18. Into You

2.7K 220 2
                                    

Tomo dengan wajah datarnya berjalan secepat mungkin demi memenuhi perintah dari tuannya. Laki-laki itu hanya bisa menghembuskan nafas panjang ketika Hadyan dengan segala macam keras kepalanya ingin membawa Renggana pulang kembali ke Indonesia meskipun ayahnya menentang keputusan itu.

"Tuan, saya sudah mendapatkan tiket tercepat yang akan berangkat sembilan jam lag-"

"KAU GILA?!" teriakan Hadyan sontak saja membuat Renggana yang sudah tertidur pulas,- di pangkuannya,- kembali terbangun.

"Oh sayang ... maafkan aku ya. Kamu pasti terkejut. Kembalilah tidur, Re."

"Euhh ..." sedikit melenguh sebab kepalanya masih terasa pusing pasca meminum obat penurun demam, Renggana merasa begitu tidak nyaman karena harus beristirahat di atas pangkuan Hadyan selama berjam-jam.

"Kak ... kakiku sakit."

"Hmm? Sakit ya?" perlahan namun pasti, tangan kekar Hadyan menjelajahi rantai yang masih bersemayam dengan tenang di sekeliling kaki Renggana.

"Lepasin ya, Kak. Tolong ..."

"Masih kurang, Sayang."

Kedua netra coklat itu sudah mulai berkaca-kaca ketika Hadyan menatapnya dengan wajah berseri-seri.

Tentu Renggana paham apa maksud Hadyan. Masih kurang. Penyiksaan Hadyan untuk Renggana masih kurang. Dan yang pasti--- penderitaan yang ditunjukkan gadis itu juga masih kurang menghiburnya.

"Sudah berhenti merengek?"

" ... "

"Baguslah. Sekarang kamu tidur lagi saja. Kita akan berangkat sebentar lagi."

Begitu tenangnya Hadyan menekan kepala Renggana agar mau bersandar sepenuhnya di atas dada bidangnya.

Pria itu bersantai di atas tempat tidur milik Renggana yang tak terlalu besar namun cukup untuk memuat tubuh besarnya. Merasakan nafas gadis itu mulai tenang kembali, Hadyan kembali mengalihkan atensinya pada Tomo, orang kepercayaannya.

"Kau hubungi perusahaan cabang kita di sini dan siapkan pesawat tercepat milik ayahku untuk terbang dalam waktu dua jam ke depan." titahnya dengan tangan yang masih sibuk membelai kepala Renggana.

"Tapi Tuan Baron mengatakan bahwa Anda tidak boleh menggunakan fasilitas kantor jika berhubungan dengan masalah Nona Renggana, Tuan."

Menatap tajam pria berkepala plontos itu, Hadyan kemudian beralih aktivitas dan mengambil ponselnya untuk menghubungi sang ayah.

"Ini aku. Buka akses fasilitas kantor untukku jika kau tidak mau melihat tubuhku tergantung di atas jembatan besok."

Hanya itu. Setelah mengatakan apa yang diinginkan, Hadyan tanpa berbasa-basi segera menutup panggilan tersebut dan memberikan sinyal kepada Tomo untuk melaksanan tugasnya.

Pria itu mengangguk patuh dan segera bergegas pergi meninggalkan sepasang manusia berbeda hati tersebut.

Hadyan bersenandung kecil ketika membayangkan dirinya bisa kembali bersama belahan jiwanya setelah sekian lama terpisah.

Sedang di lain pihak, Renggana masih terdiam mendengarkan segala imajinasi yang didengungkan oleh Hadyan.

Gadis itu terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tanpa sadar ... jiwanya pergi kembali menuju dunia impian yang ia bangun di alam bawah sadar miliknya.

Mengabaikan kegilaan di sekitarnya, Renggana tersenyum bahagia di dalam dunia yang ia ciptakan sendiri.

_ _ _ _ _

Jewish masih terdiam membeku setelah menerima fakta bahwa cucunya itu tidak pernah kehilangan ingatan masa kecilnya. Bahkan ketika Robert datang menerobos segala macam pengamanan demi membebaskan Edzsel, dirinya pun hanya berdiri diam tanpa ada niatan menghentikan.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang