Bab 7 - Bukan kencan pertama

992 223 29
                                    

Yuk ramein sih...

Huhuhu.. Pada komen atuh. Biar tau antusiasnya. Kalo gak pada komen, mending post di KK aja.


-------------------------


Aku takut berharap lebih karena kutahu semua akan berjalan dengan semestinya, dan berakhir dengan seharusnya.

Menikmati makan malam sederhana ini dengan sangat sempurna, keduanya sama-sama menikmati moment kebersamaan mereka. Tidak hanya satu cerita saja yang mereka jadikan topik pembicaraan disaat menikmati makanan malam, namun banyak hal yang keduanya bahas, hingga Dante kembali menyinggung mengenai kepindahan Dara ke Jakarta.

Hanya saja Dara tetap pada keputusannya. Mungkin belum sekarang. Planning awalnya masih lah sama, jika ia mendapatkan 200 juta dari Dante dan juga Fla, barulah rencana tersebut bisa dijalakan dengan baik. Akan tetapi kenyataannya tidak pernah sama dengan harapan. Maka dari itu lebih baik Dara menahannya. Mungkin dia bisa menabung sedikit lagi dari upah sebagai petani, barulah dia bisa kembali ke Jakarta.

"Mau ke mana lagi kita?" tanya Dara antusias. Dia benar-benar ingin menghabiskan waktu seharian ini bersama Dante, sebelum kehidupan buruknya kembali menyapanya diesok hari.

Sama seperti seorang Cinderella, Dara takut bila kebahagiaan ini akan lenyap tepat diwaktu tengah malam. Karenanya setelah menunggu Dante membayar makanan yang tadi mereka pesan, Dara tidak ragu merangkul lengan Dante sebelum mereka kembali ke mobil.

"Ayo ...." Meraih tangan Dara, kemudian ia genggam dengan erat, keduanya kembali menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sana.

Tidak bisa Dara abaikan tatapan penuh penilaian negatif dari orang-orang tersebut ketika Dante malah sengaja merangkul bahunya agar tubuh mereka menjadi semakin dekat.

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Aku rasanya bisa menebak apa yang ada dalam pikiran orang-orang itu. Mereka pastinya menyangka aku adalah wanita yang akan dinikahi kontrak olehmu. Atau aku adalah wanita simpanan dari pria bule sepertimu, yang sesungguhnya sudah memiliki istri dinegaranya sana."

"Pikiran kuno. Perlukah kamu memikirkan hal itu? Karena kamu tahu bila hubungan kita tidak seperti yang mereka pikirkan," ucap Dante, sembari membuka pintu mobil untuk Dara masuk.

Sekilas Dara masih mencoba tersenyum. Menanggapi jawaban yang Dante berikan.

"Memang aku tahu hubungan kita tidak seperti yang mereka pikirkan. Tapi sayangnya hubungan kita jauh lebih buruk dari yang mereka bayangkan. Karena kita berani melangkah lebih jauh walau tanpa status," ungkap Dara bertepatan dengan kondisi dimana Dante menutup pintu mobilnya, lalu bergerak ke sisi lainnya untuk masuk ke dalam mobil.

"Tadi kamu ngomong apa?" tanya Dante disaat ia sudah duduk di samping Dara, di kursi penumpang dalam mobil mewah.

"Nothing."

Dara melirik supir yang berada di depan, memberikan ultimatum melalui tatapannya agar tidak ikut campur apapun mengenai apa yang tadi ia dengar.

"Mau ke mana, Pak?"

"Ke mana kita? Balik hotel?"

Dante melemparkan pertanyaan pada Dara. Kemudian sebuah anggukan lembut Dante dapatkan sebagai jawaban.

"Iya, Pak. Balik hotel saja. Biar bisa istirahat."

Tersenyum penuh arti, Dara melirik Dante sebal atas kalimat yang baru saja Dante ucapkan. Balik ke hotel agar bisa istirahat? Dara tidak yakin akan hal itu.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang