#11 - Air Mata

324 61 14
                                    

"Kau anak Appa sejak ibumu melahirkanmu dan sampai Appa meninggal nanti, kau tetap anak Appa."
[Peter Ling]

Hari ini aku dan Appa pergi lebih dulu menuju Rumah Starla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku dan Appa pergi lebih dulu menuju Rumah Starla. Jaehyun Hyung sedang ada rapat dan dia akan menyusul setelah jadwalnya selesai. Begitu sampai, puluhan petugas sudah berjejer menyambut kedatangan kami. Seorang pria yang beberapa kali menemuiku untuk memberi salam juga terlihat berdiri di bagian paling depan. Dia adalah Paman Kim, direktur dari Yoohan Group yang bertanggungjawab pada Rumah Sosial ini.

"Selamat datang, Tuan," sapa Paman Kim dengan hormat.

"Apa kabar?" Appa menjabat tangan Paman Kim dan mereka langsung berbincang akrab.

Aku hanya mengekori mereka di belakang sembari menyapa beberapa relawan yang sudah ikut bergabung. Satu bulan sekali, akan ada perkumpulan besar di tempat ini di mana semua pengurus, sukarelawan, dan penghuni rumah sosial akan bergabung untuk makan bersama. Terkadang juga beberapa artis akan datang untuk menyumbang dan menghibur.

Dulu, kupikir menjadi sukarelawan sangat membosankan dan melelahkan. Pemikiranku salah besar. Secara tenaga, aku memang kelelahan, tetapi semua rasa lelah itu menguap seketika saat melihat orang-orang bahagia atas hal kecil yang kulakukan untuk mereka. Hanya mendengar mereka berterima kasih saja, hatiku sudah sangat tenang.

"Sehun-ah, sini, Sayang." Appa melambaikan tangan dan aku segera mendekat. Di hadapan Appa, ada beberapa petinggi perusahaan lain yang kutahu bekerja sama dengan Star Group. "Ini adalah putra bungsuku. Ling Sehun. Beri salam, Nak."

"Annyeong haseyo." Aku membungkukkan badan ke arah lingkaran yang tengah menatapku dengan pandangan memuja.

"Kau sudah besar, Sehun-ssi. Pasti sudah siap bergabung ke perusahaan."

Aku melirik Appa sedikit canggung, karena sejauh ini memang tidak pernah ada obrolan tentang hal itu di antara kami. Appa dengan cepat mengambil alih obrolan sehingga aku tidak harus pusing memberi jawaban. Kemudian, aku terus mengikuti langkah Appa yang tidak bosan-bosannya memperkenalkan anak bungsunya ini kepada para koleganya.

Ada perasaan tidak nyaman yang harus kusembunyikan ketika orang-orang besar itu menanyakan keberadaan Jaehyun Hyung. Tidak hanya menanyakannya, tetapi mereka juga cukup jelas sedang membandingkan aku dengan kakakku. Tanpa perlu mereka bandingkan, aku tahu berada di level mana namaku berada. Aku tidak sejenius Jaehyun Hyung. Aku juga tidak memiliki prestasi apa-apa di mata keluarga maupun perusahaan.

Tatapan memuja mereka padaku semata-mata untuk menghormatiku karena ada Appa. Namun, ketika nama Ling Jaehyun mulai tercetus, saat itulah tatapan di mata mereka berubah menjadi semacam ejekan. Mereka menantikan debutku di panggung pewaris Star Group. Bagian yang membuatku muak adalah ketika beberapa orang berbisik mempertanyakan kesalahan apa yang telah kuperbuat sampai bisa menjadi relawan di tempat ini.

Sepertinya banyak orang sudah tahu bahwa kami –para putra konglomerat dan pejabat— yang tergabung ke dalam tim sukarelawan adalah orang-orang yang telah melakukan sebuah kesalahan, dan untuk menebusnya adalah dengan menjadi relawan di tempat-tempat yang telah ditentukan. Meski hati dan kepalaku panas, kali ini aku memasang telinga lebar-lebar untuk mencari tahu apa kesalahan kakakku.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang