13. Misi Penyelamatan

26 13 4
                                    

“Maksud lo apa Ngga? Nyuruh-nyuruh cowok gue balapan nanti malam?!” Tanya Aulia dengan nada menantang. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba dua manusia ini datang ke rumahnya.

Untung aja Mamah Aulia saat ini gak ada di rumah, kalau engga bisa berabe. Ditambah satpam rumahnya daritadi sudah meliri-lirik siap melapor.

Oh iya, orangtua Aulia tidaklah seperti orangtua pada umumnya, jadi wajar aja gadis itu sama sekali tidak mempersilahkan kedua temannya singgah.

 
“Lo gak ada gitu niat ngasih kita berdua masuk Cuma sekedar minum air putih aja?” sindir Angga buat Aulia menghela nafas kasar jadi melirik Aira.

“Ada apa sih sebenarnya??” tanya Aulia tak tahan kepada dua remaja dihadapannya. Aulia saat ini sudah dengan pakaian tempurnya, hanya bermodalkan kaos putih dan celana bokser hitam yang melekat dibadannya, dan anak itu sudah siap tempur di kamarnya untuk molor, atau main hape sampai muak.

Aira meneguk ludah kemudian menatap melas pada Aulia. “Kasih kita masuk dulu ya… genting soalnya! Urusan nyawa orang!” pinta Aira memohon buat Aulia membelalak.

“What?! Kalian bunuh orang?!” pekik Aulia mendadak takut, menjauhkan diri dari dua orang dihadapannya.

“Engga gitu! Ini misi menyelamatkan nyawa orang, Pinter!!” Gemas Angga buat Aulia mengernyit jadi menoleh kepada Aira.

Gadis itu memasang wajah melasnya buat Aulia menghela nafas jadi melirik satpam rumahnya.

“Om! Gue keluar dulu, indomaret depan! Jangan lapor yang aneh-aneh sama Mamah, kalau Mamah pulang!” kata Aulia pada Satpam rumahnya, kemudian menutup pintu pagar rumahnya.

Angga membelalak walau jadi menghela nafas saja menurut. “Motor gue??” tanyanya.

“Yah lo dorong, ya kali tarik tiga sama gue! Ogah!” balas Aulia kemudian merapat pada Aira.

“Ra! Muka lo kenapa pucat banget, lo sakit?” tanya Aulia merangkul Aira yang sudah tidak bicara.

Aira menghela nafas kemudian tersenyum tipis.

Tepat ketika sampai di indomaret ketiga remaja itu duduk pada kursi teras indomaret, bertemankan makanan ringan beberapa, dan minuman kaleng. Aulia yang dari tadi mendengar kejelasan cerita hanya bisa terperangah, hingga ketika Angga dan Aira menyelesaikan cerita mereka Aulia mendengus tak percaya.

“An-jay! Seriusan?? Demi si Frisly dia kaya begitu?! Woah, sinting beneran tuh orang!!” Aulia mulai tersulut emosi.

“Makanya kita minta bantuan Kak Mark buat gantiin Ryano balapan malam ini,” ujar Aira buat Aulia mengatupkan bibir jadi berdecak.

Please… demi Ryano…” pinta Aira buat Aulia mengerjap kembali bersungut sebal.

“Terus si nenek lampir gimana?” tanya Aulia mengenai si Frisly.

“Biar gue yang malam ini nyelamatin dia—,”

“Lo gila, Ngga?? Itu dengar cerita lo bahwasannya anak buah si Alex banyak aja gue merinding, lapor polisi menurut gue!”

“Tapi—"

“Jujur gue gak setuju kalau Mark yang balapan, lo tahukan dia lagi persiapan ujian akhir! Di tambah dia ada test masuk kuliah ntar lagi. Gue gak mau dia kenapa-napa! Mimpi dia banyak, please elah, jangan libatkan dia! Kalau soal balapan mending elo aja deh, Ra! Nyamar.” Kata Aulia memberi saran buat Aira membelalak kaget bersama Angga.

“Gila lo?” pekik Angga buat Aulia memicingkan matanya.

“Lo gak tahu cewek di sebelah lo kaya apa? Diam-diam gitu jago anjir! Gue pernah dibonceng dia! Mirip-mirip valentine rosie lah! 11-26!”

Is Still Just?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang