Dirawat

3.8K 652 126
                                    

Selamat malam🌜

Jangan lupa vote dan komentar dulu sebelum lanjut

Kalau ada typo bilang aja ya fams di kolom komentar🤸

Emoticon yang ingin fams ambil part ini update?

Happy Reading🌝

###

"Kak Revan, yang ini, aku mau buah pir," tunjuk Khansa menunjuk keranjang buah. Ia mengerucutkan bibir karena Revan yang mengambil jeruk.

"Jeruk aja."

"Pir."

"Jeruk."

"Nggak mau," Saat ini Khansa tengah ribut dengan Revan yang tidak mau membukakan untuknya buah Pir, keinginannya sekarang padahal pir namun sepertinya alasan Revan mengambil jeruk karena terlalu malas mengupasnya..

"Ini aja, banyak kandungan vitamin c nya, Dek."

"Sini ah pisaunya, biar aku buka sendiri," ujar Khansa sebal. Revan yang melihatnya kemudian terkekeh. Meletakkan lagi jeruk dan mengusap ujung kepala adiknya.

"Sakit masih aja bisa galak," cibirnya.

"Nyeselin sih, adek sakit nggak dimanjain."

"Siapa suruh nakal. Liat pasti kamu jarang makan ya di kos, kurus gini, udah dikasih uang nggak dimanfaatin." Revan menunjuk tubuhn Khansa sambil mengomel.

"Nggak selera."

"Dipaksain."

Khansa menekuk wajahnya sebal.
"Jangan ongomel ah kayak cewek, bikin nggak mood."

Revan menghela napas, mengamati wajah Khansa yang masih pucat meskipun ini hari kedua di rumah sakit. Dia mengambil buah pir dan mulai mengupasnya dengan pisau.

"Mama Papa kenapa lama ya? Ke mana?"

Mendengar pertanyaan Khansa membuat Revan terdiam, dia juga jadi terpikir kenapa bisa selama ini orang tuanya mengambil hasil tes darah Khansa. "Mungkin emang lama."

"Masa sih?"

"Hem." Revan hanya menganggap meskipun tidak yakin. Berbarengan dengan itu pintu kini terbuka menampilkan Rayen yang baru datang.

Senyum Khansa mengembang. Baginya lebih asyik Rayen dari pada Revan, Revan sering membuatnya kesal karena kejahilan Yoona kakaknya itu.

"Masih bisa senyum nih anak, udah cemas juga dia kenapa-kenapa." Rayen yang sudah masuk berdiri di samping Khansa hingga membuat gadis itu kini menekuk wajah. Revan dan Rayen sama saja mengomel.

"Parah ya nih adek lo, emang nggak tahu kondisi.

"Pucat banget, Khan." Rayen menangkup tangannya di pipi Khansa.

"Apaan sih Kak Revan. Kak Rayen juga baru datang kok ngomel sih!" Khansa melepaskan tangan Rayen di pipinya, namun kakak lelaki pertamanya itu langsung memeluknya dengan erat. Rayen baru sempat datang karena kerja di luar kota.

"Jangan sakit."

Khansa yang tadi kesal kini terdiam mendengar penuturan kakaknya, perlahan tapi pasti Khansa tersenyum seiring air mata yang kini jatuh.

"Sayang ya sama aku?"

"Nggak sayang nggak bakal sekhawatir ini sama kamu."

Khansa mengigit bibir bagian dalamnya, menahan sesak dadanya yang terasa membuncah. Jika boleh dia ingin Revan dan Rayen saudara kandungnya, Khansa bisa merasakan perhatian, kasih sayang dan ketulusan mereka untuknya. Khansa langsung menghapus cepat air mata menyadari pintu yang terbuka menampakkan Alya dan Vero.

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang