PROLOG

10.7K 777 22
                                    

Pagi yang bahkan matahari pun masih malu-malu untuk menampakkan dirinya, terlihat seorang wanita yang tengah mengasah pisau kecilnya dengan ditemani oleh hewan peliharaannya. Ya, dia lalisa.

Lisa keluar dari rumah yang terbuat dari kayu itu, mengunci pintunya lalu berjalan meninggalkan rumah untuk mencari bahan makanan seperti biasanya.

Dia berjalan sejajar dengan hewan peliharaanya, melihat ke kanan dan ke kiri guna mencari apakah ada makanan yang dapat dimakan atau tidak.

   "Oh, Karen! Bukankah itu pohon mangga? Tapi buahnya masih terlalu kecil untuk dipetik." Seru nya ketika pandangan mata coklat nya mendapati sebuah pohon mangga.

   "Kita akan kemari lagi satu atau dua Minggu. Jadi mangga, cepatlah matang karena kami membutuhkan mu." Lanjut Lisa lagi.

Dia berjalan mendekati pohon itu, menepuk-nepuk batang pohonnya ketika sudah sampai didepan nya, tersenyum lalu kembali berjalan ke arah hewan peliharaannya.

   "Kajja! Kita mencari makanan yang lainnya"

Keduanya kembali berjalan ditengah-tengah hutan. Lisa akan melakukan hal ini jika persediaan bahan makanan nya sudah habis. Dia tidak takut gelap, tidak takut petir dan tidak takut sendirian. Dia sudah lama tinggal disini, jadi dia sudah terbiasa.

Wanita muda itu memberhentikan langkahnya ketika hewan peliharaannya menabrak tubuhnya dari belakang. Lisa membalikkan badannya dan berjongkok.

   "Ada apa, Karen? Kau haus?" Tanyanya dan si peliharaan hanya menjilat bibirnya sendiri dengan lidah nya.

   "Hm, begitu. Yasudah, pergilah!" Perintah Lisa di akhir.

Si peliharaan mendekatkan dirinya, menjilati seluruh wajah Lisa yang berhasil membuat si empu tertawa geli.

   "A- ahaha, sudah-sudah! Pergilah, aku tidak haus."

Si peliharaan memberhentikan kegiatannya, berbalik dan berjalan dengan keempat kakinya itu.

Lisa tertawa kecil melihat tingkah peliharaannya yang kini sedang meminum air yang letaknya tidak jauh dari tempat dirinya berdiri.

Lisa tidak khawatir soal air yang diminum peliharaannya. Karena itu bukan air asin dari laut, melainkan air hujan yang dirinya tampung dalam sebuah sumur kecil.

Lisa kembali melangkahkan kakinya lalu dirinya berhenti tepat disebuah pohon kelapa.

   "Haruskah aku memanjatnya?" Monolog Lisa.

Melihat seberapa tinggi pohon kelapa ini rasanya tidak mungkin jika dirinya memanjat.

Lisa melihat ke sekelilingnya dan tatapan matanya mendapati seekor monyet yang tengah menatap dirinya.

   "Monkey! Bisakah kau mengambilkan kelapa itu untukku??" Titah Lisa pada monyet itu.

Ajaib! Monyet itu langsung memanjat dari pohon ke pohon begitu mendengar seruan dari si wanita. Si monyet memanjat pohon kelapa itu dengan segala keahliannya dan mulai memetik beberapa kelapa. Menjatuhkannya lalu melihat ke bawah, tempat dimana Lisa berdiri.

  "Hm, sudah cukup!" Ucap Lisa, seolah dirinya tahu apa yang diucapkan oleh monyet itu.

Lisa mengambil satu kelapa dan mengupasnya. Menyimpannya ditanah lalu mengambil kelapa lain, mengupasnya lagi supaya dia bisa dengan mudah meminum air yang terdapat dalam kelapa muda itu.

   "Turunlah! Ayo minum bersama."

Hewan berbulu itu turun dari pohon, meloncat dan duduk dihadapan Lisa. Mengambil buah kelapa muda yang sudah Lisa siapkan untuknya.

TARZAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang