"Kamu yakin udah mau masuk sekolah?" tanya Kamila untuk kesekian kalinya.
Hari ini Sila memutuskan untuk kembali ke sekolah walaupun kakinya masih belum benar-benar sembuh.
"Iya Nek."
Sila berjalan keluar kamar di tuntun oleh Kamila. Kening Sila mengerut melihat ada Abi di rumahnya pagi-pagi begini sedang mengobrol dengan sang Papa.
"Ngapain lo di sini?" tanya Sila judes.
"Papa sengaja minta Abi buat datang kesini jemput kamu sayang. Untuk sementara waktu kamu ke sekolah di antar jemput sama Abi," ujar Farel.
"Buat apa sih, Pa kan ada Pak Ian yang bisa supirin Sila."
"Pak Ian izin pulang kampung sementara Sila. Jadi Papa minta bantuan Abi buat jagain kamu selama di sekolah."
"Sila bukan anak TK lagi dan Abi juga bukan baby siter Sila, Pa. Gak usah lebay deh!" kesal Sila.
Farel menghela nafas, ia berdiri lebih dekat dengan Sila.
"Bukan lebay Sil, Papa itu khawatir biarkan kamu ke sekolah dengan kaki yang belum sembuh total. Janji ini cuma sementara sampai gips di kaki kamu di lepas," mohon Farel. Ia benar-benar khawatir membiarkan Sila masuk ke sekolah dengan keadaan yang masih belum sembuh total.
"Pa, Sila masih punya sahabat, pacar yang bisa jagain Sila di sekolah. Jadi kenapa harus dia sih?!"
"Karena cuma Abi yang Papa percaya. Papa kenal sama keluarganya, tau latar belakangnya gimana. Sedangkan pacar kamu? Dimana effort dia buat ketemu sama Papa? Selama ini aja dia gak nongol buat jengukin kamu. Gimana Papa mau pasrahkan kamu sama orang yang Papa gak kenal."
"Jadi menurut Papa dengan Papa pasrahkan aku ke Abi, aku bakal aman?" Sila menarik napasnya dalam-dalam. Ada rasa tidak suka ketika Farel membandingkan Darma dengan Abi yang jelas-jelas sangat jauh berbeda.
"Asal Papa tau aja ya, orang yang mati-matian cari aku pas aku jatuh ke jurang itu pacar Sila. Dia gak peduli dengan keadaannya sendiri yang waktu itu sedang sakit dan demam tinggi. Dia gak mikirin dirinya sendiri sampai mengalami dehidrasi demi cari Sila! Jadi jangan bandingkan pacar Sila sama dia!" murka Sila meledak.
Farel menghela napas pelan.
"Oke Papa minta maaf, Papa salah. Tapi ini juga demi kebaikan kamu."
"Kebaikan apa, Pa? Papa juga gak percaya sama Kak Filo sama Kak Kyla?"
"Bukan Papa gak percaya sama mereka, Sila cuma kalian itu kan cewek semua jadi harus ada satu cowok yang bisa di andalkan," jelas Farel.
"Pa..."
"Cuma sementara sampai gips di kaki kamu di lepas," potong Farel menghentikan protes sang anak.
Sila menarik napas dalam-dalam."Serah Papa deh!"
Sila keluar terlebih dahulu malas berdebat dengan Papanya. Lagi pula gips kan akan di buka beberapa hari lagi.
"Kita pamit dulu ya, Om," pamit Abi mencium punggung tangan Farel dan juga Kamila sebelum menyusul Sila keluar.
"Titip Sila ya, Bi."
"Rel, kamu kenapa gitu sih sama Sila?" ujar Kamila setelah kepergian Abi. Farel menoleh menatap sang Mama.
"Gitu gimana sih Ma?"
"Harusnya kamu gak paksa Sila buat bareng sama Abi. Keliatan gak suka banget Sila sama Abi," ujar Kamila.
"Sila bukannya gak suka Ma sama Abi cuma dia nyangka bakal di jodohin sama Abi makanya Sila gak mau dekat-dekat sama Abi," jelas Farel.
"Ya setidaknya kamu jangan paksakan apa yang gak Sila suka. Kamu tau kan gimana rasanya di paksa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARMASILA (HIATUS)
Teen FictionSpin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi membalaskan dendam pada pria yang sudah membunuh Kania, gadis yang ia cintai. Darma juga menutup identit...