19

50 7 0
                                    

Nino melirik bubur itu cacing di perut nya meminta untuk di isi namun fikiran nya berkata tidak.

Ia mulai memejamkan matanya Nino merindukan keluarga kecil nya mengapa takdir begitu kejam? apa Nino melakukan kesalahan yang sangat fatal di masa lalu?

Bayangan-bayangan saat di taman belakang berputar begitu saja ia benci pada tubuhnya yang lemah.

"Lepasinn.. ampunn hiks jangan apa-apain aku ma-af."

Nino menutup telinga nya. "S-sakit ayah hiks berhenti pukulin Nino."

"Anak tidak tahu diri!."

"Saya menyesal menikahi bundamu!."

"Pembawa sial!."

"Mati saja kamu!."

Suara hinaan ayah nya terus saja berputar di pendengaran seperti kaset rusak, Nino menekan telinganya agar suara itu menghilang.

Mungkin terlalu lelah menangis Nino tertidur dengan posisi menutup telinganya.

••••••

Matahari mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu Laki-laki manis ini enggan membuka matanya ia sama sekali tidak terusik dengan sinar matahari yang menerpa wajah imut nya.

Bagas masuk untuk melihat kondisi Nino ia melihat pasien nya masih tertidur dengan pulas, matanya menelisik ke arah nakas apakah Nino tidak makan?

Faisal sialan, umpat Bagas dalam hati memang anak itu sungguh arghh tangan nya merasa gatal ingin memukul wajah Faisal.

Nino terbangun dari tidurnya dan di suguhkan oleh Bagas yang berdiri di sampingnya.

"Bangun yu biar saya cek kondisinya." Ujar Bagas.

Nino menggelengkan kepalanya jujur ia takut di periksa.

"Haha, gakpapa gak bakal saya suntik."

Bagas mulai mengecek kondisi Nino, tidak ada perubahan dari kemarin. "Kenapa gak di makan?."

"Takut." Satu kata yang di keluarkan oleh Nino 'Takut' apakah sebesar itu rasa takutnya?

"Gakpapa gak usah takut."

Nino tetap menggelengkan kepalanya rasa takut itu sudah bersarang di tubuh nya.

"Oke-oke tapi makan oke? biar cepet sembuh." Bagas mulai menyuapi Nino dengan telaten.

"Udah." Ujar Nino menjauhkan wajahnya.

"Baru tiga suap, satu kali lagi nanti udah."

Nino terpaksa mengikuti perintah sang dokter, setelah selesai ia meminum obat cair yang diberikan Bagas, kenapa obat cair? ya karna Nino tidak bisa memakan obat dewasa pada umumnya.

"Ya udah saya tinggal dulu istirahat lagi." Ucap Bagas setelah itu ia keluar dari ruangan Nino.

Lagi-lagi sendiri dan sepi sungguh membosankan, jika bunuh diri tidak dosa Nino akan melakukan itu dari dulu.

Nino turun dari ranjangnya membuka faksa infusan yang berada di tangannya, lalu ia pergi keluar tanpa sepengetahuan Bagas.

Nino berjalan tanpa arah ia bingung akan pulang kemana, apa ia harus ke cafe milik satria?

Saat berjalan menuju ke cafe satria Nino berpapasan dengan bunda nya.

"BUNDAA." Panggil Nino, ia berlari kecil ke arah bundanya.

Nino langsung memeluk tubuh Mita. "Bunda kemana aja? Nino takut sendirian Nino gak punya tempat tinggal."

Mita mendorong tubuh Nino dengan kasar "Gak usah panggil saya bunda kamu bukan anak saya! saya gak peduli kamu punya tempat tinggal atau nggak."

FANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang