Bab 8 - Kekhawatiran orangtua

822 214 20
                                    

Cie balik lagi.
Tumben nih update setiap hari?

Whakakaka... yuk makanya dikomen yang banyak biar aku semangat. Biar bisa update setiap hari.

Btw, sebelum bab ini, ada bab mature yang kedua yee..
jadi jangan ah, hoh, ah, hoh, kalo gak nyambung


------------------------------------------------------

Sering kali yang kita yakini benar, belum tentu sepemikiran dengan orangtua. Berbeda pendapat memang akan sering kali terjadi. Namun berkelahi untuk hasil akhirnya bukanlah pilihan terbaik yang dalam menjalani hidup ini.

Berbaring di samping Dara yang sudah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, Dante menyunggingkan senyum geli. Pikirannya masih berkelana atas pertanyaan polos Dara mengenai rasa atas kelaminnya. Entah Dante harus bersyukur bisa sedekat ini dengan seorang perempuan polos. Atau dia harus merasa rugi karena akan banyak memakan waktu untuk mengajarkan Dara sampai benar-benar bisa membuatnya puas.

"Kamu belum tidur?" bisik Dante sambil menarik Dara ke dalam pelukannya.

Tubuh kecil itu langsung tenggelam dalam tubuh besar Dante. Dengan sedikit menggeliat, Dara seolah memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

"Terima kasih untuk hari ini," bisiknya lagi. Namun kali ini kedua mata Dante ikut terpejam sambil berharap mimpi indah akan hadir dalam tidurnya.

Karena memang baru saat ini, Dante berbagi ranjang dengan teman bercintanya.

Embusan napas Dante di bahunya, serta kehangatan atas pelukan laki-laki itu, berhasil memberikan kenyamanan baru bagi Dara. Tidak seperti biasanya, dia lebih sering merasa kesulitan dalam memulai tidur, namun sangat berbeda untuk malam ini.

Baru sekitar 5 menit Dante memeluknya dengan nyaman, Dara sudah tenggelam jauh ke alam tidurnya. Bahkan tanpa dia sadari sudah berulang kali panggilan masuk berbunyi di ponselnya. Panggilan dari kedua orangtuanya yang merasa sangat khawatir atas kondisi anaknya yang belum kunjung kembali dari pertemuan dengan pembayar hutang.

Karena tidak ada info sedikitpun bila Dara akan menginap malam ini, panggilan itu terus berdering hingga Dante merasa terganggu dalam tidurnya.

Sambil mencermati dari mana suara tersebut, Dante menyadari bila suara itu berasal dari dalam tas Dara.

Pandangannya melirik ke arah Dara yang sedang tertidur pulas dalam tidurnya, Dante berinisiatif untuk tidak membangunkan perempuan itu. Karenanya ia bergerak dengan sangat hati-hati untuk mengecek siapa kira-kira yang menghubungi Dara tanpa jeda malam ini.

"Ibu?" gumam Dante ketika ia melihat nama itu tertera di layar ponsel Dara.

Memiliki keraguan untuk mengangkatnya, akhirnya Dante membangunkan Dara.

"Ibumu telepon."

Mengerjab berulang kali, Dara menerima ponsel yang Dante serahkan. Dengan notifikasi hampir 10 kali, nama ibunya jelas berulang kali memanggil nomornya.

Terdiam sejenak. Melihat ke arah Dante yang berjalan ke arah ruang tamu, diam-diam Dara merasakan kekecewaan atas sikap laki-laki itu.

Ia pikir mengapa Dante tidak mengangkatnya saja, dan bersikap gentle untuk menceritakan kepada ibunya bila kini Dara sedang bersamanya.

Menelan kekecewaan dengan susah payah, Dara memutuskan untuk tidak memperdebatkan semua ini. Karena ia tahu tidak ada posisi spesial untuk dirinya dalam hidup Dante.

"Halo, Bu."

"Ya ampun, Nduk. Kenapa enggak hubungi ibu. Ibu khawatir ...."

"Maaf, Bu. Tadi Dara sibuk."

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang