Note:
a. Semua Extra Chapter punya timeline masing-masing. Bisa jadi dalam rentang Prologue-Epilogue, atau sesudah Epilogue.
b. Tiap angka di depan huruf C mengindikasikan keluarga yang menjadi fokus extra chapter. C.1--Arsuho Chandrajaya; C.2--Archeno Chandrajaya; dan C.3--Arkai Chandrajaya.
________
"Kalau gue bilang Nindy bakal ke student housing lo, lo percaya gue, gak?"
"Enggak."
"Smart girl. Ternyata sekarang anak babi udah naik kelas jadi anak simpanze--agak pinteran dikit, dan gak selalu percaya omongan orang."
"Thanks, aku belajar dari ahlinya langsung."
"Siapa?"
"Kak Yeri."
Terdengar bunyi benda jatuh dari seberang telepon sebelum suara pekikan Yeri tertangkap oleh indra pendengaran Karina. "Anjir, Bocil, sejak kapan lo jadi adek durhaka?!"
"Sejak aku bergaul sama Kak Yeri."
"Njing, jangan ngomong seolah-olah gue ini bad influence buat lo, ya!" gerutu Yeri. "Anyway, Dek, back to what I told you earlier: Nindy kayaknya bakal dateng ke student housing lo beberapa jam lagi. Miss Joy udah transfer uang ke rekening lo buat kebutuhan dia nanti selama di sana karena jajannya Nindy itu beneran gak ngotak kayak--"
"Tunggu, Kak, bentar," potong Karina. "Jadi ini beneran? Nindy ke student housing aku? Di sini? Lille?" Kening gadis yang memasuki tahun kedua bangku perkuliahan itu mengernyit heran, namun kakinya tetap bergerak menuju dapur untuk mengisi botol minumannya seperti niat awalnya sebelum panggilan dari Yeri datang menginterupsi.
"Kecuali lo pindah kampus dalam waktu sebulan terakhir, iya, Nindy bakal nyamper lo ke Lille."
"Buat apa?" tanya Karina lagi seraya menutup botol minumannya yang sudah terisi air panas dari dispenser. Dia lantas duduk di kursi meja makan di dekatnya lantaran perlu posisi yang nyaman untuk memproses berita yang terdengar mustahil itu. Nindy? Tiba-tiba mengunjunginya ke Lille, Prancis? Dalam rangka apa?
Bukan maksud Karina untuk terdengar skeptis kala mendapat kabar bahwa saudaranya akan datang berkunjung. Kendati mereka, yaitu dirinya dan Nindy--plus Giselle karena kakak-beradik itu selalu satu paket seperti anak kembar--sudah beberapa kali bertemu semenjak 3 tahun yang lalu, Karina masih merasa canggung tiap kali berdekatan dengan adik sepupunya itu. Nindy adalah anak yang baik dan menyenangkan, tetapi Karina selalu merasa ada tembok pembatas di antara mereka. Karina sudah begitu kesulitan untuk mengimbangi Yeri (kakaknya itu, melalui Miss Joy asisten pribadinya, sangat senang mentransfer uang tiga digit ke rekeningnya atau mengirim barang-barang high-end dan limited edition tanpa alasan yang jelas ataupun diminta oleh Karina). Oleh karena itu, Karina juga butuh waktu untuk berbaur dengan Nindy yang notabenenya mempunyai latar belakang begitu berbeda.
Tidak, Karina tidak insecure karena dia percaya dengan value dirinya sendiri, hanya saja mau dilihat dari kacamata manapun, dia dan Nindy, dan keluarga Chandrajaya pada umumnya, mempunyai status sosial, gaya hidup, dan perspektif yang berbeda, terutama soal materi. Bagi keluarga Chandrajaya, terutama Yeri kakaknya, uang bukanlah apa-apa; kertas yang fungsinya untuk dihamburkan; benda yang tidak akan habis. Karina, meskipun seumur hidupnya tidak pernah kekurangan, tetap merasa dia tidak bisa mengadopsi prinsip yang sama. Irene tidak pernah mengajarkannya untuk berfoya-foya, jadi ketika mendengar berita dadakan bahwa Nindy akan berkunjung jauh-jauh dari Jakarta ke Lille, kota tempatnya berdomisili sekaligus menuntut ilmu selama dua tahun terakhir, Karina otomatis berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh.
"Ada masalah di Jakarta," Yeri terdengar off ketika menjawab, "jadi Nindy butuh space dulu buat clear pikiran dia, dan bukan porsi gue juga buat cerita walaupun Nindy itu sepupu kita. Tapi gue yakin sih, Dek, Nindy nanti bakal cerita sendiri sama lo secara tuh anak gak bisa nyimpen rahasia. Sekarang yang penting lo jagain dia aja sampai marahnya reda."
Ada masalah di Jakarta. Oke.
Yeri tidak mau memberitahu apa masalahnya. Oke.
Nindy sedang marah karena permasalahan itu dan tidak tanggung-tanggung memilih kabur ke benua lain. Oke.
Karina harus menjaga Nindy hingga gadis itu tidak marah lagi. Oke! Siap!
"Tapi aku ada midterm Kak, sejak dua hari yang lalu. Minggu depan baru selesai, jadi aku gak bisa selalu nemenin Nindy."
Keheningan untuk sejenak menyelimuti mereka berdua sebelum terdengar helaan napas Yeri yang terdengar lelah (Karina jarang mendengar kakaknya itu menunjukkan emosi lain kecuali mengomel dan marah). "Terserah lo aja deh, nanti dia gimana di sana, asal sama lo pokoknya. Itu lebih baik daripada tuh remaja labil kelayapan di hotel-hotel gak jelas atau ketemu strangers yang ada niat jahat sama dia."
"Okay."
Hening, lagi.
"Rin."
"Hmm?"
"Jagain Nindy. Walaupun lo keganggu sama ketawanya yang melengking kayak gak pernah diajarin manners, lo tahan-tahanin aja."
"Iya, Kak."
"Kalau duit kurang, bilang."
"Iyaa." Karina tersenyum. "Uang yang kemaren Kak Yeri transfer aja masih banyak banget."
"KOK BELUM HABIS?!" jeritan histeris Yeri refleks membuat Karina menjauhkan ponsel dari telinganya. Astaga, kakaknya itu, benar-benar. "Jangan kayak orang susah, anjir, Karina! Lo Bocil anak babi malu-maluin gue aja! Apa kata orang-orang kalau tau adeknya Yeriana Chandrajaya berhemat kayak gitu?!"
"Gak gitu, Kak ...."
"Diem, anjing," balas Yeri lagi, untungnya sudah tidak berteriak lagi namun nada suaranya masih terdengar emosi. "Gue kirim duit buat dipakai, dibeliin barang dan kebutuhan lo di sana. Jangan sok kerad buat nabung gitu. Ngerti, lo?"
"Ngerti, Kak, tapi semua kebutuhan aku emang udah terpenuhi, jadi sisanya aku biarin aja di tabungan."
"Jangan sok miskin. Bapak lo orang kaya."
Karina tersenyum masam. "Kan, itu bapaknya Kak Yeri yang kaya."
"Iya dah, si paling gak punya bapak."
Karina manyun.
🍒
__to be continued__
gemes banget ayang aku manyun gitu.
anyway, kenapa tuh, nindy marah sampai pindah benua? Ada yang bisa nebak?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Juicy
Fanfiction[SELESAI] Suho dan Irene bercerai. Ada Yeri yang menjadi korban. Dan lahirlah Karina yang ikut menanggung beban. Juicy, a Surene fanfiction featuring Yeri & Karina © Jeybenedict, 2021