Tanganku gatel buat update si Mbak Leya, jadi cerita yg lain keteteran😋
Happy Monday
Happy reading
.
.
.Kampret memang mulut si Felisha!
Karena kehebohannya, aku jadi trending topik di kantor. Semua orang pasti sudah membuat dugaan sampai di mana hubunganku dengan Fabian. Kami sama-sama dewasa. Pastilah mereka tahu sudah sejauh mana hubungan kami.
Bodo amat!
Mereka sudah terlanjur memergokiku dengan Fabian Sabtu lalu dan siang tadi Felisha koar-koar menanyakan seberapa 'gedenya' milik bosnya. Felisha itu kelewat cablak. Tidak bisa tutup mulut. Memalukan!
Kejadian siang tadi menjadi pusat perhatian di kantin dan semakin memanaskan hubunganku dengan Fabian. Aku dan Lila hanya bisa menunduk malu sementara Felisha malah menatap seisi kantin dengan menantang. Dia bahkan tidak menyadari aku dan Lila sudah melipir keluar kantin. Sumpah! Malunya sampai ke ulu hati.
Setelah makan siang, aku kembali ke ruanganku tanpa menoleh ruangan Fabian. Aku melupakan ponselku, tak peduli dia menghubungiku atau tidak. Aku masih jengkel padanya.
Kemarin,
Hari Minggu, Fabian mengajakku kembali ke apartemennya. Sampai di sana, Fabian memintaku membuatkan kopi untuknya. Sebagai calon istri, aku menurut. Membuatkan kopi spesial untuk calon suami.
Saat kopi spesial sudah jadi, aku melangkah dengan senyum menemuinya. Tapi aku malah dibuat syok melihat apa yang terjadi di ruang tamu. Wanita yang dulunya akan dijodohkan dengan Fabian berada di atas tubuh Fabian dan mereka sedang beradu bibir.
Seketika hatiku geram, aku menyiramkan kopi panas yang ada di tanganku ke punggung wanita itu. Alhasil, wanita itu meraung kepanasan dan mengumpat keras. Tanpa ampun aku mengusirnya keluar apartemen dengan menyeretnya kasar bahkan aku melempar tas mahalnya. Sebelum dia mengeluarkan umpatannya lagi, aku memakinya lebih dulu dan melarangnya datang menemui Fabian lagi kalau dia tidak mau rambut bulenya ku bakar.
Fabian tampak salah tingkah setelah ku pergoki. Katanya, Maya-wanita itu menerobos masuk setelah Fabian membuka pintu. Saat berusaha mengusirnya, mereka malah terjatuh bersamaan di sofa dan wanita itu menggunakan kesempatan itu dengan baik.
Berkali-kali Fabian mengatakan itu hanya salah paham, tetap saja aku nggondok. Moodku rusak sepanjang hari libur kemarin. Aku memang percaya kejadian itu memang salah wanita itu yang nyosor duluan tapi tetap saja hatiku terbakar.
Berkali-kali juga Fabian meminta maaf padaku sampai membiarkan hal itu terjadi. Yang ada aku malah semakin kesal. Aku mendiamkannya sampai hari ini. Saat dia menjemputku pun, aku mengabaikan semua obrolannya. Dari pagi pun kami hanya berhubungan via telepon walaupun dia sudah menyuruhku untuk ke ruangannya. Sebagai bawahan, aku memang tidak ada sopan-sopannya sama sekali.
Sampai jam kerja berakhir, aku menyempatkan diri untuk menemuinya karena sadar diri statusku masih sebagai karyawannya. Tidak ada jawaban saat aku mengetuk pintu ruangannya. Pikiranku melayang, apa jangan-jangan wanita kemarin datang kesini?
Hatiku berdebar sementara tanganku memutar handle pintu dengan perlahan. Mengintip ke dalam dan membuka pelan-pelan.
Ternyata Fabian sedang duduk bersandar di kursinya dengan mata terpejam.
"Mas?"
Apa dia sedang tidur?
Biarlah, aku kan masih marah padanya. Lebih baik aku pulang saja daripada mendengar rengekannya. Perlahan aku menutup kembali pintu ruangannya. Berjalan memasuki lift bersamaan dengan dua karyawan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (End)
RomanceBertemu mantan bukanlah hal yang ku inginkan saat ini. Mengapa harus bertemu lagi dengannya sekarang? Lebih tepatnya, mengapa kami baru bertemu lagi? Seketika aku ketakutan. Takut, rasa yang ku kubur dalam-dalam kembali muncul di permukaan dan memb...