***
Lysander baru saja selesai check up kesehatan bersama Haechan, keduanya saat ini tengah berada di kedai kopi, Lysander memesan Americano empat shots sedangkan Haechan memesan Cold Brew.
"Akhirnya kau mengurangi dari delapan menjadi empat." Ujar Haechan.
"Dokter melarangku minum terlalu banyak jika ingin cepat sembuh, kalau dua shots kurang jadi aku pakai empat saja." Jawab Lysander.
"Lalu kapan kau mengurangi tingkat kemanisan bubble tea?" tanya Haechan.
"Entahlah, aku masih menyukai selera yang seratus persen." Jawab Lysander dengan kekehan, satu keuntungan bagi Lysander adalah dia dan Jaemin memiliki kesamaan pada tingkat pahit kopi dan tingkat manis bubble tea, selera makan Lysander dan Jaemin itu bisa dikatakan juga sama.
"Haechannie" Haechan ber"hm" ria merespon panggilan sang 'istri'.
"Setelah ini jika kemana-mana, boleh jika aku minta diantar?" tanya Lysander yang membuat Haechan tadinya fokus pada ponsel berubah menjadi fokus pada sosok pasangannya tersebut.
"Tentu saja boleh, kenapa baru bilang sekarang? Dari dulu kan kami selalu mengatakan jika kami akan mengantarmu kemana pun kau mau, tidak perlu menggunakan sopir, kecuali kami semua sibuk, tapi selama ini kami kan tidak semuanya sibuk." Lysander menghembuskan nafas pelan, dari catatan Jaemin di buku hariannya, yang membuat Jaemin enggan meminta para suaminya adalah karena saat itu Jaemin masih canggung dan alasan lainnya karena Jaemin tidak mau dianggap 'beban' oleh para suaminya.
Jaemin dan Lysander benar-benar pribadi yang berbeda, Jaemin tidak ahli mengendarai kendaraan, sedangkan Lysander begitu ahli mengendarai motor dan mobil, bahkan ia punya arena balap yang sering ia gunakan atau disewa oleh para geng motor untuk bertanding atau geng remaja yang ingin unjuk diri.
'Sialan! Kalau saja bukan untuk menghindari kecurigaan aku tidak akan meminta tolong untuk diantar jemput! Mereka sudah mulai curiga sialan! Huwaaaaaaa!! Aku dan Jaemin sangat berbeda, pasti ketahuan sekali perbedaannya.' Batin Lysander meratap. Dia kemarin secara tidak sengaja mendengar pembicaraan para suami 'Jaemin' di ruang kerja mereka, dia merutuki kecerobohannya.
"Setelah ini mau kemana?" tanya Haechan.
"Pulang saja lah" gumam Lysander yang masih dapat di dengar oleh Haechan.
"Yakin? Tidak mau ke panti asuhan? Kau belum mengunjungi panti asuhan lagi sejak kecelakaan itu, anak-anak pasti merindukanmu." Lysander lupa akan satu ini, kebiasaan Jaemin ke panti asuhan.
"Tidak dulu, saat ini aku tidak ingin kemana-mana dulu kecuali ke rumah sakit." Haechan yang berusaha memahami pun mengangguk.
"Kalau begitu ayo kita pulang." Lysander mengangguk.
***
Lysander kembali membaca buku harian Jaemin, mencari tahu informasi apa saja yang harus ia ketahui. Sampai saat ini dia belum menghubungi Joarder, tapi masih berkontak dengan SIXC secara diam-diam. Saat ini dia fokus untuk membuat para suami Jaemin tidak curiga padanya dulu, meski sepertinya akan gagal karena kecurigaan sudah mulai dirasa.
"Jadi keseharianmu hanya mengurus mansion? Astaga! Ini bukan aku sekali! Meski aku sudah berusaha mencobanya tapi tetap tidak terbiasa!" tentu saja beda kebiasaan juga, Lysander sudah mencoba bagaimana biasanya Jaemin bekerja, tapi tetap saja jiwa ketua Mafianya yang biasanya dilayani dan biasanya kelayapan ke berbagai negara atau kota tidak bisa hilang.
"Aku bisa gilaaa!!" erang Lysander.
CKLEK
"Ada yang salah, sayang?" Lysander tersentak kaget saat mendengar suara Winwin, dia segera bersikap manis dan menyembunyikan buku harian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] Different Soul
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ "Takdir yang membawa mereka bertemu" [NCT X JAEMIN] Start : 12/06/2022 End. : -