Empat puluh lima

6.9K 647 52
                                    

Happy reading and enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading and enjoy~

"Arthur! Sudah kubilang padamu jangan terlalu memanjakannya. Karena kau sering berada di sini Dom jadi ..."

Ucapan Ara terhenti, kembarannya itu melihat putus asa ke arah anak tampannya-yang saat ini ketampanannya tersembunyi karena dilumuri slime. Arthur tampak tidak peduli, padahal saat ini tampilan Dominic sangat kacau.

Rambut beserta seluruh tubuhnya penuh dengan slime. Anaknya itu malah tertawa riang, mengacuhkan ibunya yang saat ini berkaca pinggang.

"Arthur, kuberi kau dua pilihan. Pergi dari sini secara baik-baik atau ku usir."

"Lihatlah, Dom. Uncle tidak bisa menemanimu lagi, mungkin uncle akan pergi untuk waktu yang lama. Uncle sedih karena mommymu terlalu ... akh! Apa yang kau lakukan!"

Ara memukul belakang kepalanya. "Aku letih sekali melihat tingkahmu. Pergi dari hadapan anakku sekarang juga."

"Dia juga anakku."

Ara mendengus. "Kapan kau melahirkannya!"

"Kemarin."

Ara melotot.

Arthur mengangkat kedua tangannya. "Baiklah, aku akan pergi."

Lelaki itu menunduk untuk memberi kecupan pada ubun-ubun Dominic. "Uncle pergi dulu, sebelum mommymu berubah menjadi Hulk."

Dominic tertawa mendengar perkataannya, sementara itu ia langsung buru-buru pergi sebelum Ara memperlihatkan taringnya.

Ponselnya berdering, ia melihat nama Neve di layar. Arthur mengangkatnya dengan malas.

"Hm."

"Aku akan menikah besok, maukah kau datang?"

"Aku akan bertanya pada Zack. Jika tidak ada kepentingan aku akan datang. Selamat atas pernikahanmu, Nev."

"Terima kasih, Arthur."

Sambungan terputus. Sejak ia menegaskan tentang hubungannya dengan Neve, gadis itu tidak pernah mengganggunya lagi. Seminggu setelah itu Neve datang ke apartemennya dan meminta maaf. Wanita itu mengaku bahwa ia bersalah.

Arthur memang lemah, apalagi terhadap wanita. lagipula dari kejadian ini tidak ada hal yang perlu disesalkan. Karena memang Nevelah yang dirugikan. Wanita itu yang memfitnah Nathalie dan wanita itu jugalah yang kesakitan.

Neve hanya bertanya gadis seperti apa yang bisa mencuri perhatiannya. Arthur menjawab dengan jujur, ia sama sekali tidak memiliki tipe gadis yang disukainya. Jika ia menyebutkan tipe gadis yang disukainya, tapi nyatanya gadis itu tidak melekat di hatinya, sama saja.

Baginya, menyukai seseorang itu tanpa alasan. Rasa suka hadir begitu saja dari semua tindakan dan prilaku sang wanita. Karena tidak ingin Neve berlama-lama di apartemennya, Arthur menyebutnya secara asal. Ia mengatakan menyukai wanita yang memiliki siat yang pendiam dan anggun.

Itu terakhir kali ia bertemu dengan Neve. Mereka berkomunikasi dari handphone, itu pun hanya komunikasi singkat. Arthur juga memberi nomor ponselnya. Ia melakukan itu karena tidak ingin Neve mengirim surat. Ia merasa sayang pada kertas-kertas dan tinta pulpen gadis itu. Apalagi seluruh suratnya akan berakhir di tong sampah.

Arthur terdiam, menyadari sesuatu yang membuat sudut hatinya berdetak dengan perasaan nyeri. Sudah berapa lama ia berpisah dari Nathalie? Sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Atau tiga puluh tahun? Arthur tidak pernah menghitungnya. Ia merasa Nathalie sudah menjauh dan benar-benar tidak bisa digapai.

Ia menyelidiki ajaran sesat tempat ayah Nathalie berasal dan memastikan dengan jelas bahwa mereka telah mengkonfirmasi kematian Nathalie dan ayahnya. Itu berarti mereka tidak akan mencari dan menculik Nathalie lagi. Ia juga tidak peduli pada siapa ketua baru yang mereka pilih, karena itu bukan urusannya sama sekali.

Tugas Arthur hanya memastikan tidak ada lagi bahaya yang menghampiri Nathalie. Arthur berdecak jengkel. Bagaimana bisa selama bertahun-tahun ini Nathalie tidak menghubunginya. Ia memang pernah mengatakan bahwa gadis itu tidak perlu menghubunginya jika situasinya tidak mendesak, tapi bukan berarti tidak mengiriminya pesan dan kabar sama sekali.

Ia menghela napas, merasa frustrasi karena keinginan untuk melihat gadis itu. Arthur terlalu malu untuk menemuinya, ia sendiri yang mendorong Nathalie menjauh, meski itu untuk kebaikannya juga. Tapi bukankah terlalu tidak adil jika ia sendiri yang merasakan perasaan ini?

Ting

Satu pesan masuk. Arthur terbelalak ketika melihatnya. Lelaki itu menjauhkan ponselnya, lalu menutup mata sebelum kembali melihatnya. Nama Nathalie terpampang jelas di sana.

Hai, Arthur, apa kabarmu baik-baik saja selama ini?

Aku di sini baik-baik saja, bahkan sangat baik. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.

Maaf, aku harus memperkenalkan namaku terlebih dahulu.

Jika kau masih mengingatku, aku Nathalie yang dulu pernah kau beli dan pada akhirnya kau bebaskan. Kau adalah orang yang sangat berarti bagiku. Terima kasih karena terus mengirimiku uang dalam dua tahun ini.

Ah, ternyata mereka berpisah selama dua tahun, mengapa Arthur merasa waktu berlalu begitu lama. Ia mengira mereka berpisah selama sepuluh tahun. Jantungnya berdetak saat membaca pesan dari Nathalie, ia merasa sangat bersemangat.

Tapi maaf, aku tidak bisa memakai uangmu lagi. Dan sejujurnya aku sama sekali tidak pernah memakainya, aku akan mengembalikannya beserta uang tebusan karena sudah merawatku dengan baik.

Tangan Arthur mengepal. mencoba menjaga ekspresi wajahnya.

Aku bahagia sekali berada di sini, semua tetanggaku bersikap baik dan mungkin sebentar lagi aku akan menikah.

Arthur ingin membanting ponselnya saat ini juga, tapi mengurungkan niatnya. Ia belum membaca pesan itu hingga habis.

Katanya dia ingin melamarku hari ini. Kuharap kau bisa datang ke pernikahanku nanti. Maaf jika pesanku ini menyusahkanmu. Semoga kau juga bertemu dengan wanita yang membuatmu bahagia. Atau kau memang sudah bertemu dengan wanitamu, selamat, ya. Seperti perkataanmu yang lalu, aku tidak pernah menginjakkan kaki ke kota.

Entah mengapa kota menyeramkan jika aku pergi sendiri ke sana. Aku tahu aku tidak boleh mengatakannya, tapi aku ingin sekali mengucapkan bahwa aku rindu padamu. Semoga kau menjalani hari-harimu dengan baik. Arthur yang baik, tetaplah menjadi orang baik.

Setelah membaca keseluruhan dari pesan yang dikirimkan Nathalie, Arthur membanting ponselnya hingga hancur berkeping-keping. Sial! Ia tidak tahu marah pada siapa. Memangnya apa yang diharapkannya dari pesan Nathalie? Bukankah memang itu yang diinginkannya, kehidupan Nathalie yang damai dan kebahagiaan gadis itu.

Lantas mengapa ia marah dan merasa sakit hati? Semua bertumpu menjadi satu. Ia marah kenapa Nathalie tidak memakai uang yang diberikannya, ia marah kenapa Nathalie tidak menghubunginya selama ini, ia juga marah karena hanya dirinyalah yang berharap Nathalie mengiriminya pesan.

Tidak.

Dari semua itu yang paling membuat dirinya marah adalah ucapan gadis itu yang mengatakan bahwa dirinya akan menikah. Arthur menggeram. Berani-beraninya Nathalie menikah. Siapa calon suaminya? Apa calon suaminya orang yang ingin memanfaatkan kepolosan Nathalie.

Nathalie pasti menerimannya karena kasihan, gadis itu mempunyai hati yang lembut. Persetan! Diantara semua kesialan yang terjadi padanya hari ini, pesan dari Nathalielah yang membuat suasana hatinya memburuk.

Ia harus pergi menemui Nathalie, sebelum semuanya terlambat. Arthur akan menghancurkan lelaki yang telah membuat Nathalie jatuh cinta itu. Sial. Sial. Sial.

Bersambung ...

Slave BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang