[ 0 5 ]

162 31 0
                                    

Kini Arjhi ada di gerbong kereta yang biasa ia tumpangi. Diluar sangat bising, makanya ia lebih memilih untuk langsung duduk di dalam kereta. Tak lama kemudian datanglah sosok Harshil, pemuda cantik yang ia temui tadi, dari pintu masuk.

Harshil hanya diam berdiri didepan Arjhino dengan memegang sebuah pegangan penumpang berwarna perak yang membentang diatas. Ia malu karena kejadian tadi pagi, karena itu Harshil berinisiatif untuk berdiri saja daripada harus duduk bersama Arjhi kembali.

"Hey?"

"Apa?!"

"Santai saja tidak usah marah-marah begitu."

Tidak, tidak marah, Harshil menjawabnya dengan sedikit ketus hanya untuk menutupi rasa malunya.

"Duduk, dari sini ke Miroh itu jauh."

"Gak."

"Duduk."

"Tidak, jangan mencoba memaksaku!"
"Duduk, atau–"

Belum selesai Arjhino berbicara, Harshil tiba-tiba ditabrak seorang laki-laki berumur. Tenaganya cukup besar, cukup untuk membuat Harshil kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di paha Arjhino dengan kedua tangannya yang refleks menyangga tubuhnya di pundak yang lebih tua.

"Saya bilang apa, nanti kamu jatuh. Untung kan ada saya?"

Wajah sang pangeran mulai memerah. Tubuhnya langsung berinisiatif untuk bangkit dari pangkuan Arjhi. Setelah itu Arjhi bangun dan langsung menghampiri orang yang telah menabrak Harshil tadi.

"Apa?" tanya orang itu dengan nada yang kaku.

"Dia pangeran."

"Lalu?"

Harshil menghampiri Arjhi dan menarik tangannya, "Sudah tidak perlu diperpanjang biarkan saja."

"Tidak bisa."

Entah setan mana yang merasuki Arjhino, tangannya langsung menepis pegangan Harshil lalu tergerak untuk mencengkram pundak kiri orang itu. Entah pula tenaga darimana karena orang itu terlihat seperti kesakitan.

"Sepertinya lupa dengan saya, hm?" tanya Arjhino dengan nada bicaranya yang terdengar rendah dan memancarkan aura yang mengintimidasi.

"K-kucrut ini, lepaskan tanganmu! Lancang sekali tanganmu, lepas atau–"

"Atau mau kau laporkan hal ini kepada Jack?"

"K-kau ... Kenapa mengenal ayah dari dia? Tunggu, wajahmu–"

"Jika sudah mengerti yasudah jangan banyak bicara dan mohon maaflah kepadanya."

Laki-laki itu melihat kearah Harshil yang sepertinya terlihat takut dengan sikap Arjhi, "M-maafkan saya, pangeran."

Setelahnya Arjhi melepas cengkraman tangannya, lalu menunjuk kearah Harshil.

"Dia, kau dan ayahnya telah merebut hakku."

"K-kau .."

Harshil sedari tadi hanya terpaku di belakang Arjhi, ia semakin ketakutan karena Arjhi menunjuknya dengan sorot mata yang berbeda. Tatapannya tajam, pupil matanya perlahan berubah semula coklat menjadi kebiruan.

"A-Arjhi .. Pupil matamu, warnanya .."

"R-raja?"

Orang itu seakan tunduk begitu saja, ia memberi salam sebagaimana seorang bawahan kepada yang tertinggi. Setelahnya orang itupun langsung keluar dari gerbong tersebut. Harshil terduduk diam, ia tiba-tiba mengingat potret pamannya yang terpampang di kelas sejarah tadi, sosok penguasa kerajaan ayahnya yang sebenarnya. Arjhi yang perlahan mulai tersadar kembali langsung duduk di sebelah Harshil dan menatap mata sang pangeran dengan intens.

usurpateurs - hyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang