Danial duduk menunggu di kursi kafe, kurang lebih sudah setengah jam dia duduk di sana sendirian. Malam ini orang tuanya mengatur pertemuan dengan calon istrinya, Flora, yang tak lain adalah muridnya sendiri.
Berbeda dengan Flora yang menentang keras perjodohan mereka, Danial justru pasrah atas perintah dari orang tuanya. Ya, seorang Danial mana mungkin menentang perintah orang tua, menurutnya itu sama saja ia melemparkan diri ke neraka.
Danial mengusap kedua tangannya. Ia gugup. Bagaimana dengan reaksi Flora nanti jika tau kalau dirinya lah yang akan dijodohkan dengannya? Hubungan mereka di sekolah memang tidak dekat, tapi Danial beberapa kali memerhatikan Flora dan sedikit tau tentang gadis itu.
Meski terlihat pemalas dan kurang semangat dalam belajar. Tapi Flora selalu mengerjakan tugasnya sendiri tanpa mencontek, nilai akademiknya juga bagus, sejauh ini gadis mungil itu tidak pernah membuat masalah di sekolah. Bisa dibilang, Flora anak baik-baik dan tidak neko-neko. Hanya saja, Danial tau Flora masih terlalu muda untuk dinikahi. Danial sadar akan hal itu, makanya ia merasa bersalah karena sepertinya dari pihak keluarganya yang selalu menuntut Papanya Flora agar Flora segera dinikahkan dengannya. Tahun depan umur Danial sudah menginjak kepala tiga, itu alasan keluarganya selalu memintanya untuk segera berumah tangga. Padahal, jika disuruh untuk menunggu Flora sampai dua atau tiga tahun lagi, Danial tidak keberatan sama sekali.
Danial menghela napas. Tiba-tiba ia membutuhkan toilet. Apa mungkin rasa gugup membuatnya kebelet pipis? Baru saja Danial berdiri dan membalikan badannya, seketika Danial langsung membeku. Di depan sana ada Flora yang berdiri memandangnya dengan tatapan terkejut. Meski Danial sama kagetnya dengan Flora, tapi sebisa mungkin Danial melukis senyum. Sayangnya, tanpa sepatah kata Flora berlari keluar dari kafe.
"Flora!" Danial hendak mengejar, namun urung karena takut hal itu semakin membuat Flora ketakutan. Melihat ekspresi Flora saja ia tahu seberapa shock gadis itu. Jadi lebih baik Danial biarkan gadis itu sendirian saat ini.
DRT.
Ditengah kegundahan hatinya, ponsel Danial bergetar, terdapat pesan masuk dari Arya di sana.
Om Arya: Nial, Flo udah sampaikan di kafe kan?
Danial: udah kok Om, ini lagi ngobrol sama saya.
Usai menekan tombol send, Danial beranjak keluar dari kafe. Dengan membawa perasaan kecewa Danial putuskan untuk pulang ke rumah.
"Gimana pertemuannya, Al? Flora anak baik, kan?"
Baru saja Danial mendaratkan bokongnya di sofa ruang tengah, Mama nya langsung keluar dari kamar dan melempar pertanyaan untuknya.
"Baik kok, Ma. Gak mungkin Flora bertingkah yang aneh-aneh ke gurunya sendiri."
Melisa tersenyum sumringah, "Alhamdulillah kalau gitu, Mama senang dengarnya. Terus-terus gimana lagi? Dia mau kan jadi istri kamu? Dia udah ingat sama kamu belum?"
Danial menghembuskan napas pendek, "Ma... Tadikan kami baru pendekatan sebagai pria dan wanita, selama ini kan hubungan kami guru dan murid. Jadi aku gak mungkin langsung membahas hal itu. Dan juga, pertama kali Flo ketemu aku dia masih kecil, kayaknya gak mungkin ingat, Ma." Maafkan Danial Ya Allah, gumam Danial dalam benaknya karena sudah berdusta kepada sang Mama. Habisnya bagaimana, Danial tidak mau Papanya Flora dan keluarganya kecewa kalau mereka tau sebenarnya Flora kabur saat melihatnya di kafe tadi.
"Ya sudah, lanjutkan pendekatannya. Tapi jangan lama-lama, nanti jadi fitnah. Lebih baik cepat-cepat dihalalin aja."
"Iya, Ma. Do'a kan saja."
* * *
Flora menyetir dengan raut wajah kusut. Saat ini gadis manis itu sedang menuju kafe tempat pertemuannya dengan pria yang akan dijodohkan dengannya. Meski sudah menolak keras untuk menikah dini, tapi sang Papa terus meminta Flora untuk datang menemui calon suaminya itu malam ini. Sekedar perkenalan saja katanya.
Malas berdebat dengan Arya, akhirnya Flora menuruti. Sekalian jalan-jalan juga karena ia sumpek di dalam rumah terus. Dan barangkali calon suaminya ini bisa diajak kerja sama untuk menolak perjodohan orang tua mereka, atau siapa tahu calon suaminya akan setampan Leonardo DiCaprio saat masih muda? Kalau begitu Flora bisa mengajaknya pacaran lebih dulu, atau mungkin pedekate. Apapun itu namanya asal jangan menikah!
Selesai memarkirkan mobilnya, Flora berjalan memasuki kafe tempat pertemuannya. Ia celingukan mencari meja dengan nomor 06. Papanya bilang, pria itu sudah menunggunya dimeja nomor 06. Mata Flora membinar saat menemukan meja dengan nomor 06 di depan sana. Benar saja, sudah ada pria yang duduk menunggunya, posisi pria itu yang membelakangi membuat Flora tidak dapat melihat wajahnya langsung.
Flora tersenyum centil, dari punggungnya saja pria itu terlihat gagah. Sepertinya rupa calon suaminya itu tidak begitu buruk. Dengan langkah lebar dan tak sabaran Flora berjalan mendekati, tapi baru tiga langkah gadis itu spontan berhenti saat pria dengan punggung kokoh itu berdiri dan membalikan badannya. Senyum Flora luntur secara perlahan, gadis itu juga tidak dapat menggerakan tubuhnya sebab terlampau shock melihat penampakan depan pria itu.
Apa Flora tidak salah lihat? Pria itu Danial!
Dengan wajah yang masih tegang karena terkejut bukan main Flora berlari keluar dari kafe.
"Flora!"
Masa bodoh! Flora pura-pura tuli dan terus berlari menuju mobilnya. Berharap Danial tidak mengejarnya seperti adegan di series india yang dulu selalu di tonton mendiang mamanya.
"Gila! Gila! Sarap! Masa iya gue dijodohin sama guru sendiri?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikejar Cinta Guru Idola ; Oh Sehun
FanfictionKehidupan Flora yang menoton berubah kacau ketika usianya mendekati sembilan belas tahun. Katanya, usianya sudah legal untuk menikah sebab mendiang sang bunda telah memiliki pria pilihan untuknya di masa depan. Sayangnya, Flora menentang wasiat dari...