The Game

1.2K 34 11
                                    

Pagi itu hujan turun cukup deras mengguyur kota Surabaya bahkan dari dini hari tadi.

Namun seperti sebelum nya, Rea tak lagi menemukan Lukas di meja makan pagi ini.

Pria itu, sepertinya telah berangkat kerja pagi-pagi buta sekali. Bahkan di saat cuaca tak baik seperti saat ini.

Membuat Rea yang mengetahui hal itu pun kembali merasa bersalah. Karena dirinya pria itu sampai harus terus menghindar sampai sebegini nya.

Merasa tak nyaman, bahkan untuk berada di rumah nya sendiri.

"Silahkan non." ujar bi Minah sambil menyajikan sarapan di meja makan tersebut.

Seketika membuyarkan lamunan Rea kala itu. Wanita itu pun tersenyum tipis dan segera mengambil sarapan nya.

"Tadi pagi Lukas berangkat jam berapa bi?" tanya Rea tiba-tiba saat bi Minah tengah menuangkan minum untuk wanita itu.

"Sekitaran jam 06.00 pagilah non. Tapi tenang, kali ini saya udah buatin sarapan buat den Lukas. Bekal nya saya titip ke pak Yono. Sesuai dengan ide dari non Rea kemarin. Semoga aja den Lukas suka ya sama makanannya."

Mendengar itupun Rea hanya bisa mengangguk dan mulai menyuap makanan di hadapannya.

"Ia semoga dia masih suka ya bi." balas Rea sekenanya.

Membuat si pelayan menoleh dan menyadari mimik wajah Rea kala itu menunjukkan raut kesedihan yang nampak samar.

Sesuatu yang entah mengapa mengorek rasa penasaran sang pelayan atas apa yang sebenarnya terjadi pada Rea dan Lukas sebenarnya.

Seakan ada sesuatu yang coba kedua nya tutupi di masa lalu. Namun wanita paruh baya itu nampaknya tak sampai hati untuk menanyakan hal tersebut pada Rea.

Karena bagaimana pun ia sadar, di sini ia hanya bekerja. Tidak pantas rasanya jika rasa penasaran nya harus membuat profesionalitas nya terganggu karenanya.

Jadi bi Minah pun memutuskan untuk tetap menyimpan rasa penasaran nya. Dan tak coba mencari taunya lebih dalam lagi.

"Suka lah non. Kan makanannya juga enak. Bibi sama yang lainnya aja suka apalagi den Lukas." hibur si pelayan yang berhasil membuat Rea sedikit tersenyum.

Wanita itu pun lalu kembali melanjutkan acara sarapannya. Dalam keheningan yang terasa menyelimuti.

Suara rintik hujan terasa menemani, mengisi kekosongan di ruang makan itu.

Bi Minah bahkan telah pergi entah kemana, meninggalkan Rea sendirian di ruang makan besar itu.

Sambil menyatap sarapannya tak jarang terdengar suara tarikan nafas pelan dari wanita itu. Seakan untuk menelan sesuap makanan itupun Rea butuh tenaga yang cukup ekstra.

Ini terasa cukup berat dan juga menyulitkannya. Bahayanya hal itu mulai terjadi sejak Lukas menjauhinya. Menciptakan garis batas yang seakan tak mampu Rea tembus sedikit pun.

Walau ia tau semua ini terasa aneh. Tetap saja hal itu berhasil mengusik perasaannya. Membuat Rea berpikir bahwa ia MUNGKIN mulai merasa nyaman berada dekat dengan pria itu lagi.

Pawned WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang