3. LEMAH JANTUNG

130 88 13
                                        

Malam tiba, jam menunjukkan pukul 20:35 wib, Perdi sedang belajar dan di temani oleh Reina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam tiba, jam menunjukkan pukul 20:35 wib, Perdi sedang belajar dan di temani oleh Reina.

Perdi itu tergolong anak yang pintar, saat ini dia masih kelas dua SD, sedari kelas satu Perdi selalu mendapat peringkat satu di kelasnya.

Sangat berbeda dengan ibunya.

"Kamu nggak capek belajar dari tadi? mami aja capek liatin kamu belajar." cetus Reina.

Reina sedari tadi hanya melihat Perdi belajar, Perdi mulai belajar tadi setelah sholat maghrib. dan saat waktu isya tiba Perdi berhenti belajar, untuk melaksanakansholat isya. lalu dilanjut belajar lagi sampai sekarang.

Reina tadi hendak membantu Perdi saat Perdi terlihat kesusahan, namun Perdi hanya menjawab 'Ini mudah mami, Perdi aja yang belum paham, tapi bentar lagi pasti paham kok.'

Dan benar saja setelah itu Perdi langsung paham dan terlihat santai kembali.

Dalam hati Reina bersyukur, Perdi tidak bodoh seperti dirinya, dia bersyukur kepintaran suaminya menurun kepada Perdi, padahal kata orang-orang kepintaran itu menurun dari sang ibu.

Perdi menoleh dan tersenyum manis ke arah ibunya. "Perdi mau buat mami bahagia, soalnya Perdi cuma punya mami, Perdi mau jadi orang sukses biar mami bangga sama Perdi."

Reina tersenyum haru mendengar penuturan anak semata wayangnya. "Mami ambil susu sama camilan dulu ya buat kamu."

Setelah mengatakan itu Reina pergi ke dapur untuk membuatkan susu dan mengambilkan camilan untuk Perdi.

Perdi kembali melanjutkan belajarnya, namun tiba-tiba nafasnya mulai sesak, dan kepalanya juga mulai pusing.

Perdi menggelengkan kepalanya agar rasa pusing itu hilang namun matanya sekarang ikut buram, semakin lama semakin gelap hingga akhirnya dia pingsan.

Lima menit kemudian Reina datang membawakan susu dan camilan untuk Perdi, Reina melangkah ke arah Perdi yang diam dengan tangan dan kepala menumpu pada meja.

Reina mengira anaknya tertidur, perlahan tangan Reina mengelus rambut Perdi pelan. "Sayang, kalau mau tidur pindah ke kamar, jangan tidur di sini, nanti badan kamu sakit."

Namun tak ada respon, Reina mulai khawatir. "Perdi bangun nak." Reina mengelus tangan Perdi.

Namun tetap saja tak ada pergerakan.

Reina menepuk perlahan pipi Perdi. "Perdi jangan gini sayang, ayo bangun."

Namun Perdi tetap diam, Reina kalut, dia mengangkat tubuh Perdi dan membaringkan Perdi ke kursi ruang tamu yang cukup panjang, Reina melangkah ke arah telepon rumah dan mengetikkan nomor seseorang.

"Halo Rein." ucap seseorang yang ada di sebrang.

"Ren, Perdi pingsan, cepat ke sini." jawab Reina lirih.

"Kok bisa, gue ke sana sekarang." pungkas Reno.

Reina menutup teleponnya dan melangkah ke arah Perdi. "Perdi sayang, ayo bangun, jangan tinggalin mami sendiri di sini."

***

Reina dan Reno sudah sampai di rumah sakit, dan Perdi sedang ditangani oleh dokter.

Reno sedang menenangkan Reina yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan Perdi.

"Udah ya, jangan terlalu cemas, Perdi pasti nggak apa-apa Rein." tutur Reno sembari mengelus tangan Reina.

"Gue takut Ren, gue takut Perdi pergi."

"Perdi nggak akan ninggalin maminya, percaya sama gue." pungkas Reno, Reno membawa Reina ke pelukannya.

Tiba-tiba pintu ruangan inap Perdi terbuka dan menampakkan dokter yang telah selesai menangani Perdi. "Keluarga pasien?" tanya dokter itu.

Reina langsung melepaskan pelukannya dengan Reno, dia berdiri dan menatap ke arah dokter yang menangani Perdi.

"Saya ibunya, dok."

Dokter yang di jas-nya bertuliskan nama Fedrin ezwanda pun mengucapkan sesuatu. "Anak ibu menderita sakit lemah jantung, kondisi itu mungkin dari keturunan keluarga."

"Anak saya bisa sembuh kan dok?" pinta Reina.

Dokter Fedrin menggeleng. "Maaf bu, tapi penyakit lemah jantung itu tidak dapat disembuhkan, namun bisa di cegah supaya tidak kambuh yaitu dengan cara memakan makanan yang bergizi dan berolahraga secukupnya tapi jangan sampai dia kelelahan."

"Ada juga obat untuk mencegahnya supaya tidak sering kambuh, mari keruangan saya bu." lanjut dokter Fedrin.

Reina melangkah mengikuti dokter Fedrin, dan Reno memandang kepergian Reina, lalu kembali memandang ke arah pintu ruangan Perdi.

"Jangan pergi Perdi, kamu satu-satunya harapan Reina untuk terus hidup, sudah cukup ibumu merasakan kehilangan berkali-kali di dalam hidupnya."

Reina sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Perdi, dan Reno.

Reina sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Perdi, dan Reno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaperdiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang