BAB XVI : Cara Tak Biasa

206 35 7
                                    

Meskipun Preticia pernah beberapa kali membaca buku bergenre romantik, tapi Preticia tak pernah merasakan cinta sejati untuk dirinya sendiri. Dan ketika cinta itu datang dalam hidupnya, Preticia bertekad tak akan pernah melepaskan cinta itu meski Preticia sadar terlalu berisiko jika ia bersama dengan Lynch, namun Preticia tak memperdulikan hal itu. Karena Preticia percaya pada kekuatan cinta yang akan bekerja pada orang yang saling mencintai.

Sebisa yang ia mampu, ia ingin mengubah cinta satu arah ini menjadi cinta dua arah. Ia akan berusaha membuat Lynch mengenal apa itu cinta sejati.

Namun sepertinya Preticia perlu tahu, apa yang membuat Lynch jadi begitu tidak mempercayai cinta.

"Ini sangat sensitif untuk dibahas karena Lynch pasti akan marah jika ia mendengar ada seseorang yang membicarakan tentang Ibunya. Karena dia membenci Ibunya!" Alice bercerita. Bukan tanpa alasan ia bercerita pada Preticia. Dengan keahliannya berbicara, Preticia menarik Alice agar mau menceritakan sedikit tentang Lynch, tentu tanpa harus memberikan kesan bahwa ia sangat ingin tahu sekali. Alice adalah tipe gadis yang ceria, ia juga sangat terbuka pada siapa saja yang baik kepadanya. Nilai tambahnya, Alice mengetahui banyak hal dan ia tak segan untuk berbagi dengan siapa saja.

Karakter Alice yang seperti itulah yang membuat Preticia tidak segan untuk berusaha mencari informasi darinya, karena jika ia bertanya langsung pada Lynch, sudah pasti pria itu tak akan mau menjawabnya karena ia terlalu tertutup.

"Harus kuakui Ibunya itu memang jahat, tapi setelah nasib nahas menimpanya, aku jadi kasihan pada Ibunya Lynch."

"Memangnya apa yang telah dilakukannya?"

"Sewaktu Lynch berumur enam tahun, Ibunya pergi meninggalkannya dengan Ayahnya. Hal itu karena Ibu Lynch jatuh cinta pada seorang tuan tanah di kota. Umurku saat itu masih lima tahun, tapi masih ingat saat di mana Lynch menangis sambil memohon-mohon pada Ibunya untuk jangan pergi. Bahkan sampai memegang kaki Ibunya untuk mencegahnya pergi. Tapi Ibunya tetap pergi meninggalkan mereka. Kau pasti sudah lihat tato yang ada di leher Lynch, sebenarnya ada bekas luka di sana. Aku tidak tahu detailnya bagaimana karena pada saat Lynch berlari keluar untuk mengejar Ibunya, luka itu sudah ada di tubuhnya dan itu sampai ke bahunya."

Tatapan mata Preticia mulai kosong, hatinya sedih bercampur sakit ketika mendengar fakta tersebut.

"Lama tak ada kabar tentang Ibunya, sampai ketika—"

"Sebentar!" Preticia merasa ini tidak benar. Ia tak ingin mendengar kisah sedih Lynch dari orang lain. Sepertinya keputusan untuk mengorek masa lalu Lynch tidak benar. Karena ternyata ada banyak luka pada masa lalu Lynch yang kini sudah berubah menjadi bekas luka. Namun Preticia merasa tak pantas untuk menanyakan cerita dibalik bekas luka itu pada orang lain. Seharusnya sang pemilik lukalah yang harus menceritakannya.

"Kenapa?" tanya Alice.

"Tiba-tiba saja aku mengantuk. Aku takut ketiduran saat kau sedang bercerita. Lain kali saja, ya?"

"Oh oke, baiklah!"

Selama ini Preticia selalu tidur bersama dengan Alice di kasur yang sempit dan keras. Malam sebelumnya Preticia tak bisa tidur tapi sepertinya malam ini ia juga tak akan bisa tidur. Bukan lagi karena kasur yang keras dan tempat yang tak nyaman, melainkan karena ia terlalu sedih memikirkan luka yang dipendam oleh Lynch selama ini.

Waktu malam berlalu dengan begitu cepat namun Preticia tak kunjung dapat tidur juga. Pikirannya terus memikirkan tentang Lynch dan luka-luka masa lalunya. Saat waktu subuh menjelang pagi, Preticia memutuskan untuk pergi keluar kamar. Merasa tidak tahu mau melakukan apa di tempat asing ini, Preticia pergi keluar rumah dan menghirup udara segar di pagi hari. Keadaan masih sangat gelap ditambah dengan kabut yang menyelimuti daerah sekitar.

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang