibungkus rapi dengan plastik. Dan langsung kembali ke bangku miliknya

"Ini berapa harganya, gue ganti"

"Ga usah" jawab singkatnya.

Ketika ia sibuk memasangkan sampul kedua temannya datang dengan full senyumannya. Memang kedua temannya ini bisa membuat moodbooster bagi Reynata meskipun kadang-kadang terdapat masalah yang besar yang bisa melukai Reynata

"La ini udah di sampul, dapet dari mana lu"
Tanya Belvia menghentikan aktivitas Reynata dan Vina.

"Tuhh, anak pojok depan"

"SI VANO? JINJAA??"

Reynata yang lagi sibuk menulis namanya di cover buku hanya menganggukkan kepalanya aja

"DEMI APA SII TUH ANAK, KEMARIN DIA BILANG GAK ADA, TAPI KOKK MALAH NGASIH LU" emosi Vina sudah tidak bisa tertahankan lagi.

"Sabar, Vinn. Mungkin belum rezeki aja. Alhamdulillah buku lo kan ya juga udah di sampul kannn" lerai Belvia.

Di lain arah Si Vano hanya memutar bola matanya malas mendengar celotehan di Vina.

----

Arggg dingin banget siii si Vanoo. Kalau lu nyata pengen deh aku rebus hihi. Dahh 751 kata woii lelah jempol ini mengetik. MAAPIN KALAU BANYAK YANG TYPO.

BYEEE JANGAN LUPA VOTE

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang