[ 0 7 ]

188 32 5
                                    

Perlahan kedua manik coklat milik Harshil mulai terbuka, matanya mengerjap beberapa saat melihat seseorang yang kini tengah memeluknya.

"Senaksir apa hati nuraniku sampai dia dengan lancangnya ikut campur dalam dunia mimpiku?"

Harshil menoel hidung mancung bak ukiran Hermes itu. Setelahnya ia meletakkan telapak tangan kanannya ke pipi Arjhi, seseorang yang tengah memeluknya.

Hangat.

Tunggu dulu, hangat?

"Eh, kok hangat? Mana mungkin mimpi bisa merasakan hangat?"

"Ini bukan mimpi."

Harshil terkejut dan langsung bangkit dari tidurnya, "Eh?!"

"Kalau mau pergi pakai bajumu dulu."

"Baju?!" Harshil melirik ke dalam selimut yang sedari tadi menutupi tubuh keduanya.

"Loh kok?"

"Jangan berprasangka buruk dulu, agaknya kita jadi perantara tadi."

Wajah manis Harshil kini merah padam. Perantara? Jadi, dia dan Arjhi secara biologis telah melakukannya? Ya Tuhan.

"Takdir yang gila!"

"Ya menurutku memang gila tapi jujur saja aku menyukainya, karena sewaktu mereka melakukannya akupun ikut merasakannya tadi."

"Kau ini–"

"Kenapa? Malu?"

Arjhi ikut bangkit dari tidurnya, dia memutar tubuh kecil milik Harshil agar dapat berhadapan dengannya.

"Sayangnya kamu tidak ikut merasakannya, mau coba reka adegan?" goda Arjhi sambil menaik-turunkan alisnya.

"Orang sinting kamu ya! Gak!" elak Harshil sambil berbaring memunggungi Arjhi, tak lupa dengan tubuhnya yang harus diselimuti karena kini tak ada sehelai benang pun yang menutupinya.

"Hey hey~"

Arjhi terkekeh kecil sambil memeluk Harshil dari belakang.

"Jika bukan karena ayahmu yang membakar rumahku tadi pasti aku sudah menerkam tubuh mungil ini, tetapi uniknya takdir malah membantu kita melakukannya hhh."

Harshil melirik ke belakangnya, "M-maksudmu?!"

"Apa confess ku waktu di kereta tadi masih kurang jelas?"

Harshil menghadapkan tubuhnya kearah Arjhi, "Apa?"

"Aku menyukaimu."

"Aishh ..."

"Kenapa malah begitu, kau tidak menyukaiku juga?"

"Bukan begitu!"

"Lantas?"

Harshil menyembunyikan wajah cantiknya di dalam selimut yang dikenakannya tadi, ia tidak mau cecunguk yang tengah menggodanya ini melihat wajahnya yang pasti sudah sangat merah sekarang.

Setelah beberapa menit bungkam, Harshil mulai melontarkan pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul di kepalanya.

"T-terus setelah semua ini, kita harus apa?"

Arjhi mengeratkan pelukannya, "Hmm entahlah, karena sekarang Tuan dari tubuh ini ada dua orang mungkin sesekali yang lainnya akan memerintahku untuk melakukan sesuatu."

"Sesuatu?"

"Ya, seperti membunuh ayahmu mungkin? Aku pun masih tidak mengerti tujuannya."

Harshil menghela nafasnya. Benar, pamannya pasti akan memberontak demi meraih haknya kembali. Tetapi bukankah dia sudah mati sejak belasan, atau malah puluhan tahun yang lalu?

usurpateurs - hyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang