Lisa POV
Aku benar-benar merasa puas sudah mengerjai Jennie di pesan singkat yang aku kirimkan beberapa menit yang lalu. Aku yakin disana dia sedang merasa kepanasan. Ya Tuhan, akhir-akhir ini aku sedang berpikir untuk terus-terusan membuatnya terjatuh ke dalam pesonaku. Jika boleh jujur wanita itu sangat manis jika sedang berdua bersamaku."Kau sudah mengabari Daddy untuk hari ini?"
Aku menoleh pada kursi belakang saat Eonnie berbicara. Well, untuk pertama kalinya dia berkunjung ke perusahaan tentunya bersama orang kebanggaan ayahku, Freen. Sialnya, dia adalah orang yang dikirim ayahku untuk menetap disini dan membantuku mengurus beberapa hal penting di perusahaan yang menurutku sudah tidak perlu lagi diperbaiki.
"Kupikir kau yang melakukannya." singkatku mengotak-atik malas ponselku untuk mengirimkan beberapa kata saja pada 'Daddy'.
"Jika bukan karena Freen rasanya malas sekali melihat wajahmu, Lisa."
Aku tidak menggubrisnya melainkan bergerak membuka pintu mobil saat kami sudah berada di area parkir VVIP di depan gedung. Jemariku sibuk merapikan beberapa helai rambut sedangkan orang-orang sok penting itu turun menyusulku.
"Sebenarnya kau tidak perlu melakukan hal seperti ini, Lisa."
Freen berkata tatkala melihat seluruh pegawai berdiri di depan sana bersiap untuk melakukan penyambutan.
"Memang, tapi semoga saja mereka tidak berpikir jika hari ini akan ada pergantian pemimpin. Tidak masuk akal bukan?"
"Bubarkan saja mereka, argh aku merasa seperti tamu penting."
"Ya memang kau tamu penting jadi tutup mulutmu atau aku akan membiarkanmu masuk tanpaku."
"Apa kalian tidak bisa diam?"
Kami terkejut ketika Eonnie menyela perdebatan kemudian dia melangkah mendahului kami berjalan menuju keramaian di depan sana.
"Jisoo!"
"Aish, jika sedang di kantor panggil dia dengan embel-embel atau kau akan mendapat omelan." ucapku menarik tangan wanita di depanku yang baru saja ingin menyusul Eonnie.
"Jisoo-ssi? Ah aneh sekali,"
"Sudah, berjalanlah di depan sana, mereka ingin menyapamu."
Aku mengayunkan telapak tanganku mengajaknya dan dia berlalu mendahuluiku. Aku melihat betapa ramahnya dia ketika berkali-kali membungkukkan tubuhnya menyapa para pegawai yang sepertinya sudah sedari tadi menunggu kedatangan kami. Ya, aku baru saja mengkonfirmasi kedatangannya pagi tadi jadi mungkin mereka tidak memiliki banyak persiapan.
Saat sesi penyambutan selesai aku berbicara pada Irene sekertaris pribadiku untuk memerintah sekertaris direksi dan jajaran lainnya guna mengadakan pertemuan mendadak di aula perusahaan.
"Adakan pertemuan di gedung aula sepuluh menit kedepan." bisikku dibalas anggukan olehnya.
Aku berjalan mengarahkan kedua wanita di depanku untuk memasuki ruangan sembari menunggu.
"Dulu aku tidak yakin saat paman Marco memberangkatkanmu ke Korea untuk mengurus perusahaan ini, Lisa." ledek Freen mendudukkan bokongnya di atas sofa di depan kursi kerjaku.
"See? Kurasa tanpa kau datang kemari saja aku bisa mengurus semuanya jadi diam dan duduklah dengan tenang."
Mereka tertawa mendengarnya.
"Apa kau pernah membawa pacarmu kemari?" lanjutnya. Aku terdiam seketika saat melihat keduanya saling menatap menunggu jawaban dan aku tersenyum canggung setelahnya. Kenapa semakin dewasa mereka semakin gila?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JERK of HYPER
Fanfiction"Sebenarnya siapa yang hypersexual disini? Kau atau aku?" "Kita berdua." THE JERK of HYPER Can you control yourself? ⚠️18+ Area⚠️