Arsen yang sedang asik meminum es teh manis kesukaannya tiba-tiba di tepuk pundaknya oleh Dion yang membuat dirinya tersedak.
"Apa sih lo? Gue lagi minum, kalau gue mati keselek gimana?" gertak Arsen.
Dion mengabaikan gertakan itu, ia menunjuk ke arah gadis yang sedang berdiri menunggu pesanan dari ibu kantin. "Tuh Vanya, cewek yang famous di kampus kita. Dia anak akuntansi, pinter banget lagi."
Saat mata Arsen mengikuti arah tunjuk Dion, ia terpukau dengan wajah Vanya yang sangat cantik. Tanpa sadar minuman Arsen kandas karena Dion mengambil kesempatan di saat sahabatnya itu lengah.
"Sikat nggak tuh? Lo kelamaan jomblo, gue khawatir nanti lo gay." Ceplos Dion.
Arsen menoleh dan langsung menimpuk wajah Dion. "Sialan lo." Lalu sadar bahwa gelasnya sudah kosong. "Goblok banget sih lo. Mana gue nggak punya duit lagi buat beli."
Dion terkekeh.
......
"Kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Vanya tersenyum malu-malu, pipinya terlihat merona dan ia salah tingkah. 2 bulan sudah cukup untuk menumbuhkan benih-benih rasa di antara keduanya.
Mereka saling jatuh cinta. Begitu pula dengan Arsen yang nampak sangat gugup dan takut akan penolakan.
Selama 2 bulan ini dia mati-matian berusaha meluluhkan Vanya yang memiliki sifat cuek dan terus berusaha menjadi yang terbaik di antara banyaknya laki-laki yang sama menyukai Vanya. Termasuk Gio sahabat Vanya.
Arsen sebenarnya tak ingin Gio dan Vanya bersahabat, namun karena hubungan mereka lebih lama darinya dengan Vanya, jadi Arsen mengikuti alur saja.
Vanya mengangguk. Pertanda ia mau menjadi kekasih Arsen.
"Maksud kamu ngangguk apa, Nya?" tanya Arsen dengan polosnya.
Seketika Vanya tertawa, "Kamu kalau grogi lucu ya? Jadi telmi gitu. Aku ngangguk itu artinya aku mau."
"Mau apa?"
Vanya cemberut, ia berdiri lalu berlalu. "Au ah males."
Langsung Arsen mengejar gadis itu sambil berkata, "Aku tau, aku cuma bercanda, sayang."
........
"Jangan pernah pergi ya, Sen? Keluargaku udah kenal sama kamu. Jangan kecewain aku sama mereka." Ujar Vanya dengan tulusnya. Kala itu mereka sedang asik menatap langit malam di taman belakang rumah Vanya.
Arsen tersenyum, ia mengusap rambut Vanya dengan lembut. "Aku nggak akan pernah pergi. Trust me."
"I love you." Vanya mengulas senyum manisnya. Ia menatap mata kekasihnya yang sudah 5 bulan ini bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]
Fiksi RemajaBifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah r...