Chapter 3; Barudak Jaman Jigeum

9 1 0
                                    

"Pagiku cerahku matahari bersinar
Ku pegang map merah ku di tangan"

Senandung Arisha sembari membawa map merah berisikan kertas formulir pendaftaran Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMA Bhinneka Nusantara. 

"Eh liat deh itu si Arisha kan? Yang caper banget selama MPLS"

"Eh iya, dia toh orangnya? Biasa aja deh anaknya"

Ujat 2 anak gadis tersebut yang tengah saling berbisik di lorong sekolah. 

"Yailah ini 2 curut, sirik tuh bilang langsung bukannya malah ngomongin di belakang. Lagian kayaknya mereka belum berpengalaman nge gosip kayaknya"
Batin Arisha yang pura-pura tidak mendengar apa yang mereka bicarakan tentangnya. 

Arisha sontak segera mengambil langkah seribu untuk menjauhi kedua anak perempuan tersebut. 

"Aduh adek-adek kelasku yang cantik dan lambe. Next time kalo mau gosip sekalian pake toa masjid biar kedengeran sampe seantero SMA Bhintara" Ujar Lula sinis dari jendela kelas. 

Ternyata ruang kelas Lula bertepatan dengan posisi dua anak gadis yang tengah bergosip tersebut. 

"Eh.. Maaf kak..." Ujar mereka berdua salah tingkah. Hingga akhirnya mereka meninggalkan daerah tersebut. 

"Dasar BJJ alias Barudak Jaman Jigeum" Batin Lula

***

"Assalamu'alaikum, permisi kak" 

Arisha memasuki ruangan bernuansa putih biru, terdapat papan tulisan "Ruang OSIS" Di depan ruangan tersebut. 

"Waalaikumsalam, masuk"
Jawab seseorang dari balik pintu ruang OSIS tersebut. 

"Permisi Kak, saya mau mengumpulkan formulir pendaftaran OSIS nya Kak"

"Oh iya, boleh saya lihat dulu? "
Tanya remaja lelaki tersebut.

"Ah iya, silakan kak"

Arisha sekilas melirik ke arah nametagnya.

" Malviano Maheswara "
"Namanya kayak ga asing? Mirip namanya Kak Danish gak sih? "
Gumam Arisha

"Oke Arisha, ini jadwal wawancara kamu ya. Diharapkan kamu datang tepat waktu dan menyiapkan visi-misi yang sudah kamu ketik dan print. Jangan lupa untuk dihafalkan dan dipahami juga ya"

"Baik terimakasih banyak Kak"

"Iya sama-sama"

Arisha pun berjalan keluar dari ruang OSIS tersebut.

"Kak Danish sama Kak Mahes saudaraan kah? Namanya mirip"
Tanya Arisha kepada dirinya sendiri.

***

"Baiklah anak-anak, siapa yang bisa menyelesaikan soal Fungsi Komposisi di papan tulis? "

"Saya Pak! " Jawab Arisha semangat sembari mengangkat tangannya ke atas.

"Mulai caper berulah"

"Iya deh, si paling bisa"

"Ih apasih kalian? Arisha kan mau maju karena emang dia bisa. Harusnya bersyukur dong seengaknya karena ada Arisha kita bisa lebih paham sama materi pelajarannya. Jangan cuma bisanya nyinyir aja kalian. "
Sarkas Sabiru kepada teman-teman sekelasnya

"Kalian semua diam. Kalo emang kalian bisa silakan maju. Karena Arisha hanya akan mengerjakan satu soal saja dan masih tersisa 4 soal lagi. "

Keadaan kelas seketika hening. 

Arisha pun maju kedepan untuk mengerjakan soal yang pertama.

"Ini sebenernya materi semester 2, tapi kenapa udah masuk ke pembelajaran semester 1? "

"Karena Arisha sudah mengerjakan soal nomor pertama. Silakan yang lain maju kedepan untuk mengerjakan soal 2,3,4 dan 5"

"Lo tau ga caranya? "

"Itu f o g, dibacanya apaan tadi? Fog? F bulet g? "

"Itu kok bisa langsung f(g(x)) maksudnya gimana deh? "

Kelas seketika gaduh dengan suara bisikan-bisikan dari anak-anak kelas tersebut. Hingga akhirnya bel pergantian mata pelajaran berbunyi. 

"Saya harap kedepannya kalian tidak mengintervensi seseorang yang bisa maju kedepan. Harusnya kalian belajar dari dia, bukan membicarakan dia secara terang-terangan. "
Ujar Pak Jamal selalu guru Matematika Wajib di SMA Bhinneka Nusantara

"Arisha" Panggil Pak Jamal.

"Iya Pak? "

"Pelajaran tadi, materi semester berapa? "

"Semester 2 Pak"

"Anggap saja, saya sedang mengetes kalian mengenai bagaimana kalian menghargai orang yang ada di sekitar kalian"

Pak Jamal memberikan jeda sebelum melanjutkan kalimatnya yang berikutnya.

"Saya tau, kalian semua merupakan anak-anak dari kelas unggulan. Sayang yang hanya lolos pada tes kali ini hanya Sabiru dan Arisha. "

"Sekolah bukan hanya tentang mendidik seorang murid agar berprestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Tetapi juga untuk mendidik dan membangun karakter dari siswa-siswi di sekolah ini. Saya harap kedepannya, kalian bisa lebih introspeksi diri masing-masing. Sampai sini dapat dimengerti? "

"Mengerti Pak" Jawab kelas serentak. 

"Ya sudah, kita akhiri pertemuan kita pada hari ini. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

Kini keadan kelas pun hening. Mereka semua sedang mencerna kembali kata-kata yang telah dilontarkan oleh Pak Jamal.

Namun tidak bagi seseorang. Ia kini sedang merencanakan rencananya untuk menjatuhkan Arisha yang selanjutnya.

"Pokoknya gue harus bisa bikin Arisha dibenci sama seluruh anak di sekolah ini. "

"Ah.... Gue inget salah satu strategi yang pernah gue baca"

"Pinjam tangan seseorang untuk membunuh"
Gumamnya.

Arisha Dan JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang