Upacara pernikahan tradisional merupakan suatu kewajiban bagi keluarga Park yang bergengsi.
Meskipun darah keturunan Park terus mengalir, menggantikan posisi generasi sebelumnya, tradisi serta budaya keluarga Park terus berjalan.
Pergantian jaman tak menghentikan budaya keluarga Park sebagai penyandang status sosial tinggi untuk tetap mempertahankan tradisi milik nenek moyang mereka.
Disini lah Sunoo berada, di meja pertemuan keluarga inti Park. Suasana dingin mencekam terasa diseluruh penjuru ruangan ini, sungguh menyesakkan.
"Ayah, ibu, kakek, nenek, meski saya memiliki banyak kekurangan, terima kasih sudah menerima saya dengan baik sebagai menantu keluarga Park." Sunoo tersenyum sembari menundukkan kepalanya bentuk tanda hormat keseluruh anggota keluarga barunya.
Hening, tak ada yang menjawab, ia diacuhkan oleh keluarga tersebut. Jangankan menjawab, mereka bahkan tak menaruh atensi terhadap keluarga baru Park tersebut. Senyum Sunoo yang semula mengembang kini meredup, ia meremas pelan celananya sembari menunduk.
"Hei, kak Sunoo!" Suara manis tersebut mengudara, membuat sang empu yang dipanggil menoleh sedikit terkejut.
"Mulai sekarang, aku harus memanggilmu Kakak, yaa?" Senyum gadis tersebut mengembang.
"Y-ya. Tolong ya, Yeji." Sunoo kembali menarik senyuman di bibirnya. Ia senang karena satu-satunya keluarga suaminya yang menerima kehadirannya adalah Park Yeji, adik sang suami.
Sunoo mengerti, sejak awal memang ia seharusnya tak disini. Suaminya, Sunghoon, berani menentang keluarga Park hanya demi menikahinya.
Hal tersebut sudah cukup bagi Sunoo, ia cukup dengan cinta Sunghoon serta rasa kasih sayang dari Yeji.
"Baik, silahkan kita mulai acara makan malam hari ini." Suara dari kakek Sunghoon sebagai pihak tertua membuyarkan lamunan Sunoo.
Seluruh anggota keluarga Park mulai mengangkat sumpitnya ketika sang tertua mulai memasukkan suapan pertama.
Sunoo menoleh kearah sang suami yang ikut menatapnya.
Netra milik Sunoo menelaah peragaan bibir Sunghoon yang mengucapkan,
"Ayo makan sayang" sembari menyodorkan sumpit dan tersenyum lembut.
"Cerialah, Sunoo. Nanti juga mereka bisa menerima kehadiranmu, percaya padaku." Sunghoon berucap menenangkan Sunoo yang terus murung setelah selesai dari acara makan malam bersama.
Kini mereka berjalan bersama dilorong mansion keluarga Park, menuju kamar Sunghoon.
"Iya, aku mengerti hoonie." Sunoo tersenyum. Ia cukup merasa tenang dengan ucapan Sunghoon.
Sembari berjalan, Sunoo mengagumi betapa besarnya mansion Park. Diperjalanan menuju kamar mereka, ia selalu menemukan banyak pintu ruangan, namun terdapat salah satu ruangan yang sedikit terbuka.
Sunoo mengernyit, ia menghentikan langkahnya. Sunghoon yang menyadarinyapun mengikuti arah pandangan Sunoo.
"Ah, itu kakek dan nenek buyutku. Karena sudah sepuh, mereka tak hadir ke upacara pernikahan kita." Sunghoon menerangkan.
Sunghoon kemudian menggenggam tangan Sunoo dan menariknya untuk memasuki ruangan tersebut.
"Kakek buyut, nenek buyut," panggil Sunghoon kearah sang pemilik kamar.
"Ini adalah suamiku, Sunoo." Sunghoon tersenyum kala menunjukkan Sunoo yang berada disampingnya.
"Senang berjumpa dengan anda, kakek buyut dan nenek buyut." Sunoo menundukkan badannya sembilan puluh derajat.
Lagi-lagi, Sunoo tak mendapatkan tanggapan apapun. Hanya senyuman dari kakek buyut, dan tatapan kosong dari nenek buyut.
Sunoo sepertinya harus berusaha keras untuk kedepannya.
.
.
.To be Continued
[260623]
.
.
.Milky's side note:
Fyi, foto yg terakhir itu bukan sungsun kesayangan kita ya! Itu fotonya Sunghoon sama Ni-ki.Anw, enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love(lies)
Fanfiction[sungsun] [short story] Benua seolah mempermainkan takdir hidupku, membiarkan aku hidup dalam ketidaktahuan berkepanjangan, membiarkan aku hidup dalam kisah fiksi belaka, membiarkan aku hanyut dalam kisah yang sang penciptanya sendiri mengakhirinya...