Selamat membaca💜
.
.
.
.Kang Jimin tidak melakukan apa pun. Sungguh, itu adalah fakta yang sebenarnya. Pria dengan mata cokelat terang itu membiarkan Lee Yongchul menghembuskan napas terakhirnya begitu saja di atas brankar di dalam sebuah kamar rawat.
Jika saja pria tua bermarga Lee tersebut memiliki satu saja anggota keluarga, bolehkah sosok itu menanam dendam kesumat sebab Jimin yang tidak melakukan apa pun untuk membantu? Sayangnya pria malang itu sudah hidup sebatang kara sejak lama. Jimin mengetahui fakta itu dari Han Baekdu.
Sangat kokoh kakinya untuk berjalan atau bahkan berlari memanggil dokter maupun seorang perawat, namun Jimin, pria Kang itu hanya bergeming. Ia memilih diam di balik pintu dengan lubang kaca sempit dan menyaksikan pendeta Lee menjemput ajalnya. Tak henti-henti ia memaksa akal sehatnya untuk tidak berpikir bahwa ia telah membunuh Lee Yongchul. Jimin tidak bersalah. Jimin hanya merasa apa yang ia lakukan adalah semata-mata untuk kebaikan bersama.
Lee Yongchul, kedua kakinya
diamputasi karena terkena reruntuhan salah satu pasak utama rumah nyonya Han dengan api yang membara. Tubuhnya terbakar hampir keseluruhan. Kondisi pria tua itu sangat memprihatinkan. Andai saja itu adalah tubuh seorang remaja, Jimin yakin yang dipanjatkan setiap saat sejak ia siuman hanyalah kenapa aku tidak mati saja?Setitik air matanya leleh ketika pihak dokter menyebutkan waktu kematiannya. Kedua tangannya tergulung erat di samping tubuh hingga buku-buku kuku itu tampak memutih. Tubuhnya bergetar dengan pikiran yang sangat kalut.
"Maaf, Jimin. Anak buahku tidak berhasil menemukan Seonmi di mana pun. Ia hilang di titik buta CCTV persimpangan depan butik di kawasan Beomcheon."
"Apa kau sudah memeriksa kelab milik Nyonya Minseok?" tanya Jimin yang langsung dibalas anggukan oleh Minwoo.
"Sepertinya tidak ada. Aku bahkan sempat bingung saat Bibi Minseok balik bertanya padaku tentang kabar Seonmi," keluh Minwoo.
Beruntung Minwoo mendadak putar otak untuk mencari alasan yang tepat agar keadaan tegang itu bisa dicairkan. Minwoo tahu, kendatipun popularitas kelab Minseok terbilang tinggi. Seonmi tetaplah salah satu mesin pencetak uang milik Minseok yang menjanjikan. Wanita paruh baya itu bahkan sanggup membeli satu apartemen dalam sekejap setelah tarif permalam Seonmi masuk ke dalam rekeningnya.
"Bagaimana tentang kronologi ledakan itu? Mungkinkah seseorang sengaja membuat kebocoran gas?" tanya Jimin penasaran. Sedangkan Minwoo langsung berdecak kesal.
"Jimin-ah, tidak bisakah kau berhenti berpikir seperti itu? Seonmi tidak mungkin melakukannya. Itu murni sebuah kecelakaan," sergah Minwoo.
"Pendeta Lee meninggal."
"Selamat, dewa keberuntungan berada di pihakmu."
"Kau pikir aku senang?" bantah Jimin.
"Tentu saja. Satu-satunya saksi pernikahanmu selain nenek sudah tiada," sindir Minwoo.
"Itu pernikahan palsu."
"Tapi kau melakukannya dengan ritual yang sah. Kau suami Seonmi sekarang," geram Minwoo.
Pria Park itu mengatakannya dengan wajah merah padam. Wajahnya berkilat amarah. Jika saja ia tidak cukup sadar bahwa kini mereka berada di rumah sakit, ingin sekali rasanya melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Jimin.
Pertemuannya dengan Seonmi adalah lima bulan yang lalu, ketika ia memesan pelayanan Seonmi dari Minseok. Saat itu ia tengah mabuk berat dan seseorang merekomendasikan Seonmi yang notabene jalang dengan tarif termahal di kelab milik Minseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Forgotten Wedding [M]✅
Fiksi Penggemar[Finish] Kang Jimin tidak pernah menyangka, mantan istri palsu yang ia nikahi empat tahun lalu itu tiba-tiba muncul di tengah pesta pertunangannya. Memporak-porandakan impian akan masa depan cerah yang telah ia rajut apik bersama sang kekasih tercin...