Bab 1 (perjodohan)

21 3 0
                                    

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Naomi Priscilia Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

Seorang lelaki paruh baya membaca kalimat ijab qabul dengan suara berat menggelegar, membuat suasana menjadi haru dan hikmat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Naomi Priscilia Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

Jawaban jelas terlentang dengan satu nafas dari lelaki mudah nan berkharisma. Dia tidak lain adalah suamiku mas Doni, hasil dari perjodohan enam bulan yang lalu.

Hanya karena kami adalah teman sedari kecil, aku tidak mencintainya. Karena memang rasa ini hanyalah sebatas teman. Mas Doni pun sebenarnya sudah mengerti dengan siapa aku jatuh cinta, tapi liciknya dia begitu lihai membuat orangtuaku membenci orang yang kucintai. Yang selama tujuh tahun aku menantikannya, kini hancur sudah harapanku.

Ini berawal dari kisah ku selagi aku duduk di bangku SMA. Aku yang sedari kecil mengenal mas Doni, baru mulai aku rasakan bahwa aku benar-benar beranjak dewasa saat aku pertama kali merasakan rasa yang berbeda dengan seorang lelaki satu sekolah. Memang kita beda kelas, hanya setiap pertandingan olahraga kita bisa berjumpa.

Entah kenapa aku bisa merasakan hawa yang begitu segar dan menyejukkan mata saat dia bermain bola di lapangan. Aku menatap dalam lelaki itu, demikian pula dia membalas tatapanku dengan senyuman. Akhirnya aku mengerti dan saat itu pula aku berkesimpulan bahwa aku telah jatuh cinta. Cinta pandangan pertama, rasa yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan kepada mas Doni atau teman lelakiku yang lain.

"Kamu lihatin Azriel terus, gak capek tu mata?! Kayaknya ada bau-bau buga segar gitu dari dalam jiwa,"ledek Ani, yang berstatus sebagai sahabatku juga.

"Ani, bisa saja kau." Wajahku terlihat sanga merah menahan malu.

Dari situlah kisahku dan Azriel berawal. Dari pandangan pertama kami tahu, kami saling mempunyai rasa. Kedekatan kami juga untuk membahas mata pelajaran olahraga, dan pengaruh alam untuk selalu tidak sengaja mendekatkan kami. Maka dari itu, Azriel memutuskan untuk menyatakan cintanya kepadaku di lapangan sekolah. Di depan semua siswa saat bel pulang sekolah berbunyi.

Sebuah ilalang dijadikannya sebuah kreasi cincin, dengan senyum lebar Azriel memasangkan cincin ke jari manisku. Aku juga tidak menyangka, bahwa hubungan dari sebuah cincin ilalang akan bertahan tujuh tahun lamanya.

Azriel adalah tipe orang periang. Aku sangat nyaman bersandar di pundaknya. Dia tidak sekalipun meminta cium seperti kebanyakan lelaki lain. Hanya sebuah kecupan kening yang selalu menghiasi wajah cantikku.

"Naomi, kamu tahu aku cinta sama kamu apa adanya. Akan kupertahankan cinta ini sampai kapanpun. Aku gak bisa janji memberimu sebuah emas permata, tapi aku akan menjagamu lahir dan batinku." Aku ingat ucapan Azriel saat kami baru saja mengecat baju di acara kelulusan SMA.

"Abis tutup buku, buka undangan nih kayaknya,"ledek Ani.

Disana juga ada mas Doni dan Ani yang menjadi saksi atas ucapan Azriel. Hari itu selain penuh kenangan sekolah, adalah hari yang paling membahagiakan untukku karena Azriel, cinta pertamaku, benar-benar cinta pertamaku. Azriel memang bukan anak dari seseorang yang kaya raya, dia juga berasal dari provinsi yang berbeda denganku, walau hanya tinggal di panti asuhan, tapi aku mencintai kepribadiannya, dia sangat tulus. Cintanya mengajarkanku sebuah arti ketulusan.

Bagaimana tidak, niatnya untuk memboncengku dengan sebuah motor yang bagus, akhirnya terwujud. Perjuangannya bekerja serabutan di bengkel dan kafe dari pagi sampai malam, belum lagi dia kuliah, belum lagi rasa capeknya, belum lagi menahan hati saat menghadapi pelanggan atau bos yang cerewet. Membuatku berlinang air mata, aku bangga, aku bisa berada disampingnya untuk mendukung kesayanganku.

Tujuh tahun kami menjalin asmara, susah senang kami lewati bersama. Aku tahu Azriel punya sebuah keluarga dan alasan apa sehingga dia bisa tidur di panti asuhan. Terlanjur  rasa ini yang begitu dalam, membuatku mantap melangkahkan masa depanku bersama Azriel.

Dengan tabungan seadanya, tampilan yang begitu ramah, wajah yang begitu polos, Azriel memberanikan diri mengungkapkan niat untuk melamarku di depan orangtuaku.

Bukannya ijin, tapi pertentangan yang begitu lantang jelas terdengar dari mulut ayahku. Dengan nada tinggi, ayah meminta Azriel pulang. Hanya karena dia berasal dari luar provinsi, dan dia tinggal di panti asuhan, ayah tega bilang Azriel tidak mempunyai asal-usul yang jelas. Ayah tidak memberikan kesempatan kepada Azriel untuk bicara.

Ibu yang sebelumnya merasa kasihan terhadap kami, akhirnya juga ikut bersih keras menentang hubungan kami. Dan ternyata, mas Doni yang bilang dan mengutarbalikkan fakta tentang Azriel di panti asuhan, tentang keberadaan keluarga Azriel.

Aku kira selama ini mas Doni diam karena mendukung kami, aku sangat bahagia mempunyai sahabat yang selalu ada didalam suka dukaku. Aku juga sangat terkejut, saat Mas Doni baik, mengelus rambut ini, menemani hari-hari beratku berpisah dengan Azriel. Dan tenyata itu sebagai alasan meminta ijin kepada Ayah dan Ibu untuk mendalami kedekatan kita selama enam bulan.

Naomi (dimana cintaku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang