DREAM: 1

194 30 0
                                    

Aku berjalan menuruni tangga, melangkahkan kakiku secara bergantian. Tidak terlalu fokus pada langkahku sendiri, aku menabrak seseorang dan...

   "YAKKK! BISAKAH KAU BERJALAN MENGGUNAKAN MATAMU?!"

aku melihat ke arah suara gadis itu. Dia menatapku tajam.

Aku lantas membungkuk 45°. "Maaf, aku tak sengaja." Kataku, memohon maaf padanya.

Dia berdecih. "Hmph! Bahkan untuk melihat jalan pun sepertinya kau tak bisa, payah!" Sarkas nya dan aku sedikit terprovokasi.

   "Maaf. Tapi ku pikir, berjalan itu menggunakan kaki. Bukan mata. Aku tidak tahu jika mata mu bisa berjalan."

Mata monolid nya membulat seolah tak percaya dengan ucapanku. Tapi bukankah aku benar? Aku tidak pernah melihat seseorang berjalan dengan matanya. Kecuali di kartun.

   "Cih! Menyebalkan." Ujarnya lalu meninggalkan ku. Aku tak perduli, jadi aku juga kembali melangkahkan kakiku.

Berjalan menuju lokerku. Menarik nafas ketika aku sudah sampai dan berdiri tepat didepan loker. Biasanya... Orang-orang akan mengotori isi lokerku atau menghilangkan barang-barang ku. Itulah mengapa aku menarik nafas tadi.

Membukanya dan... Tara! Sampah bekas makanan dan minuman memenuhi loker kecil itu. Aku melihat sebuah kertas tulis, mengambilnya dan disana tertulis...

Nikmati sampah-sampah itu, bung!

Aku menghela nafas panjang. Hal ini sudah sering terjadi padaku. Sejak dua tahun yang lalu. Dan itu masih berlanjut sampai sekarang.

Aku melihat sekeliling guna mencari siapa dalang dari perbuatan ini. Segerombolan lelaki dan beberapa perempuan mendekatiku dengan seringai puasnya. Aku membenci itu.

Aku menatap mereka hingga seorang lelaki tiba-tiba mendorongku. Membuatku tersungkur ke lantai dan si pelaku hanya tersenyum jahat lalu tertawa setelahnya. Disusul dengan yang lainnya.

   "Ada apa, kawan? Kau tidak ingin menangis?" Tanya lelaki itu. Dan dia serta yang lainnya tertawa puas.

Aku menatap si pelaku dengan tatapan khas milikku. Lelaki itu..... Dia Devano Alpha. Si lelaki yang selalu merundung siswa yang dianggapnya lemah. Dia tidak pernah mendapat hukuman. Karena apa? Karena ini adalah sekolah milik ayahnya. Tuan Alpha, seorang lelaki paruh baya yang namanya terkenal di seluruh Asia.

Dev kesal denganku yang terus menatapnya. Dia menendang betis ku.

   "Cih! Suatu hari nanti, mata sialan mu itu akan ku cabut hingga kau tak akan bisa melihat lagi." Ujarnya lalu pergi bersama gang nya itu.

Aku lagi-lagi menghela nafas, berdiri dan menghampiri lokerku. Mengambil sampah-sampah itu dan membawanya ke tempat yang seharusnya.

Kembali menuju lokerku, mengambil  sepatu hitam yang ada didalamnya dan aku mengganti sepatuku.

Hal yang aku lakukan ini adalah sebuah aturan sekolah. Dimana kamu harus memakai sepatu khusus untuk dipakai disekolah dan menggantinya ketika akan pulang. Begitupun saat kau baru datang. Aku sedikit membencinya karena itu merepotkan. Tapi aku bukan pemberontakan yang selalu melanggar aturan.

Menutup kembali loker itu dan berjalan keluar sekolah.

Oh! maaf, aku lupa memperkenalkan diriku.... Aku Zahra, Zahra nur khaulah. Usiaku baru menginjak 18 tahun. Aku tidak memiliki teman ataupun sahabat. Hidupku sedikit membosankan. Jadi, mungkin kalian akan merasa bosan ketika aku menceritakan kisah ku dalam cerita ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang