382. bikin mama nangis

950 64 3
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama kecewa sama kamu,"

Hardin hanya diam berbaring membelakangi mamanya. Sebelumnya Hardin menunjukkan pada mamanya roomchat dia dengan Jiskala. Bahkan Hardin tidak tega melihat wajah Gia yang benar-benar kecewa kepadanya.

"Kamu seperti bukan anak mama. Mama gak pernah ngajarin kamu kayak gini Amerta. Mama pernah bilang kan? Kalo kamu nyakitin perempuan artinya kamu juga nyakitin mama? Mama sekarang sakit hati loh. Apalagi Jiskala,"

"Maaf," lirih Hardin sambil menahan tangisnya.

"Kenapa harus bohong? Kenapa harus bawa-bawa masalah keluarga Jiskala? Kamu kenapa Amerta? Jawab mama,"

Hardin menggeleng.

Kemudian pria itu menangis ketika tangan Gia mengusap rambutnya.

"Abang jahat banget,"

Isakan makin terdengar. Gia langsung memeluk anak sulungnya dari belakang. Hal itu membuat Hardin makin menangis dan menyesali perbuatannya mengingat bagaimana Jiskala yang selalu memeluknya hangat dari belakang.

"A-abang harus gimana ma?"

Gia mengeratkan pelukannya lalu mengecup pipi putranya.

"Kalo abang udah sembuh langsung ke Bandung. Ajak dia ngobrol. Kasih tau semua alasan kamu bohong dan perkataan kamu yang menyakiti Jiskala. Sadewa cerita, Jiskala sayang sekali sama kamu. Mama percaya Jiskala bisa memaafkan kamu, tapi mama gak bisa jamin dia mau balik sama kamu. Yang kamu lakuin itu udah keterlaluan Amerta, kamu harus minta maaf dan nyelesein semuanya. Mama malu sendiri sama Jiskala karena kelakuan kamu.."

"Mama kecewa sama kamu karena mama gak pernah ngajarin kamu buat kasar ke cewek dan sekarang kamu benar-benar kasar lewat ketikan kamu. Mama pengen nangis, mama kayak gagal bikin kamu jadi anak yang baik,"

Hardin menoleh pada Gia yang sedang menghapus air matanya. Melihat mamanya menangis, Hardin langsung memeluk Gia dan kembali menangis.

"Mama Amerta minta maaf. Amerta jahat. Maafin Amerta ma, Amerta bikin mama nangis. Maafin Amerta,"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang